7 Penasaran

"Kalian sudah mau berangkat?"

"Pagi? Kamu ini yang bangunnya kesiangan." Balas Pak Burhan sambil menarik hidung Mario.

"Aduh! Sakit ayah.." kata Mario sambil mengelus hidungnya.

"Mari bos, mobil sudah siap." Ucap Anya yang baru saja masuk ke ruang tengah.

"Ayo."

"Eh tunggu!"

Pak Burhan menarik nafas panjang, lalu menoleh ke pada anak bujangnya yang masih terbungkus piyama tidur.

Begitu juga dengan Anya, dia menatap Mario tak mengerti dengan sikap anak bosnya itu.

"kalian meeting dimana?"

"Kenapa sih? Kamu mau ikut meeting sama ayah?" Tanya Pak Burhan yang jadi ikutan bingung dengan Mario.

"Bu.. bukan begitu, Cuma Tanya aja kok." Balas Mario dengan cengiran khas orang bingung.

Pak Burhan mengelengkan kepala lalu berjalan mendahului Anya menuju ke mobil tanpa peduli lagi dengan Mario. Pak Burhan tahu jika Mario pasti akan mengikuti mereka walau tanpa menjawab apapun, Mario pasti sudah paham mereka akan pergi kemana.

Seorang Mario pasti mempunyai banyak orang kepercayaan yang tersebar di penjuru daerah mana pun.

"Sepertinya semalam kalian pulang larut." Ucap pak Burhan saat Anya mulai menjalankan kereta besinya. Ya Anya selalu merangkap menjadi sopir saat mereka keluar daerah seperti sekarang ini.

"Tuan Mario membeli banyak oleh – oleh untuk teman – temannya, jadi kami memang pulang malam berangkatnya saja sudah malam."

"Mario ga rewel kan?"

Anya tersenyum simpul. "Sedikit."

Pak Burhan terkekeh, sedikit untuk Anya itu artinya banyak.

"Kita langsung ke lokasi?"

"Ya bos, klien semua sudah menunggu."

"Tepat waktu sekali mereka."

"Terang saja mereka tepat waktu, meeting ini sangat penting untuk kelangsungan usaha mereka."

"lalu acara tendernya nanti jam berapa?"

"Acara tendernya nanti setelah makan siang lokasinya di hotel yang sama, bos."

"Kamu sengaja mengadakan meeting dengan klien kita dan kepala cabang di hotel yang sama untuk menyingkat waktu atau mempermudah Mario menemukan kita?"

Kini giliran Anya terkekeh sambil memuitar setir mobil ke kiri. "Dua – duanya bos."

"Kamu tahu Mario sangat manja, dia bahkan cemburu padamu."

"Itu wajar Tuan Mario sangat mencintai mendiang ibunya, maka sudah tentu dia tidak ingin ada seseorang yang menggantikan posisi ibunya."

"Saya piker bukan karena itu, Anya."

"lalu?"

"Karena Mario menaruh hati padamu." Jawab Pak BUrhan dengan senyuman yang mengembang.

Anya pun ikut tersenyum lalu menjawab Pak Burhan dengan nada bercanda.

"Tuan Mario hanya sekedar penasaran saja, bukan menaruh hati pada saya."

"bagai mana kamu bisa tahu, Anya?"

"Terlihat dari tingkahnya, lagi pula Tuan Mario selalu di kelilingi gadis cantik, sexy dan kaya. Jadi mana mungkin saya yang hanya remahan ini di sukai Tuan Mario."

Pak Burhan tersenyum lalu menatap Anya yang duduk di depannya.

"Asal kamu tahu Anya, baru kali ini Ia pergi dengan perempuan dalam durasi waktu yang cukup lama. Dan itu sama kamu semalam."

Anya tak menjawab Ia hanya tersenyum karena mereka sudah sampai di lokasi meeting.

"Kita sudah sampai bos."

"Oke. Jangan lupa kau hubungi Johan untuk memastikan semua yang kita butuhkan untuk tender sudah beres."

"Oke bos."

Pak Burhan keluar dari mobil lalu berjalan menuju ke tempat yang telah disiap kan Anya untuk meeting pagi ini.

Sementara di villa, Mario sedang menyantap sarapannya namun kedua matanya tertuju pada smartphone yang ia taruh di atas meja.

"Benar – benar Anya punya kinerja yang bagus. Walau seorang perempuan dia bisa menghendel semua kebutuhan perusahaan dan juga kebutuhan ayah." Gumam Mario.

Ya. Mario sedang membaca laporan yang dikirimkan oleh Diko salah satu orang kepercayaan Mario.

"Tapi kenapa asal sekolah Anya dan alamat rumahnya tidak ada." Mario Nampak berpikir keras karena hanya orang – orang tertentu yang bisa menutupi identitasnya di dunia digital seperti ini.

"Harusnya semuanya ada."

"jangan – jangan ayah yang melakukan semua ini, agar orang lain tak mengetahui tentang Anya."

"Anya hamper tahu segalanya tentang perusahaan, pasti ayah juga sangat melindungi Anya."

Mario terus saja bergumam dan spekulasi, tanpa Ia sadari dari sebuah rasa penasaran akan dapat berubah menjadi rasa ketertarikan.

"Anya bisa bela diri, ckckck… Pantas galak."

"Menarik… menarik…"

Kembali pada Anya dan Pak Burhan yang sedang meeting bersama dengan klien.

"Nona Anya, apa anda tidak salah menyebutkan nominal?" Tanya salah satu kepala cabang.

"Tidak." Jawab Anya tegas.

"tapi jumlah tersebut terlalu besar apa mungkin kita bisa memenuhi sedangkan kondisi perusahaan cabang sedang tidak bagus karena masalah factor produksi."

"Begini Pak Agung, kantor pusat sengaja memberikan bantuan dana tersebut agar perusahaan cabang di bali ini dapat kembali bangkit dan membenahi masalah tersebut, dengan demikian kantor cabang dapat segera mengembalikan dana ke perusahaan pusat. Jadi pusat bukan memberikan dana begitu saja melainkan itu sebagai dana pinjaman." Terang Anya percaya diri. Sedangkan pak Burhan hanya diam sambil memperhatikan paparan dari Anya.

Pak Burhan dan Anya sama – sama tahu jika masalah yang terjadi di perusahaan cabang bukan karena factor produksi melainkan karena korupsi yang di lakukan oleh oknum di dalam perusahaan yang kini sedang di selidiki oleh Anya.

"Oh baiklah, Nona Anya terima kasih sebelumnya." Ucap Pak agung.

"Masih ada yang belum jelas? Bisa ditanyakan langsung karena setelah ini Pak Burhan ada meeting bersama dengan klien." Ucap Anya sebelum emnutup meeting dengan kepala cabang.

Semua orang terdiam itu tandanya tidak ada yang mereka tanyakan dan Anya segera menutup meeting tersebut.

"Ayo kita ke ruang atas, klien sudah menunggu sedari tadi."

"Biarkan saja bos, bukankah kita sudah mengatakan pada mereka jadwak meetingnya?"

"Kamu benar Anya, tapi kita tetap harus menghargai klien kita karena mereka datang lebih cepat juga karena mengharagai kita."

"Oke bos. Maafkan saya."

Pak Burhan tersenyu, ini lah yang sangat disukai dari sifat Anya. Ia tak segan – segan meminta maaf apa bila bersalah dan selalu tegas mengambil keputusan namun berhati – hati dalam setiap langkah yang ia ambil.

"Bagai mana Mario, apa dia sedang sibuk mencari kita?" Tanya Pak BUrhan mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya Tuan Mario sedang sibuk mencari identitas saya."

Pak Burhan mengerutkan dahi, "bagai mana kamu tahu?"

Anya menarik nafas panjang, "Tadi system keamanan data pribadi saya mengirimkan notifikasi, dan setelah saya telusuri itu adalah orang suruhan Tuan Mario."

'"Tapi saya telah menutup akses agar tidak ada yang bisa menembus portal identitas saya." Lanjut Anya.

"Saya jadi berpikir sebenarnya kamu lulusan Manajemen keuangan atau IT?" pak Burhan terkekeh.

"Dua – duanya bos."

Pak Burhan terkejut dan langsung menatap Anya yang berjalan di sampingnya.

"Saya hanya bercanda bos, jangan kaget gitu. Nanti jantung anda kumat."

"Kamu memang sengaja membuat jantung saya kumat kan?"

"Maaf bos."

"Anya … Anya…"

avataravatar
Next chapter