2 Accidentally

Tap!

Tap!

Tap!

Sepertinya ada seseorang di belakangku. Aku menoleh ke belakang perlahan. Benar saja, pria bertubuh tegap itu tengah berjalan dengan langkah gontai.

Baju yang ia kenakan sudah tidak berbentuk. Dasi dibiarkan menggantung dan jasnya melorot hingga ke bahu.

Aku mencoba tidak peduli padanya, aku takut dia berniat jahat jika aku dekati. Apalagi pria itu tengah meracau tidak jelas.

Salahkan Robi yang membiarkanku pulang sendirian, karena Robi tiba-tiba bertemu teman lamanya.

"Awas saja kamu Robi! Sudah jam sebelas lebih lagi" ku percepat langkahku.

Bruk!

Benda apa yang jatuh? Sepertinya aku tidak menjatuhkan apapun. Aku ingat, pria mabuk itu.

"Astaga!" pekikku melihat pria itu terjatuh tersungkur.

Rasa kemanusiaanku yang tinggi membuatku tidak tega melihatnya. Apalagi jam ini sudah tidak ada lagi pejalan kaki yang lewat, hanya ada mobil-mobil.

Ku papah pria itu menuju pinggir toko. "Apa aku bawa saja?" tanya ku bingung.

"Arghh, berat juga ternyata" keluhku menyeret lengannya. Beruntung aku menggunakan celana jeans sekarang.

Selesai, sebaiknya aku bawa ke hotel depan itu saja. "Tuan, bisakah anda berdiri? Aku akan bawa tuan untuk istirahat" pria itu masih meracau.

Astaga, ini akan lebih sulit daripada mengajak anak kecil yang tengah merajuk.

Kubuat pria itu berdiri, dengan susah payah akhirnya pria itu berhasil berdiri. Kupapah tangannya, tinggi juga. Bayangkan aku hanya seketiaknya.

"Tuan, apa tuan bawa dompet?" tanyaku menatap wajahnya.

Pria itu memegang kepalanya, mungkin terasa pening. Lalu merogoh saku celananya. Dompet kulit mahal ada di tangannya.

Aku mengambilnya untuk membayar hotel. Di bantu seorang satpam yang berjaga, satpam itu membawa pria itu sampai masuk ke kamar hotel.

"Terima kasih Pak" ujarku, satpam itu tersenyum lalu pergi.

"Ck, jika saja aku tidak manusiawi. Sudah kupastikan kau akan malu pagi hari. Karena terbangun di trotoar jalan" ku benarkan posisi tidur pria itu. Melepas sepatu dan kaus kaki yang dipakai.

"Tuan, ini dompetnya aku taruh di nakas" saat menaruh dompet itu. Tanganku tiba-tiba dicekal, badanku terhuyung ke arah pria itu.

"Sherly, jangan pergi" ujar pria itu menyentuh bibirku dengan jarinya.

Aku memberontak, astaga. Sudah aku bantu sekarang pria itu akan berbuat senonoh denganku?

"Lepas tuan, saya Sekar bukan Sher Sher mu itu" aku lupa nama yang pria itu sebut sambil mencoba melepas cekalannya.

"Jangan pergi lagi Sherly" , pria itu memelukku kencang. "Lep..as" ujarku terbata.

Dia malah mencium bibirku, oh tidak ciuman pertamaku telah direbut.

Napas pria itu terdengar terburu nafsu, Warn! Aku harus perhi sekarang.

"Lepaskan!" aku memukul bahunya. Bukannya melepas pria itu menciumku lagi dengan tuntutan nafsunya.

Aku mulai menangis, aku tidak mau berakhir tragis di hotel ini. "Jangan" ujarku di sela ciuman yang menuntut itu.

Pria itu meraih tengkuk ku, "Tidak, malam ini akan kubuat kau menjadi milikku selamanya" bisik pria itu di telingaku.

Aku memberontak, berhasil. Tetapi, lagi-lagi tenaga pria mabuk itu lebih besar dariku.

"Jangan!" teriakku, seolah pria mabuk itu menulikan pendengarannya. Di banting tubuhku ke ranjag hotel itu.

Aku ketakutan, jangan sampai pria itu melaukan hal keji itu. Tetapi, tangannya sudah meraih bajuku.

Kemejaku sudah tidak berbentuk lagi, pria itu menyentaknya dengan sekali sentakan.

Kini tubuhku topless, tertinggal bra yang masih menempel ditubuhku.

Ku silangkan tanganku di depan dadaku. Tidak ingin pria itu melihat area sensitifku.

"Buka Sher, kau dan aku sudah sering melakukan lebih dari ini bukan?" apa kata pria itu.

"Aku bukan Sherly mu itu! Biarkan aku pergi tuan, kumohon!"

"Tidak Sher, kau tidak boleh pergi!" teriaknya.

Dia memulai melepas jas dan kemejanya. Memajukan tubuhnya, menciumku dengan brutal. Aku sudah melawannya dengan memukul dada bidangnya.

Sial! Tenaga pria itu kuat. Sampai akhirnya aku lelah memukulnya. Dia melepas kaitan bra ku.

"Jadikan malam ini lebih indah sayang" bisiknya penuh gairah.

Aku menggeleng, tangisku pecah sedari tadi. Aku sudah pasrah, tenaga ku sudah habis untuk meneriaki dan memukul pria itu.

Hingga malam yang menjijikan, pria itu merebut mahkota yang ku jaga hingga sekarang. Dia merebutnya!.

Aku tidak akan pernah memaafkan pria itu. Astaga, apa yang harus aku katakan pada ibuku nanti?

Ku ambil baju yang berserakan, dan memakainya kembali. "Ah, kemejaku robek" aku bingung hatus mengenakan apa untuk pulang saat ini.

Pria itu tertidur setelah pergulatan pemaksaan. Ku ambil jas yang pria itu tadi kenakan.

Setelah selesai, aku keluar dari kamar itu. Apa aku terlihat seperti jalang sekarang?

Dengan mencoba menahan rasa sakit, aku keluar dari hotel dan memesan taksi online.

Selama perjalanan aku hanya menangis dan menyesali perbuatanku. Seseorang telah mengambil mahkotaku yang harusnya untuk suamiku kelak, bagaimana jika aku hamil?

Apa itu mungkin? Hanya satu malam, mungkin saja aku tidak hamil. Semoga tidak hamil, doaku.

Sampai di kontrakan, ku rebahkan tubuhku. Selepasnya aku akan mandi untuk membersihkan tubuhku dan juga hal yang telah aku perbuat, mungkin.

***

avataravatar
Next chapter