1 Patah hati

Aku tidak pernah berciuman ataupun bercinta, karena selalu menjaganya untuk pria yang akan menjadi suamiku," lirih Zelyn yang menangis di sudut kamar hotel pria yang belum lama ini dikenalnya. Setelah menyaksikan acara pernikahan dari pria yang sangat dicintainya, ia yang merasa sangat frustasi, datang ke sebuah kamar hotel seseorang.

Di sinilah ia berada saat ini, penampilan berantakan karena make up yang dipakainya sudah meleleh karena air mata. Ia memandangi sosok pria dengan tubuh tinggi tegap yang mengenakan kemeja putih dan terlihat sangat mempesona, karena memiliki ketampanan khas, perpaduan Indonesia Amerika.

Mata gelapnya yang berkilat, serta tatapan menantang, seolah menegaskan bahwa wajah tampan itu adalah sebuah pahatan sempurna dan sanggup meluluhlantakkan kaum hawa yang menatapnya.

Lekukan pipi putih yang tajam, hidung mancung, bibir padat yang sensual dan lekukan kecil di dagunya yang sama sekali tidak ditumbuhi bulu-bulu halus sedikit pun, semakin dalam saat pria di depannya tersenyum mengejek ke arahnya.

Zelyn bangkit berdiri dan mengarahkan tatapan penuh kilatan amarah. "Aku berusaha keras untuk menjadi wanita sempurna yang selalu menjaga harga diriku, tetapi apa yang aku dapatkan. Hanya sebuah pengkhianatan dan ditinggalkan oleh pria yang sangat aku cintai." Zyelin memegangi dadanya, seolah menunjukkan bahwa saat ini ia tengah merasa sesak dan sulit bernapas karena menahan rasa sakit di hatinya.

"Aku lelah menjadi wanita dingin dan kaku yang tidak pernah mengijinkan satu pun pria menyentuhku dengan gairah. Aku menyadari kebodohanku dan aku berubah pikiran. Karena sekarang, aku menginginkan cinta, gairah dan hasrat, semuanya. Buat aku merasakannya sekarang!" ujar Zelyn dengan tatapan penuh permohonan.

Ia sama sekali tidak pernah berpikir akan berbuat hal diluar nalar saat patah hati, karena merasa hidupnya berakhir dan hancur berkeping-keping setelah pria yang rencananya satu bulan lagi akan menikahinya, malah menikahi sahabat baiknya sendiri.

"Dasar bodoh, kamu sedang bertingkah impulsif. Sadarlah, itu bukan kamu yang sebenarnya. Berpikirlah, aku bukan pria yang kamu cintai. Aku tak bisa melakukan ini," ucap Axel Alcatraz.

Zelyn semakin merasa frustasi begitu mendengar perkataan dari pria yang berdiri dengan bersandar di dinding sambil bersedekap di dada.

Bahkan ia bisa mendengar suara tajam yang baru saja menolaknya mentah-mentah. Ia tersenyum miris, menyadari bahwa tidak ada satu pun pria yang mau menyentuhnya ataupun menginginkannya. Ia tak diinginkan, meskipun tahu bahwa sosok pria di depannya adalah seorang playboy yang selalu membawa banyak wanita seksi ke atas ranjangnya.

Seorang pria yang yang menjadikan kenikmatan sebagai tujuan akhir dan tahu bahwa Axel selalu mengedipkan mata, tersenyum dan tampil mempesona, membuat semua kaum hawa jatuh ke tempat tidurnya tanpa harus bersusah payah untuk merayu.

"Bahkan kamu pun tak menginginkanku."

"Aku tak bisa melakukan apa yang kamu minta, walaupun aku sangat menginginkannya," jawab Axel yang mencoba menjelaskan pada wanita yang merasa frustasi tersebut. Meskipun ia adalah seorang playboy, tetapi ia tidak pernah mencari keuntungan ataupun mencari sebuah keuntungan dari wanita baik-baik. Apalagi ia tahu bahwa wanita di depannya masih suci dan murni.

Karena ia tidak ingin terlibat terlalu dalam dengan sosok wanita. Hal itu dikarenakan ada banyak musuh yang mengincar posisinya dan mungkin akan membahayakan nyawa wanita polos di depannya.

"Kamu hanya mencoba berbohong padaku," lirih Zelyn dengan terisak.

"Kamu sedang bermain api dan akan mati jika sampai kamu terbakar."

"Aku memang ingin mati dan mungkin caranya adalah membakar hangus diriku sendiri. Jika kamu tidak menginginkanku, aku akan pergi mencari pria lain," sarkas Zelyn dengan tatapan penuh kilatan amarah dan frustasi. Tanpa menatap ke arah sosok pria yang baru saja menolaknya, ia berjalan ke arah pintu keluar dan membukanya.

Refleks Axel membulatkan kedua matanya begitu mendengar apa yang barusan dikatakan oleh wanita berhati lemah yang baru saja membuka pintu kamar hotelnya. Tanpa membuang waktu, ia sudah melangkah dengan kaki panjangnya untuk mencegah wanita yang dianggapnya sudah gila itu.

"Zelyn!" seru Axel sambil mencengkeram bahu dan mengguncangnya dengan keras, untuk membuat wanita polos tersebut menyadari kesalahannya.

"Lepaskan aku!" teriak Zelyn yang menghempaskan kasar tangan kekar itu dari pundaknya. Saat ini, ia seolah tidak mempunyai muka di depan pria di depannya. Betapa ia sudah dipermalukan, sehingga kini sudah tidak lagi memperdulikan apa pun lagi.

"Mengapa kau sangat bodoh? Kamu bisa menghancurkan dirimu sendiri!"

"Karena aku ingin melakukan apa yang aku inginkan. Aku ingin membuang prinsip konyol yang selalu ditertawakan oleh pria yang aku cintai," ucap Zelyn dengan histeris. Tubuhnya langsung menegang, bagai dialiri listrik saat jemari pria yang ada di depannya menekan rusuknya dan membuat ia menegang dan mendebarkan.

"Aku baru menyadari bahwa kamu terlihat sangat cantik saat marah seperti ini?" ucap Axel dengan tatapan impulsif.

"Kamu hanya berusaha menghiburku, jangan pernah berbohong untuk menghiburku. Kamu tak menginginkan aku, jadi jangan mencoba berkata konyol!" Zelyn masih berusaha melepaskan tangan kekar yang menahan bagian belakangnya.

"Aku tak pernah berkata bahwa aku tak menginginkanmu. Tidak pernah, tetapi aku hanya tidak ingin memanfaatkanmu, Zelyn," ucap Axel dengan sangat gusar.

Zelyn hanya tersenyum kecut, begitu mendengar perkataan dari pria yang menurutnya hanya ingin menguburnya. "Bagaimana mungkin kamu memanfaatkan jika aku yang menginginkan semua itu?" Zelyn menatap tidak berkedip pada pria di depannya, ia baru menyadarinya mata gelap Axel sangat berkilat. Rambut ber-pomade rapi dengan kepala yang elok, wajah keras, tampan, dan sangat indah, membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.

"Kamu tidak seperti dirimu dan sedang bereaksi terhadap musibah yang kamu alami. Mengambil apa yang kamu tawarkan saat tidak sadar, bagiku sangat tidak adil."

"Astaga, seorang playboy bisa berbicara sesombong ini," geram Zelyn dengan mengepalkan kedua tangannya. Kamu begitu yakin apa yang terbaik untukku. Akan tetapi, kamu tidak tahu bahwa aku sendirilah yang berhak untuk memutuskan apa yang terbaik untukku. Jadi, jangan mencoba untuk mengaturku dan menghentikan apa yang ingin aku lakukan. Menyingkirlah dariku!"

Axel benar-benar merasa sangat frustrasi, ekspresi wajah tersiksa ketika nyala api di matanya tampak memercik semakin tinggi, "Zelyn." Axel mencengkeram pinggangnya, "Kamu akan menyesalinya. Hari ini mungkin kamu menginginkan aku, tetapi besok kamu pasti akan menyesal sudah memberikan kesucianmu untuk seseorang yang tak layak menerimanya."

"Tidak akan pernah, karena aku adalah wanita dewasa dan sudah saatnya aku melakukannya seperti yang dikatakan oleh teman-temanku. Aku sudah menahan diri demi satu pria yang sangat aku cintai, tetapi hanya membawa kesedihan!" lirih Zelyn dengan terisak.

Axel sudah menarik rambut ber-pomadenya yang rapi dan beberapa detik kemudian, penampilan berantakan tampak jelas dari wajahnya. Axel sesaat memejamkan kedua matanya dan mengumpat beberapa kali di dalam hati.

"Ya Tuhan, aku sudah tidak bisa menahan diri lagi. Aku tak bisa menolak, karena sekarang ini aku menginginkan apa yang kamu tawarkan padaku," ucap Axel dengan tegas dan mulai sedikit menunduk untuk menyentuh tepi bibir Zelyn dan menyesap, serta memainkan lidahnya. Sementara tangannya sudah meremas dua benda padat yang membusung di depannya.

TBC ...

avataravatar
Next chapter