1 Prolog [ONS]

Bangun dari tidur panjangnya, Sekar membuka matanya perlahan dan menemukan dirinya tidur di bangkar dengan jarum infus yang tertancap di dalam pembuluh tangannya. Matanya mengedar ke sekeliling untuk meminta penjelasan mengapa dirinya seperti ini.

Kepalanya masih terasa pusing, aroma obat begitu menusuk indra penciumannya. Satu hentakan selimut yang menutupi tubuhnya terjatuh ke lantai. Pun jarum infus itu terlepas meninggalkan jejak berdarah, Sekar segera berlari ke arah kamar mandi. Bau obat sungguh menyiksanya.

Hoek Hoek

Nihil, hanya cairan bening yang ia muntahkan. Ada apa dengan dirinya? Sekar lunglai lemas duduk di toilet. Tak ada tenaga untuk berjalan keluar rasanya begitu menyiksa.

"Sekar." Teriak Robi begitu masuk ke kamar mandi. Syukurlah Sekar tidak kabur seperti dugaannya karena tidak menemukan Sekar dalam bangkar juga infus yang tercabut.

"Ayo, pegang tanganku!" Robi menuntun Sekar hati-hati.

Ditidurkannya Sekar kembali pada bangkar itu, haruskah ia meminta penjelasan mengenai kandungan Sekar sekarang? Melihat kondisi Sekar yang baru saja siuman membuat ia tak tega untuk memberitahukan.

"Kenapa aku bisa di sini?" tanya Sekar lemah.

Robi menggaruk tengkuknya, harus jawab apa ia sekarang?

"Robi.."

Robi memandang Sekar, dan pandangannya tertuju pada tangan Sekar yang mengeluarkan darah.

"Aku harus menemui dokter dulu, Infusmu terlepas dan tangan mu mengeluarkan darah." Setelah itu Robi segera melesat pergi dan menemui dokter.

Di dalam ruangan Sekar tak henti-hentinya memikirkan mengapa dirinya berada di sini? Seningatnya ia hendak pulang ke kos-kosannya dan bertemu Robi. Setelah itu ia tak mengingat apapun lagi.

Ia baru teringat sesuatu, datang bulannya sudah terlambat sekitar dua bulan. Itu artinya, "Tidak mungkin," gumamnya.

Tidak mungkin dirinya hamilkan? hanya semalam ia diperkosa oleh seseorang yang ia tolong. Apakah membuahkan seorang anak?

Ceklek

Pintu terbuka, Pria dengan setelan jas putih itu mendekat ke arah Sekar sembari tersenyum.

"Wah, sudah siuman. Tapi mengapa infusnya di lepas?" tanya dokter itu sembari membenarkan infus Sekar.

"Anda kekurangan cairan, dan itu bisa bahaya untuk kandungan anda."

"Kandungan?" tanya Sekar.

"Iya kandungan, beberapa jam yang lalu saya telah memberi tahu suami anda kalau anda sedang hamil kira-kira lima minggu. Untuk lebih tepatnya kapan umur janin besok periksa USG dan di ukur dari kapan anda terakhir anda tidak datang bulan," jelas dokter.

Selesai membenarkan posisi infus, Dokter ber nametag Aditya Putra itu memeriksa Sekar. Sedangkan Sekar baru mencerna semua perkataan dokter.

"Keadaan anda lebih baik, kalau anda mual-mual atau emosional anda naik turun itu wajar, atau biasa disebut morning sickness. Kalau begitu saya keluar dahulu, permisi."

Setelah dokter itu keluar, baru Robi mendekat ke bangkar Sekar. Sekar menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jadi?"

"Aku hamil? hah, dasar laki-laki brengsek! " Ujar Sekar dengan air mata yang mulai keluar.

Terkejut, jadi Sekar hamil bukan karena perbuatan Sekar yang aneh-aneh. Tetapi karena Sekar di...

"Katakan siapa yang melakukan itu, Sekar!" tanya Robi dengan nada yang ditinggikan.

Tangan Robi terkepal dan menggenggam erat. Dirinya gagal menjaga Sekar, padahal dirinya sudah berjanji akan menjaga Sekar.

"Pergi!" Teriak Sekar.

"Tapi, aku perlu tahu siapa laki-laki yang telah menghamilimu?!"

"Pergi!" Teriaknya sekali lagi.

Sekar sedang tak ingin menjelaskan apapun. Ia masih belum bisa menerima keadaan dirinya yang tengah mengandung bayi dari laki-laki yang ia tolong.

Robi keluar dengan perasaan tak tentu, dalam benaknya ia harus mencari tahu siapa yang membuat Sekarnya seperti ini.

Harus!

Sekar terus menangis sembari melihat ke arah perutnya yang belum menonjol. Apa yang akan ia perbuat dengan kehidupan makhluk yang tak berdosa dalam kandungannya?

Haruskah Sekar menggugurkan anak ini?

avataravatar
Next chapter