5 Strategi baru

"Rupanya ayah ga main – main, dia benar – benar sedang merebut hati Anya."

"Gue harus merubah strategi nih.."

Mario terus berpikir bagai mana dirinya bisa merebut hati Anya dan tidak kalah dari ayahnya, entah apa karena Mario benar jatuh cinta pada Anya, atau dia hanya tak ingin sang ayah menikah lagi apa lagi dengan gebetannya sendiri. Yang jelas kini Mario akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa melepaskan Anya dari sang ayah.

Malam telah larut sinar bulan di pulau dewata terlihat sangat indah. Saking asiknya Mario berkelana dengan pikirannya sendiri sampai Ia baru menyadari jika ada bidadari yang sedang duduk di balkon kamar sambil menatap rembulan.

"Cantik, kenapa gue baru sadar kalo dia ada situ.."

Anya duduk santai dengan tatapan jauh ke atas langit, menembus awan yang bergelayut membentuk gumpalan yang tersinari rembulan yang indah. Ia pun tak sadar jika sedang di jadikan objek pandangan mata oleh seseorang.

Namun seketika raut wajah Mario berubah, saat dilihatnya sang ayah ikut bergabung dengan Anya duduk di balkon dengan membawa minuman hangat.

Mario dapat melihat dengan jelas betapa sang ayah dan Anya sangat nyaman saat terlibat obrolan, entah mereka sedang membahas apa yang jelas mereka begitu asik hingga mengabaikan Mario yang juga berada satu villa dengan mereka.

Sementara Anya dan Pak Burhan sedang asik membahas meeting yang akan di lakukan esok hari yang rencananya akan di selenggarakan di sebuah ruangan salah satu hotel mewah.

"Jadi semua sudah Ok ya buat besok, Anya."

"Sudah Pak bos."

"Bagus. Sebenarnya ada satu yang saya khawatirkan saat meeting besok."

"Apa pak bos?"

"Tuan Kelvin akan datang, Anya."

Anya teringat dengan nama yang baru saja di sebutkan oleh sang bos, 'Tuan Kelvin.' Orang yang sangat ambisius dan akan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Pak Bos tidak per;u khawatir, saya sudah mempersiapkan semua data yang kita perlukan, saya yakin kita akan bisa memenangkan tender itu besok."

"Kamu sangat percaya diri Anya."

"Itu modal utama saya bos."

'Kita tidak akan kalah dengan Kelvin bos.' Batin Anya.

"Anya, boleh saya bertanya sesuatu yang agak pribadi?" 

"Silahkan Pak Bos."

Pak Burhan menarik nafas panjang, lalu melangkah ke tepi balkon dan bersandar di sana.

"Apa sebelumnya kau sudah mengenal kelvin?" Tanya Pak Burhan dengan tatapan menghunus hingga jatung Anya.

Anya terdiam, tatapannya Ia alihkan pada pemandagan taman di luar sana yang membawa ingatannya kembali ke masa lalu.

"Apa saya boleh berkata jujur? Dan apa anda tidak akan marah atau salah paham terhadap saya?" Tanya Anya tanpa menoleh pada Pak Burhan. 

Anya dan Pak Burhan sama – sama sendiri dalam masalah hati. Anya tidak pernah terbuka pada siapapun, sejak kecil Ia sudah di kucilkan karena menurut keluarganya Ia berbeda dengan yang lain. Tubuhnya gendut, doyan makan, tidak suka dandan, dan terkenal dengan penampilannya yang cupu. Selama hidupnya Anya seolah hidup sendiri. Namun semua berbeda saat Ia mengenal INGE, yaitu mendiang istri Pak Burhan. Inge seolah menjadi sahabat, menjadi Ibu dan juga sekaligus bos yang baik untuk Anya, hingga akhirnya beliau meninggal karena penyakiy yang di derita.

"Anya..." Pak Burhan membuyarkan lamunan Anya.

"Tuan Kelvin adalah..."

"Ayah!" Mario tiba – tiba datang dari arah yang tak terduga.

"Ada apa Mario?" Tanya Pak Burhan melihat Mario yang tiba – tiba saja datang dan memanggilnya dengan lantang.

"Ehm... bolehkan Mario mengajak Anya jalan – jalan? Hanya sebentar, Mario hanya ingin membeli sesuatu." Kata Mario, padahal Mario sendiri sebenarnya tidak tahu akan kemana dan akan membeli apa.

Pak Burhan dan Anya saling pandang.

"Anya apa kamu bersedia jalan bareng Mario?" Tanya Pak Burhan yang melihat Anya tak lagi bersemangat.

"Saya..."

"Ayolah Anya, ini hanya sebentar, OK. Aku janji ga akan macam – macam."

"Bererti kamu pernah berniat macam – macam pada Anya?" Sergah Pak Burhan yang membuat Mario langsung menatap pada sang ayah.

"Tidak.... tidak sama sekali." Jawab Mario sambil menngaruk pelipis kanannya.

"Hah ya sudah, itu semua tergantung Anya, dia mau atau tidak kamu ajak jalan." Pak Burhan lalu pergi dari hadapan kedua manusia yang sama – sama sering perang batin.

"Anda mau kemana Tuan Mario?" Tanya Anya sopan.

"Biasa saja lah Anya, ga usah formal kayak gitu, tadi aja gue lihat elo sama ayah bahasanya biasa aja, kenapa saat ngomong sama gue elo jadi seformal itu?" Rajuk Mario kesal.

"Maaf.. tapi sepertinya itu tidak sopan."

"Anya! Bahkan elo sering keluar masuk rumah gue, mungkin jika ada yang lihat elo ini di kira adik gue."

"Bisa jadi mereka mengira saya adalah pembantu anda tuan."

"Astaga Anya.." Mario memijat kenignya yang mendadak berdenyut.

"Terserah elo lah... yang penting Elo mau nemenin gue jalan malam ini."

"Oke, tapi jangan pulang larut. Karena besok saya dan Pak Burhan ada meeting pagi – pagi."

"Ok siip."

"Saya ganti baju dulu." Anya berjalan melewati Mario begitu saja, harum tubuh Anya langsung menyeruak ke dalam indra penciuman Mario.

"Harum, kayak bayi."

Mario masih berdiri di tempat yang sama saat tiba – tiba Anya kembali muncul dengan pakaian yang telah rapi.

"Ayo." Ajak Anya.

Mario sedikit terpaku, dress warna putih dengan tas kecil bergelantung di pundak, serta rambut panjang yang di urai membuat kesan seksi pada Anya langsung tersematkan.

'Seksi bener nih bocah..' Batin Mario.

"Jadi jalan ga?" Tanya Anya memastikan karena melihat Mario yang hanya diam sambil menatap dirinya. 

"Ja.. Jadilah. Ayo.." Mario berjalan terlebih dahulu di ikuti oleh Anya di belakangnya.

'Dasar mata keranjang. Baru lihat gue yang begini aja udah meleyot... apa lagi lihat bule berbikini? Dasar Mario Kampret.' Anya terus memaki anak bos nya.

"Kita mau kemana?" Tanya Anya saat keduanya berada di dalam mobil.

"Cari sesuatu, ehm... teman gue minta tolong untuk di carikan sesuatu untuk di kasishkan ke pacarnya. Makanya gue ajak elo, pastinya elo lebih tahu apa yang di sukai perempuan kan?"

"Mungkin." Jawab Anya cuek.

"Kok mungkin, semua perempuan mayoritas suka belanja, dan pastinya elo juga begitu."

"Sok tahu Anda.."

Mario menatap Anya yang menatap jalanan tanpa menoleh sedikitpun pada Mario.

"Memangnya elo ga suka belanja? Bohong aja."

"Saya itu Cuma anak kos, uang gaji saya kirim ke kampung untung bapak sama ibu saya. Jadi ga ada budget untuk shoping barag yang ga penting. Tapi kalau anda mau traktir... boleh juga."

Mario seketika menatap Anya yang sedang tersenyum kecil.

"Hah! Kau ini ternyata sama saja dengan perempuan lain yang doyan traktiran."

"Saya bilang kalau anda mau traktir, kalau tidak ya sudah tidak apa – apa." Jawab Anya cuek.

"Lo itu ngeselin, tapi gue suka."

avataravatar
Next chapter