webnovel

THE REASONS

Kevin berjalan lebih dulu mengelilingi setiap sudut ruangan sample ini diringi langkah Luna dibelakangnya mengikuti.

Mereka berjalan sambil membahas kira-kira perabot mana yang akan menjadi perlengkap Hotel Kings selanjutnya, mereka sengaja membahas pekerjaan agar semua berjalan lancar.

"Tempat tidur ini aku rasa cocok." Ucap Kevin, duduk disudut tempat tidur membuat Luna terdiam mematung dengan mata melotot, apa maksud Kevin?

Kevin sendiri baru menyadari jika bukan waktu yang tepat membahas tempat tidur saat ini, iapun segera beranjak bangun membuat suasana bertambah canggung kini.

"Kita lihat bagian sana." Tunjuk Kevin asal tapi malah membuat Luna bertambah terkejut dan mengira Kevin benar-benar bermaksud kearah 'itu'.

"Kevin bodoh" runtuknya saat baru menyadari jika bagian yang dia tunjuk juga adalah sebuah ranjang malah ranjang yang ditunjuk Kevin adalah ranjang best seler yang selalu di beli para pengantin baru.

"Maaf.." Kevin hanya dapat meminta maaf karena kebodohanya.

"Bagaimana jika kita melihat bagian ruang keluarga saja." Ajak Kevin, ia lantas menarik tangan Luna membawanya jauh menjauhi barisan ranjang-ranjang yang menggoda iman itu.

Kevin duduk disudut sofa sambil menatap jendela mengalihkan pandangannya dari Luna yang duduk disudut sofa satunya.

Luna merasa gugup, hatinya berdebar dan suasana ini membuatnya gerah.

Kevin dan Luna menoleh secara bersamaan dan tersenyum dengan risih lalu memalingkan wajah mereka lagi.

Kevin menoleh kembali, ia ingin memulai kembali pembicaraan tapi matanya teralihkan dengan kaki jenjang Luna yang terekspos hingga pahanya sedikit terlihat.

Ia menelan salivanya dan memalingkan wajahnya kembali, sambil menyeka wajahnya yang berkeringat ia menggelengkan kepalanya menyerukan dalam hati ratusan kali untuk tidak tergoda.

Luna sendiri sadar jika roknya lebih pendek hari ini membuat pahanya terlihat saat sedang duduk begini meski ia menariknya tapi itu sama sekali tidak menolong.

Tapi suasana ini sungguh canggung dan mendebarkan, Luna sungguh tidak tahan ia ingin keluar dari suasana yang menyiksa ini.

Luna menarik nafas memberanikan dirinya menoleh untuk memulai pembicaraan, tapi yang terjadi...

Entah sejak kapan Kevin duduk disebelahnya begitu dekat hingga membuat Luna tidak sengaja mencium pipi Kevin yang berada disebelahnya.

Kevin kembali membeku, ia menelan salivanya sekali lagi sementara sekujur tubuhnya langsung memanas. Luna mencium pipinya apa dia bermaksud membuatnya panas seperti sekarang. Kevin sendiri awalnya hanya ingin memberikan jasnya untuk menutupi paha Luna.

Tidak ingin terjadi sesuatu diluar batas, Kevinpun segera menarik diri dan kembali keposisi duduknya yang sebelumnya.

"Maaf aku tidak bermaksud." ucap Luna malu.

"Tidak apa, aku harusnya menyerahkan jasku dari sini." jawab Kevin.

Luna lantas merapihkan jas Kevin menutup celah dikakinya dengan rapat, setidaknya ini membuatnya lebih nyaman.

Suasana menjadi hening sekarang. Mereka terlalu takut bahkan hanya untuk membicarakan soal pekerjaan.

"Akan bagus jika kita menaruh tv disana." Ucap Luna memecah kecanggungan.

Saat ini mereka duduk ditempat yang terlihat seperti ruang keluarga, dengan sofa dan rak-rak yang tertata rapih.

"Benar, dan kita letakan foto keluarga diatasnya."Jawab Kevin setuju.

"Buat yang besar." Sahut Luna.

"Akan bagus jika ada foto kita bersama anak kita diantara foto pernikahan kita."

Mendengar kata pernikahan membuat Luna tersadar, senyumnya perlahan memudar.

Apa mungkin dia akan dapat menikah dengan Kevin?

"Kita pasti akan menikah dan memiliki keluarga yang bahagia." Kevin menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Luna dan menggenggam tangan Luna agar Luna menjadi tenang dan yakin.

Luna kemudian menyandarkan kepalanya kebahu Kevin. Perasaannya menjadi tenang kembali saat Kevin mengatakan kalimat seperti itu.

"Aku jadi teringat akan kutukanmu." Ucap Luna tertawa geli, tapi Kevin sama sekali tidak ingat akan kutukannya.

"Kutukan?"

"Ingat jika aku selalu berbuat jahat padamu, dan saat aku mendorongmu didepan kelas hingga terjatuh kamu mengatakan ini. 'lihat saja, kamu terus mengacuhkanku jika dewasa nanti akan aku buat kamu menjadi pengantinku!' kutukamu membuatku takut hingga aku tidak dapat tidur selama beberapa hari saat itu." Jelas Luna, Kevin tersenyum untuk anak yang masih duduk dibangku tiga SMP bagaimana ia dapat melontarkan kata-kata seperti itu membuatnya tersenyum geli.

"Dulu kenapa kamu tiba-tiba berubah dan bersikap kasar padaku?" Tanya Kevin sebenarnya ia penasaran mengapa Luna dulu merubah sikapnya tiba-tiba saja padahal sebelumnya mereka sangat dekat, Kevin bahkan menganggapnya seperti seorang sahabat.

Luna tersenyum mengingat kembali masa kecilnya.

Kenyataanya jika dirinya dan Kevin dulu pernah berteman dekat sebelum akhirnya Luna menjauhinya dan bersikap kasar padanya membuatnya tersenyum.

Saat itu, Luna harus dihukum berdiri diluar kelas karena lupa mengerjakan tugasnya.

tidak hanya kakinya yang harus dia tekuk sebelah tapi wajahnya juga turut ditekuk kesal karena harus dihukum sepagi ini dan cuaca terasa dingin diluar terlebih hujun tengah turun pagi ini.

Sesaat kemudian, Kevin keluar dalam kelas dan karena lupa membawa PR. Kevin saat itu memakai kaca mata tebal dan gigi kawat, dia baru saja pindah seminggu yang lalu karena ayahnya dipindah tugaskan. Tapi Kevin tidak memiliki teman, karena penampilannya yang kuno membuat dia selalu dijauhi.

Dia menoleh kearah gadis cantik disebelahnya, dia tidak menjauh saat ada dirinya disebelahnya.

"Kamu juga lupa buat PR?" Kevin sangat terkejut, gadis cantik disebelahnya tersenyum ceria padanya dia sangat berbeda dengan teman kelasnya yang menjauhinya.

"Iya." Jawab Kevin tersenyum dengan ragu-ragu.

disitulah pertemanan mereka dimulai, setiap hari Kevin selalu menjemput Luna dengan sepedanya dan berangkat sekolah bersama, mereka pergi kekantin bersama dan pulang bersama bahkan Luna mengajak Kevin ikut berkumpul dengan temanya yang lain. Ya Luna sangat populer karena paras cantiknya dan sikap ramahnya.

Tapi temannya yang lain tidak suka jika Luna berteman dengan Kevin yang culun mereka menyuruh Luna menjauhi Kevin tapi Luna menolaknya dengan tegas dan membela Kevin didepan teman-temannya.

Sampai akhirnya salah satu temannya mengatakan jika Luna dan Kevin pacaran meski Luna mengelak mereka tetap mengejek Luna membuat Luna menjadi kesal dan akhirnya menjauhi Kevin tapi Kevin selalu saja mengikuti Luna hingga ia harus bersikap kasar dan sering menjahili Kevin agar Kevin menjauh. Hingga kejadian dikelas itu terjadi dan kutukan itu terucap.

"Mereka mengatakan jika kita berpacaran, kamu tau bukan kita masih anak-anak saat itu. Bagiku pacaran adalah hal yang tabu. Aku menjauhimu tapi kamu terus mengikutiku jadi aku terpaksa membullymu. Maafkan aku Kevin." Jelas Luna, Kevin tersenyum lega setidaknya Luna tidak benar-benar membencinya saat itu.

"Lalu mengapa kamu dulu mengubah penampilanmu?" Tanya Luna penasaran.

"Disekolahku yang lama, aku sangat terkenal mereka mendekatiku karena ketampananku dan karena aku kaya tidak ada yang benar-benar berteman denganku dengan tulus. Jadi saat aku pindah kesekolahmu aku memutuskan mengubah penampilanku dan benar saja tidak ada yang mau berteman denganku. Tapi kamu... kamu benar-benar gadis istimewa, kamu mau berteman denganku, bermain denganku bahkan kamu membelaku didepan teman-temanmu itu membuatku tersentuh, jadi aku selalu mengikutimu aku takut membuat kesalahan yang mungkin aku tidak sadari jadi aku terus berusaha untuk dapat berbicara denganmu... Aku tidak tau karenaku kamu melalui waktu yang sulit bersama temanmu yang lain. Maafkan aku Luna." jawab Kevin.

"Lalu kemana kamu saat kelulusan, saat ujian nasional aku tidak melihatmu."

"Aku ada, kita mendapatkan kelas berbeda jadi aku mengubah penampilanku."

Luna berpikir sejenak, mengingat dulu teman-teman perempuannya bertingkah aneh dan mengatakan jika ada seorang murid tampan yang misterius apakah itu Kevin?

"Anak laki-laki misterius yang ada saat ujian nasional itu kamu?" Tanya Luna antusias.

"Begitulah..." jawab Kevin malu malu

"Kamu tau, betapa hebohnya teman-temanku mengatakan jika ada murid tampan yang ikut ujian nasional bersama mereka."

"Jika mereka tau pria yang mereka bicarakan itu adalah pria yang mereka sebut si culun, Harusnya kamu membuka identitasmu dan mempermalukan mereka semua." Tambah Luna tertawa.

"Aku tidak pernah perduli dengan pandangan mereka tentangku, aku hanya perduli pada pandanganmu tentangku dulu..." Kevin menatap Luna lekat membuat Luna tersenyum malu, Kevin ternyata sangat romantis dan lembut jauh dari kesan dingin yang selama ini dia fikirkan tentangnya.

Luna tersenyum, dia merasa sangat bahagia bisa memiliki Kevin yang mencintainya dalam.

"Kevin.."

"ya?"

"Lalu bagaimana dengan Monic jika kita bersama seperti ini?" Tanya Luna dengan hati-hati, Luna tidak ingin merusak suasana tapi ia tidak tau kapan lagi harus bertanya tentang hubungan Monic dan Kevin selanjutnya.

tidak boleh ada tiga cinta dalam satu hubungan..

...

Next chapter