2 3 hati 2 cinta

Anya membasuh wajahnya di wastafel kamarnya. Inilah yang selalu Ia lakukan setelah kembali pulang dari aktifitasnya di kantor.

"Hah! Segar... " Anya lantas menatap wajahnya di cermin, terlihat wajah cantiknya yang selalu membuat kaun adam menaruh hati padanya.

"Untung dia tak mengenaliku." Gumam Anya sambil mengingat wajah Mario.

Flashback On.

"Aku memang tak menyukaimu! Kamu itu jelek, gendut, apa kamu tidak berkaca lebih dulu sebelum kamu dengan berani menyukaiku?" Kata Mario waktu itu.

"Apa kau pikir perasaan cinta datang setelah berpikir? Jika memang seperti itu, maka itu bukanlah cinta." Anya menjeda ucapannya sambil melangkah ke hadapan Mario.

Anya berdiri tepat di hadapan Mario dengan tatapan tajam ke arah laki – laki tampan yang sempat ia puja. "Tapi ambisi." Anya menjentikkan jarinya di hadapan Mario lalu pergi begitu saja.

"Dasar cowok brengsek! Awas saja kau suatu saat datang padaku, walau mengemis bahkan kau nangis darah sekalipun aku tak akan pernah menerima mu menjadi pacarku." Gerutu dan sumpah serapah keluar begitu saja dari bibir mungil gadis bertubuh gempal dengan rambut panjang yang ia kuncir kuda di belakang.

Flash back Off.

"Mario sialan." Anya masih saja mengumpat lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Setelah bertahun – tahun tak berjumpa dengan laki – laki itu, ternyata Tuhan kembali mempertemukan mereka kembali.

"Untung laki – laki brengsek itu ga ngenalin gue." Anya masih saja bergumam, sepertinya Ia masih jatlag karena pertemuannya dengan Mario. Walau ini kali yang kesekian kalinya Ia bertemu dengan laki – laki itu, tapi entahlah perasaan jengkel dan tak nyaman selalu datang melandanya namun sayangnya Ia tak mudah untuk langsung menghilangkan kesan setiap bertemu kembali dengan laki – laki yang sering Ia maki – maki, MARIO.

Setelah lelah memaki akhirnya kedua mata Anya tertutup dengan sempurna.

Berbeda dengan Mario yang sedang galau setengah mati karena gadis incarannya ternyata lebih dekat pada sang ayah dari pada dengan dirinya. Teringat akan perbincangannya dengan sang ayah saat tadi makan siang bersama.

Falsh back On.

"Jika ayah mencintai Ibu, lalu mengapa ayah menyukai Anya?" pertanyaan bodoh yang di keluarkan oleh seorang Mario, sontak saja sang ayah menjadi berpikir keras mengapa sang anak bisa memikirkan perasaanya terhadap Anya, namun Pak Burhan hanya menyembunyikan itu dalam hati walau Ia berniat untuk menyelidiki lebih lanjut, karena sudah beberapa kali mario meminta Anya untuk dijadikan asisten pribadinya tetapi selalu di tolak oleh Pak Burhan.

"Apa yang salah dengan menyukai? Ayah memang sudah lama mengenal Anya tapi perasaan cinta dan suka bukankah sesuatu yang berbeda?" Pak Burhan bertanya balik.

"Kalau begitu biarkan Anya bekerja untukku, biar dia menjadi asisten pribadiku ayah."

"NO. BIG NO! Kamu cari sendiri saja sana. Enak saja kamu mau minta Anya dari Ayah, lagi pula Anya bukan barang yang dengan mudah bisa kamu lempar kesana dan kemari. Kamu tahu itu."

FlashBack Off.

"Kalau ayah tidak menyukai Anya, mengapa juga Ia menahan Anya. Ahhh! Dasar perempuan bagai mana bisa aku menjadi mati penasaran sama tuh cewek." Tak berbeda dengan Anya, Mario pun sedang sulit untuk move on dari pertemuan mereka.

"Anya cuek, aneh, pinter? Iya dia pinter. Baru kali ini ada cewek yang cuek banget sama gue."

"Gimana caranya supaya gue bisa deket sama Anya ya?" 

Mario terus bergumam dengan otak yang masih berpikir bagai mana caranya Ia bisa mendekati Anya dan memiliki gadis itu.

"Anya...Anya... kayak nama si culun." Tiba – tiba saja Mario teringat tentang si culun yang dulu pernah Ia tolak cintanya mentah – mentah.

"Tapi ga mungkin juga si culun berubah jadi cantik gitu, tubuh yang seksi... waduh! Itu jauh dari si gendut."

"Dulu gendut ya pasti masih tetap gendut mana mungkin berubah jadi seksi? Tapi kalau di lihat – lihat agak ada kemiripan, lah! Di dunia ini kan banyak orang yang mirip – mirip." 

"Mario.." Panggil Pak Burhan dari luar kamar Mario.

"Iya ayah.." Mario langsung bangkit dan membukakan pintu kamar untuk sang ayah.

"Ada apa, yah?"

"Ayah lupa mau bilang, kalau besok ayah akan ada meeting di luar kota, besok pagi – pagi sekali seperti biasa Anya akan datang untuk merapikan baju ayah, maaf jika besok ayah tidak sempat berpamitan dengan mu."

Mario menarik nafas panjang, "Ya ... tidak apa – apa ayah, semoga perjalanan ayah besok menyenangkan. Apa Chelsea juga akan ikut ayah?"

"Tentu saja tidak, buat apa ayah mengajak perempuan itu, merepotkan saja. Anya saja sudah cukup untuk ayah, dia bisa melakukan semuanya dengan baik."

'Anya lagi..' Batin Mario.

"Baiklah, selamat malam, Nak. Ayah istirahat dulu."

"Selamat malam ayah."

Mario menutup kembali pintu kamarnya setelah Pak Burhan pergi menuju ke kamar pribadi laki – laki tua itu.

"Bagai mana jika ayah jatuh cinta dengan Anya, bukankah cinta datang karena terbiasa?"

"Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Gue harus berbuat sesuatu. Anya tidak boleh di miliki siapapun sebelum gue miliki dia, termasuk ayah!"

Dikamarnya, Pak Burhan tersenyum pada sebuah foto yang selalu menemaninya dimanapun karena wajah cantik itu tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.

"Kau lihat? Baru kali ini aku melihat putra kita begitu cemburu pada perempuan, sikap playboynya seakan runtuh, tapi aku tak akan menyerah begitu saja hingga si Playboy itu memohon – mohon untuk memberikan Anya padanya." 

"Hah! Sayang, aku rindu padamu, kenapa kau begitu cepat meninggalkan aku, padahal aku dan Mario masih sangat membutuhkan mu, kami bergantung padamu. Untung saja ada Anya, kau memang pandai memilihkan asisten untukku. Anya gadis yang baik, jujur dan ulet dalam bekerja."

"Sayang... Ibu mendesakku untuk menikah lagi, hah! Jika aku bisa memilih mungkin aku akan lebih memilih Anya dari pada Chelsea tapi karena sepertinya Mario menyukai Anya, jadi biarlah Mario berusaha untuk serius mengejar cintanya, walau sepertinya aku harus benar – benar membuatnya cemburu."

"Sayang, aku mencintaimu." Pak Burhan mencium foto yang selalu terpajang rapi di meja nakas kamarnya.

"Tuhan! Biarkan hamba mendampingi putra hamba hingga Ia mampu hidup dengan benar."

Tuhan menumbuhkan cinta di hati setiap insan dengan maksud tertentu, yaitu membangun rasa bahagia dan rasa nyaman. 

avataravatar
Next chapter