3 Want something

Setelah inap selama satu hari. Akhirnya Sekar diperbolehkan untuk pulang, bukan ke rumah melainkan kontrakan. Sekar hanyalah karyawan toko aneka cake.

Sudah satu hari pula ia absen dari kehadirannya. Tak apa, ada berita yang lebih penting lagi mengenai sesuatu dalam dirinya. Bayangkan saja, jika Sekar tak mengalami morning sickness. Mungkin sampai berbulan-bulan ia tak akan menyadari hingga perutnya membuncit.

"Sampai sini saja, Robi."

Sebelum Robi menyanggahnya, Sekar terlebih dahulu mengangkat tangannya. Pertanda bahwa ia ingin sendiri untuk saat ini, mungkin.

"Ya sudah, kabari aku kalau ada apa-apa!" Sekar mengangguk sembari menunggu Robi berlalu.

"Ng, aku pulang dulu." Selepas Robi menghilang dari jangkauan matanya, Sekar bergegas membuka pintu dan duduk di belakangnya sembari menangis.

Satu hal, ia belum bisa menerima keadaan dirinya yang seperti ini. Ah, perbuatan baik untuk menolong orang rupanya dibalas dengan sesuatu yang Sekar benci.

Puas dengan tangisnya, ia mengelus perutnya. Masih terbenam jika ia akan mengaborsi saja anak dalam kandungannya. Ia bimbang dan takut, takut sakit dan berdosa.

"Entahlah, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan padamu makhluk kecil. Tapi, jika aku membunuhmu apakah kamu mau mengenaliku di surga nanti?" monolognya pada perut.

Lama menatap perut di sebalik kaos putih yang ia kenakan, perutnya berbunyi. Ia ingat tadi hanya sarapan di rumah sakit sedikit karena tak berselera untuk makan.

Perutnya meronta meminta di isi asupan makanan yang berkuah, layaknya baso atau soto ayam. Sekar tersenyum, di depan gang sana aneka makanan tersedia mulai dari gado-gado, soto, mie ayam, baso dan masih banyak lagi.

Ia bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang masih sembab setelah menangis. Ia menaruh tas dan mengambil dompet di dalamnya.

Tak sampai sepuluh menit, Sekar sudah berada di rentetan makanan depan gang. Matanya menjelajah satu-satu, dari yang berkuah hingga es cendol yang terlihat segar apalagi siang-siang begini.

"Pak, soto ayamnya dua, makan di sini." Pesannya jatuh pada soto ayam, kemudian ia langsung duduk dan menunggu pesanannya. Ia membawa air mineral sendiri dari rumah, takut khilaf dan ia tak ingin sakit esok harinya.

🌸🌸🌸

Deon Alexander Wang

Nama yang terpampang dalam majalah bisnis bagian cover, pun dengan seseorang yang bernamakan tersebut.

Pemimpin perusahaan raksasa di bidang otomotif, properti dan batu bara di Indonesia. Kesuksesan diusianya yang masih cukup muda yaitu 28 tahun.

"Deon Alexander Wang, pemimpin Wang Group yang dikabarkan telah menjalin hubungan dengan model cantik, Sherly." Kendrick membaca headline di majalah tersebut di depan sahabatnya.

"Apa lo?" serobot Deon tak suka.

"Lo masih ngarep ini model? Lo sadar nggak sih kalau selama ini dia itu cuma manfaatin harta dan tahta lo buat popularitas dia?" dengan nada sindiran, Kendrick memperingati sahabatnya yang sedang memeriksa berkas-berkas.

Deon mengalihkan pandangannya pada Kendrick, lalu menghela napas. Sahabatnya ini disuruh datang untuk membantunya malah merecoki dirinya dengan pertanyaan yang sering di lontarkan.

"Memangnya kenapa? Dia cinta sama aku."

"Hahaha, lo beneran buta. Beneran gak bisa bedain mana cinta mana obsesi sama harta lo."

"Suatu saat dia bakal ninggalin lo. Kalau dia udah nemu mangsa yang bagus dan berkantung tebal."

"Stop menjelekan Sherly!" Geram Deon.

"Udah berapa kali lo nemuin Sherly having sex sama fotografer?"

Deon bergeming, percuma ia membalas Kendrick. Yang ada dirinya akan terus di ejek olehnya.

"Terserah. Ikut gak lo? Gue mau makan Soto ayam."

Kendrick mengernyitkan kening. Setahunya Deon tak suka dengan Soto ayam ataupun yang berbau pinggir jalan.

"Tumben."

"Nggak tahu, lagi pengen aja." Sahutnya.

"Kayak orang ngidam aja!"

Jantung Deon berhenti sedetik menanggapi pernyataan Kendrick, hamil?

Apa kabar dengan wanita yang pernah ia tiduri?

avataravatar