"Masa gini doang ga ngerti sih, Nis?"
"Bukannya ga ngerti, tapi otak lo lagi capek. Gue kasih saran mau ga biar otak lo fresh?" Reva menaik-naikan alisnya menatap Nisa.
Masih dengan tatapan datarnya Nisa menatap Reva. Wajah temannya terlihat menjengkelkan, pasti sarannua jauh lebih menjengkelkan.
"Lo harus ngobrol sama Pak Ilham sama Pak Ai."
Nah, benar saja dugaan Nisa. Tanpa rasa kemanusiaan Nisa menepuk kening Reva sampai wanita itu mengaduh. Mana ada sih urusannya pusing kerjaan sama ngobrol dengan satpam?
"Sakit, bodoh!"
Reva terkekeh. Asik juga menjahili Nisa yang sedang sensitif. Alih-alih merasa bersalah, Reva terus saja mengganggu Nisa dengan seribu macam cara.
"Nis, lo mau tau sesuatu ga? Tadi Jihan cerita sama gue."
Hanya seperkian detik, wajah cemberut Nisa telah berubah ceria. Memang ya wanita tidak bisa jauh dari ghibah. Siapapun orangnya, kalau bisa dighibahin, kenapa tidak?
Support your favorite authors and translators in webnovel.com