webnovel

CINTA BUTA ANNIE GRISHAM

"Dia akan menikah dengan Erica Caterham."

"Aku tahu," jawab Annie muram sembari beranjak melanjutkan perjalanan untuk pergi ke toko roti milik keluarganya, setelah beberapa waktu lalu dia tertahan oleh rasa penasaran, melihat beberapa gadis anak pedagang berkerumun di depan toko kain milik Ms. Cope, penjahit angkuh—yang menghususkan dirinya sebagai si penjahit pakaian pengantin bagi bangsawan dan orang kaya.

"Mereka pasangan yang cocok ya?" kata Rosalie sambil sesekali menoleh ke belakang, untuk melihat pemuda tampan berambut pirang ikal yang masih berdiri depan toko kain Ms. Cope, tampak ragu untuk masuk ke dalamnya.

"Hmm."

"Sir Arthur Charmichael dan Erica Caterham, seharusnya sejak dulu sudah bisa ditebak kalau mereka akan menjadi pasangan. Yang satu tampan, dan yang satunya lagi cantik. Orang tua mereka berdua juga sama-sama menyandang gelar sebagai bangsawan dan orang paling kaya di Circlewoods. Mereka berdua benar-benar pasangan sempurna yang bisa membuat orang lain mati karena iri." Rosalie mendesah. Gadis manis bertubuh tambun dengan rambut pirang kemerahan itu terus berceloteh, menceritakan rumor tentang pesta pernikahan puteri tunggal keluarga Caterham dengan putera sulung keluarga Charmichael, yang rencananya akan diadakan dengan sangat mewah dan meriah .

Annie Grisham hanya tersenyum masam menanggapi celotehan yang sahabatnya. Dia tak tahu harus berkata apa melihat kenyataan orang-orang di Circlewoods tampak antusias dan ikut bergembira menyambut rencana pernikahan anak dari dua orang paling kaya di desa mereka. Pesta meriah dengan berbagai hidangan makanan lezat nan mewah, hal itulah yang paling dinanti oleh penduduk desa yang rata-rata memiliki penghasilan kecil seperti Circlewoods.

"Jadi ... kita akan berpakaian bagus untuk menghadiri resepsi Sir Arthur dan Erica Caterham. Siapa tahu di pesta resepsi itu kita bisa mendapat seorang bujang berkualitas untuk dijadikan suami. Bagaimana Annie, apa kau juga akan pergi ke resepsi pernikahan, Sir Arthur dan Erica Caterham?"

Annie menoleh ke arah Rosalie Wade, yang masih tampak bersemangat dengan celotehannya. Mata biru gadis muda itu tampak berbinar membayangkan berbagai opsi tentang pesta dalam pikirannya.

"Tentu," Jawab Annie pelan. Dia terdengar ragu.

"Ini akan mengasikan. Kata Bibiku yang bekerja sebagai pelayan di keluarga Caterham, resepsi pernikahan Sir Arthur dan Erica Caterham akan diadakan akhir desember ini."

Annie hanya tersenyum hambar menanggapi perkataan Rosalie.

***

"Dia hanya seorang gadis miskin, yatim piatu pula. Memangnya apa yang kau harapkan dengan menikahi gadis seperti itu?"

Masih terus menguleni adonan roti yang dia buat, Annie termenung mengingat pertemuannya dengan keluarga sang kekasih beberapa minggu lalu, yang tidak berjalan lancar. Keluarga kekasihnya menolak dia mentah-mentah karena status keluarganya yang hanya pemilik toko roti, dan dia juga telah yatim piatu.

"Tapi Annie gadis yang baik Bu, aku mencintainya."

Kekasih Annie, masih mencoba untuk membujuk Ibunya agar menerima seorang Annastasya Grisham sebagai calon menantu. Namun Sang Ibu—seorang wanita pendek berambut pirang, dengan tubuh gemuk, yang gemar mengenakan gaun berjumbai dan topi bulat besar bangsawan di kepalanya--tetap kukuh menolak Annie. Dia menganggap Annie tidak pantas untuk mendampingi putra sulung kesayangannya.

"Sekali tidak, tetap tidak, Arthur!" Lady Hebert Charmichael berteriak lantang, "jangankan untuk menjadi istrimu, untuk bekerja sebagai pelayan dan membersihkan kotoran di Rumah ini saja dia tidak pantas!"

Penghinaan Lady Hebert Charmichael saat itu benar-benar membekas dalam memori Annie, membuat hatinya berdenyut sakit saat mengingat. Hati kecilnya memendam amarah dan dendam pada wanita bangsawan angkuh yang menghina dia karena perbedaan kasta, serta membuatnya berpisah dengan laki-laki yang dia cintai.

Suara pintu dapur yang terbuka, menarik Annie keluar dari lamunannya. Masih terus mengerjakan adonan rotinya, dia menoleh dan mendapati seorang gadis muda berambut hitam disanggul, yang memakai gaun sederhana berwarna putih gading, muncul.

"Hai Annie," Katarina Rowling, gadis cantik putri walikota, muncul sambil melemparkan senyum lebar dan penuh rahasia ke arah Annie. Selain Rosalie, Katarina juga adalah salah satu teman dekat Annie.

"Katarina, ada apa?" tanya Annie sambil memotong dan membentuk rotinya, satu-persatu disimpan di atas nampan aluminium, untuk dimasukan ke dalam tempat pemanggangan.

Terus tersenyum, Katarina berjalan anggun menghampiri Annie, "Aku, aku mendapat lamaran dari keluarga King," katanya senang. Mata biru cerahnya dipenuhi oleh binar kebahagiaan.

Annie berbalik, dia memekik gembira mendengar khabar bahagia yang datang dari sahabatnya sejak kecil itu.

"Kalau begitu selamat Kat, kau harus bahagia."

"Tentu. Franciss King, adalah pemuda tampan yang baik hati, aku akan bahagia jika benar-benar menikah dengannya," kata Katarina tersipu.

Annie tersenyum. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya, "Terimakasih sudah mau mengabariku soal ini."

"Tentu saja kau harus tahu. Kau itu sahabat baikku."

Annie memasukan nampan aluminium rotinya ke dalam pemanggang. Dia menambahkan beberapa buah kayu bakar ke dalam api, untuk memastikan suhu panas yang pas.

"Oh ya, Annie ...." Katarina terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Hmmm?"

"Boleh aku minta sesuatu?"

"Apapun Kat. Katakan saja." Annie mengernyit bingung melihat keenganan si gadis Rowling.

Katarina menyeret Annie untuk duduk di kursi makan di dapur, dia kemudian menatap Annie penuh harap.

"Tolong ramalkan aku."

"Apa?" Annie tersentak mendengar permintaan Katarina.

"Tolong ramalkan kehidupan rumah tanggaku dengan Franciss setelah kami menikah nanti," pinta Katarina dengan wajah memelas.

"T-tapi ...." Annie kebingungan. Dia memang memiliki sedikit darah gypsi dalam dirinya. Beberapa tetangga pun percaya, bahwa kedua orang tua Annie, memiliki kemampuan okultisme yang hebat.

Saat masih remaja, Annie kerap iseng meramal teman-teman perempuannya, dia mahir meramal dengan metode garis tangan, dan menurut teman-temannya ramalan Annie seratus persen tepat, dan selalu terjadi. Kegiatan meramal Annie berhenti setelah ketahuan oleh Ibunya. Beliau sangat marah, dan menghukum Annie remaja, dengan memukul kakinya habis-habisan menggunakan rotan. Setelah itu Annie kapok untuk meramal lagi.

"Ayolah Annie. Kumohon, aku ingin tahu bagaimana kehidupanku dengan Franciss nanti. Apakah dia memang ditakdirkan untukku atau bukan. Aku mau tahu kalau dia juga memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak." Katarina memelas.

"Tapi ...."

"Annie kumohon."

Tak tega melihat Katarina memohon padanya, dengan berat hati Annie mengangguk. Dia bangkit dari kursi, beranjak keluar dapur—menuju ke sebuah ruangan. Lalu kembali dengan sebuah buku aneh—yang sampulnya terbuat dari kulit kayu, dan juga setumpuk kartu tarot di tangan kanannya.

"Apa itu?"

"Aku sudah sedikit lupa dengan cara ramalan garis tangan," Annie mengerutkan bibir sambil meletakan buku dan kartu tarot di atas meja, "jadi aku akan menggunakan kartu tarot untuk meramalmu."

"Memangnya kau bisa?" sebelah alis Katarina terangkat ragu.

Annie menggedikan bahu, "Entahlah. Kartu dan buku ini milik mendiang Ibuku, waktu kecil aku selalu melihatnya menggunakan kartu ini—tanpa buku petunjuk--untuk meramal beberapa teman dan tetangga, dia tidak sering meramal nasib orang, tapi menurut mereka yang pernah diramal Ibuku, ketepatan ramalannya sekitar seribu persen." Annie mengedipkan matanya main-main saat mengucapkan kalimat yang terakhir.

Katarina tertawa, "Ibumu juga bisa meramal? Itu keren," katanya kagum, "lalu apakah kau juga mewarisi kemampuan meramal tarot yang luar biasa dari Ibumu?"

Annie mengerucutkan bibir, dia mulai mengocok kartunya, "Aku meragukannya. Tapi kau tak perlu khawatir, walaupun kemampuan meramal tarotku sepayah kemampuanmu dalam memasak, ramalannya akan tetap tepat. Aku memiliki buku petunjuk yang ditulis langsung oleh Ibuku."

"Haaah, tak apalah. Tapi hal ini membuatku meragukan kemampuan meramalmu yang melegenda di Circlewoods," goda Katarina.

Annie terkekeh, "Ramalan waktu itu hanya kebetulan saja sama dengan apa yang terjadi. Dan kita lihat apa ramalanku kali ini akan tepat?"

Katarina mengangguk, tampak bersemangat saat Annie selesai mengocok kartu tarot dan membaginya dalam beberapa baris.

Annie menatap Katarina, ekspresinya serius, "Semoga apa yang baik dalam ramalan ini bisa terjadi di dunia nyata, dan yang tak baik pergi bersama setan ke Neraka."

Katarina tertegun mendengar perkataan Annie, dia kemudian mengangguk, membuat sebuah senyum tipis tersungging di wajah cantik temannya itu.

***

"Kenapa kau tidak meramal tentang Erica Caterham, dan Sir Arthur Charmichael?"

Pertanyaan Katarina membuat Annie menghentikan kegiatannya mengeluarkan roti dari panggangan. Dia menoleh, mengernyitkan kening menatap Kat, yang tengah asik duduk di kursi makan, sambil menikmati secangkir kop panasi, dan roti hangat yang disuguhkan Annie.

"Kenapa aku harus meramal mereka?" Annie balik bertanya dengan ekspresi bingung.

"Karena mereka berdua adalah orang yang paling dibicarakan di Circlewoods saat ini. Pernikahan mereka, walau baru rencana, telah menjadi fenomenal," Kat tampak bersemangat menjelaskannya, dia juga terlihat begitu bahagia karena ramalan baik yang disampaikan Annie, mengenai hubungan masa depannya dengan Franciss, "orang-orang tentu akan penasaran seperti apa hubungan mereka di masa depan."

Annie mendesah. Dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Tidak."

Kat cemberut, "Kenapa tidak?!" protesnya.

"Aku tidak meramal orang yang tidakku kenal," dusta Annie, suaranya terdengar ragu.

"Apa meramal orang yang tidak dikenal adalah sebuah pantangan?"

"Tidak."

"Lalu kenapa?"

"Aku hanya tidak mau," jawab Annie mencoba terdengar santai.

Kat mendengus, "Kalau kau tidak mau meramal Sir Arthur dan Erica, bagaimana kalau kau meramal dirimu sendiri?"

"Apa?" Annie menoleh ke arah Kat, bibirnya berkedut geli.

"Ramal masa depanmu sendiri. Caritahu, dengan siapa dan kapan kau jatuh cinta, dan menikah. Lalu kau akan punya anak berapa?"

Annie terkekeh mendengar perkataan Kat, "Seorang peramal meramal masa depannya sendiri? Itu adalah pantangan, Nona."

"Itu bukan pantangan tertulis. Kau hanya peramal amatir, dan kau bahkan tidak memiliki buku tentang pantangan-pantangan seorang peramal. Jadi lakukan saja." Kat menyeringai di balik cangkir kopinya, dan dia tertawa saat melihat Annie memasang ekspresi kesakitan, yang begitu dramatis, sambil memegang dadanya.

"Kau sungguh menyakitiku. Sangat menyakitiku dengan kata 'peramal amatir'mu itu."

"Ouh. Sudahlah." Kat tergelak.

"Aku tetap tidak akan melakukannya," kata Annie dengan ekspresi serius, "aku ingin masa depanku menjadi sebuah kejutan untukku." Annie terdiam, matanya menerawang sedih menatap api yang menyala di tempat panggangan. Sekelebat memori masa lalu tentang Annie saat remaja, yang menggunakan kemampuan meramalnya, untuk menggaet pemuda yang dia suka terlintas dalam ingatan. Bagi Annie semua itu terlalu menyakitkan untuk diingat.

"Aku merasa kasihan pada Iblis yang ditugaskan untuk menggodamu melakukan hal-hal buruk," komentar Katarina menarik Annie keluar dari lamunan, "mereka akan dilempar kembali ke dasar neraka, karena kau sangat sulit untuk digoda dan dibujuk," kata Katarina sambil menatap Annie cemberut.

Annie tersenyum masam mendengarnya.

***

"Kenapa kau tidak meramal tentang Erica Caterham, dan Sir Arthur Charmichael?"

Pertanyaan Kat siang tadi masih terngiang jelas di telinga Annie, membuat dia tak dapat tidur walau hari telah larut. Sejujurnya dia juga penasaran, tentang bagaimana masa depan dua orang yang paling dibicarakan di Circlewoods saat ini. Apakah pernikahan mereka akan berlangsung bahagia, ataukah malah sebaliknya?

Annie tiba-tiba tergoda untuk meramal masa depan pernikahan Sir Arthur Charmichael dan Erica Caterham. Namun satu hal yang membuatnya ragu, jika Annie meramal masa depan Erica dan Sir Arthur, Annie yakin dia juga akan masuk dalam ramalan itu. Biar bagaimanapun Sir Arthur memiliki masa lalu yang intim dengan Annie. Dan biasanya sesuatu yang terjadi di masa depan, adalah imbas dari apa yang terjadi di masa lalu. Selain itu, Annie tidak suka meramal dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat berbaring gelisah tanpa bisa memejamkan mata, Annie akhirnya menyerah pada godaan untuk meramal Sang mantan kekasih dan calon istrinya.

Turun dari tempat tidur, Annie segera melangkah menuju lemari, dan mengeluarkan kartu tarot dan buku petunjuknya dari dalam sana.

"Semoga ini tidak akan menjadi hal buruk," gumamnya sembari berjalan menuju tempat tidur, lalu duduk bersila dan memusatkan konsentrasi, "aku harap ramalannya tepat," dia mendesah, tampak ragu dengan apa yang akan dia lakukan.

***

Besok lusa adalah hari pernikahan Sir Arthur Charmichael dengan Lady Erica Caterham, seluruh penduduk Circlewoods sangat menantikannya. Mereka semua ikut berbahagia dengan penyatuan dua insan itu, kecuali ... Annie Grisham.

Gadis muda berambut cokelat itu tampak duduk muram di emperan toko rotinya. Tak seperti biasa pula, Annie menempelkan label 'tutup' di pintu toko.

Mengabaikan orang berlalu-lalang yang menatapnya heran, Annie bergumam tak jelas mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kata 'ramal' dan 'mati'.

"Aku tidak berharap itu akan terjadi, tapi ...," dia mendesah menatap dua lembar kartu tarot di tangannya.

Mata cokelat Annie kemudiaan tertumbuk pada seekor kucing kecil berbulu platina, dengan mata biru jernih yang balas memandangnya polos. Annie mengerjap memperhatikan kucing--yang seakan memanggilnya untuk mendekat.

Setelah beberapa saat terdiam, Annie bangkit dari posisi duduknya. Dia kemudian melangkah menghampiri kucing yang berada di tengah jalan itu.

"Puss. Puss. Apa yang kau lakukan di sini, Nak? Apa kau tidak takut tertendang para pejalan kaki,atau tertabrak mobil?" Annie mengangkat si kucing kecil ke dalam pelukan.

Ketika Annie berbalik hendak menuju ke tokonya, sebuah roll-royce berwarna merah menyala muncul dari arah utara dan hampir menabraknya. Semua orang berteriak histeris dan Annie terjatuh, dia memeluk erat kucing kecil dalam pelukannya.

"Apa-apaan kau, mau mati ya?!"

Annie mendongak, ekspresi kesakitannya berubah kosong, saat melihat gadis berambut pirang terang berpenampilan bangsawan keluar dari mobil dan melotot kesal ke arahnya. Seorang pemuda berambut pirang ikal dengan mantel cokelat ikut keluar dari mobil, dia terkejut melihat Annie.

"K-kau tidak apa-apa?" Dia hendak menghampiri Annie untuk membantunya berdiri, tapi ditahan oleh si Pirang.

"Kita akan terlambat, Arthur! Hari kita harus segera mengambil baju pengantin di tempat Ms. Cope!" rengek si pirang, Erica.

"Tapi ...."

Erica menoleh dan melotot kesal ke arah Annie, "Heh Bodoh, apa kau tidak bisa menyingkir dari sana? Kami sedang buru-buru!" bentaknya.

Beberapa penduduk Circlewoods yang melihat perlakuan Erica pada Annie, mendelik tak suka dengan kelakuan si Putri Caterham. Mereka tidak menyangka, gadis yang selama ini dikatakan para bangsawan sebagai gadis baik, manis, dan sopan, bisa berlaku semena-mena begitu.

Dengan ekspresi kosong dan masih memeluk si kucing kecil, Annie bangkit dan melangkah menuju toko rotinya. Memberi kesempatan pada mobil mewah bangsawan Arthur dan Erica untuk lewat.

Erica melirik sinis ke arah Annie, dia kemudian menatap Arthur.

"Mantan pacarmu sudah gila," cibirnya sembari masuk ke dalam mobil.

Arthur memandang datar punggung Annie yang sedang berusaha membuka pintu toko rotinya. Setelah itu dia ikut masuk ke dalam mobil bersama Erica.

.

.

"Kau tahu ...," Annie memperhatikan kucing kecil yang diselamatkannya dengan serius, sekarang hewan itu sedang lahap meminum susu dari sebuah baskom kecil yang disediakan Annie, "kau muncul sesuai dengan apa yang sudah kuramalkan semalam. Mungkin benar. Aku pikir mungkin benar, kau adalah jalanku untuk mendapatkan Arthur kembali," dia tersenyum misterius.

***

Pesta resepsi pernikahan Sir Arthur Charmichael dengan Lady Erica Caterham, yang diadakan di Kastil Oregon, milik keluarga Charmichael berlangsung meriah. Hari itu dua keluarga bangsawan paling kaya di Circlewoods bermurah hati mengundang penduduk Circlewoods untuk ikut memeriahkan pesta—menikmati hidang-hidangan mewah lezat yang tersedia di sana.

Mengasingkan diri dari kemeriahan pesta, Annie Grisham dengan kucing kecil dalam pelukannya, berdiri di sudut taman, menjauh dari pasangan pengantin yang berbahagia. Matanya menatap sendu pada sosok pengantin pria yang sedari tadi tersenyum sumringah menerima ucapan selamat dari para tamu.

Perasaannya kacau. Dia jadi ragu untuk melaksanakan niatannya.

Setelah berpikir selama beberapa saat, dia memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Namun baru saja dia hendak berbalik, seseorang menahan tangannya.

"Apa?" Annie menatap sosok itu dingin.

"Maafkan aku," ucap sosok itu parau sambil menatap Annie sedih. "Aku janji ini tidak akan berlangsung lama. Setelah semua utusan keluargaku dan dia selesai, aku akan … menceraikannya, dan kita bisa kembali bersama."

"Tapi aku ingin kita selalu bersama."

Arthur mengernyit mendengar perkataan Annie, "Aku tahu itu Annie, dan aku minta maaf soal itu, hanya saja aku tidak bisa melakukan apapun," ucap Arthur sedih.

"Kau bisa."

"Maksudmu?" sebelah alis Arthur terangkat bingung.

"Kau bisa melakukannya, tinggalkan Erica dan pergi bersamaku." Annie menatap Arthur tepat di matanya.

"T-tapi ...."

"Kalau kau benar mencintaiku, kau pasti bisa melakukan itu," Annie mendesak sambil mengelus lembut bulu si kucing platina.

Erica Caterham, yang sekarang sudah menjadi Lady Erica Charmichael, menggeram marah saat melihat suaminya berbicara serius dengan Sang Mantan kekasih, di pojok taman kastil Oregon.

Gadis kampung miskin yang datang ke pesta mewah sambil memeluk seekor kucing itu, terlihat mengatakan sesuatu pada Arthur, sehingga membuat pria itu tampak frustrasi dan bimbang. Setelah mengatakan sesuatu pada Anastasya Grisham, Arthur kemudian pergi.

Tak tahan dengan kecemburuan yang menggelak di hati, Erica menghampiri si gadis kampung miskin—mantan pacar Arthur.

"Kalau kau datang ke sini untuk merayu Arthur agar kembali padamu, maka sebaiknya kau pergi!" Matanya menyalang marah menatap Annie Grisham.

Annie tersenyum sinis melihat kelakuan Erica, "Aku datang hanya untuk mengambil apa yang seharusnya jadi milikku," dia menjawab tenang, sambil mengelus lembut bulu kucing platina kecil yang dia peluk.

"Maksudmu Arthur? Dasar Jalang, dia suamiku!" Erica memekik murka, menarik perhatian beberapa tamu ke arah mereka.

"Dia memang suamimu, tapi dia milikku. Telah ditakdirkan untukku sejak pertama kali kami bertemu," Annie berbicara seperti seorang psikopat, suaranya datar dan ekspresinya dingin, "dan asal kau tahu ...," dia mendekatkan kepalanya ke arah Erica, berbisik, "aku tidak suka berbagi. Ini kesempatan terakhirmu untuk mengalah, aku tidak mau kau menyesalinya."

"Kau ...."

Dari sudut matanya, Annie melihat para tamu undangan yang hadir di pesta malam itu mulai berkumpul, menonton konfrontasi mereka berdua.

"Sampai jumpa," pamitnya riang.

Annie berjalan meninggalkan pesta itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

***

Satu minggu kemudian.

"Tunggulah di sini. Aku akan memasakan sarapan untukmu, aku tahu kau pasti lapar."

Annie meletakan kucing kecil berbulu platinanya di atas meja dapur, kemudian beranjak menuju meja dapur untuk memilah dan memilih bahan makanan untuk dimasak.

Si kucing platina tampak bergelung nyaman di atas meja, memperhatikan kegiatan memasak Annie dengan seksama. Sesekali dia mengeong, dan menguap.

"Sabarlah Archie," Annie tertawa melihat kelakuan si kucing yang seolah tak sabar.

Pintu dapur yang terbuka, mengalihkan perhatian mereka. Kat muncul dengan ekspresi bingung dan aneh.

"Apa kau sudah dengar gosipnya?" Dia langsung duduk di meja makan.

"Gosip, gosip tentang apa?" Annie balik bertanya.

"Erica Caterham dibawa ke Rumah Sakit di London, suaminya melukainya. Khabarnya itu cukup parah," katanya berjengit ngeri, "wajahnya dicakar dan lehernya dicabik."

"Oh ya?" Annie tak terdengar kaget.

Kat mengangguk, "Penyerangan terjadi di saat mereka akan melakukan malam pertama. Sepertinya di pesta resepsi mereka terlibat pertengkaran, yang aku dengar mantan pacar Sir Arthur datang ke pesta resepsi itu."

Annie bersyukur, orang-orang yang menyaksikan konfrontasinya dengan Erica adalah beberapa kaum bangsawan yang sama sekali tidak mengenalnya.

"Aku pikir Sir Arthur sangat mencintai mantan pacarnya itu, karena dia membelanya ... dan bahkan sampai menyerang istrinya."

Annie terdiam.

"Yang dipikirkan orang menikah karena cinta, ternyata menikah karena dipaksa."

"Pernikahan paksa tidak pernah berakhir baik," gumam Annie datar.

"Kau benar. Contohnya saja Lady Erica dan Sir Arthur, Lady Erica terluka parah, sedangkan Sir Arthur ... jadi gila," kata Kat sedih.

"Gila?"

"Iya gila. Dia kehilangan ingatannya. Tak mau bicara. Bertingkah bak hewan. Dan ... yang kudengar dari para pelayan Charmichael, dia sekarang suka memakan ikan-ikan mentah. Huekk."

Annie mendesah cemas. Dia melirik ke arah si kucing platina bermata biru, yang balas menatapnya polos.

"Meong."

Kat mengernyit menatap kucing platina yang bergelung manis di meja di depannya. Dia tahu, secara logika itu tak mungkin, tapi dia seolah mendengar kata, "aku baik-baik saja," dari meongan si platina kecil.

"Apa?" Annie mulai memasukan sayur ke dalam panci, yang airnya telah mendidih.

"Dia ...."

"Archie."

"Archie? Kucing peliharaanmu?"

"Hu'um," Annie mengangguk, "Aku menemukannya minggu lalu di depan toko. Kenapa?"

"Tidak, dia menggemaskan. Dan menurutku dia kucing yang tampan," Kat tersenyum, mengelus pelan kepala Archie—yang tampak ragu menerimanya, "Nama dan matanya mengingatkanku pada Sir Arthur."

Annie dan Archie saling bertukar pandang.

Tentu saja, Archie itu kepandekan dari Arthur. Dan Archie juga adalah ... Arthur, yang jiwanya telah dimasukan oleh Annie ke dalam tubuh kucing kecil platina.

Ramalan waktu itu telah membuat Annie mengetahui dan mempelajari banyak hal, tentang kemampuan okultisme, ramalan, dan sihir yang dia warisi dari mendiang orang tuanya yang masih memiliki darah timur.

Dia menggunakan kemampuan okultisme, yang bisa disebut sebagai sihir hitam, dengan beberapa mantra dan ramuan yang dapat membuat jiwa Arthur berpindah ke tubuh Archie, dan begitupula sebaliknya. Dia melakukan semua itu setelah mendapat ijin dari Arthur di malam pesta resepsi.

Kelakuan Lady Herbert dan Erica, membuatnya bersumpah untuk mendapatkan Arthur kembali, dengan cara apapun.

SELESAI