webnovel

saling membalas 3

"Haruskah aku membalasnya sekarang?"

Luna terdiam, ia tidak mengerti dengan apa yang Kevin ucapkan padanya, tapi sejenak kemudian ia kembali mengingat jika ia masih dalam masalah karena mengerjai Kevin tadi dihotel.

"Seperti mata dibalas mata, gigi dibalas gigi." Kevin lantas beranjak bangun dan berjalan menuju Luna dan duduk disebelahnya, Luna sangat takut ia hanya dapat duduk diam tidak berkutik bahkan nafasnya rasanya tercekat karena Kevin begitu dekat dengannya dan tiba-tiba Kevin perlahan memegang tangan Luna lembut "Maka bibir dibalas dengan bibir bukan?" Kevin berbisik ia mendekatkan wajahnya kewajah Luna yang kini hanya diam mematung, Kevin sepertinya akan mencium Luna hingga Luna hanya dapat memejamkan matanya.

Ia tidak tau apa yang harus dilakukannya selain memejamkan matanya sedangkan Kevin semakin mendekati Luna bahkan dapat merasakan hembusan nafas Kevin menerpa wajahnya.

Melihat Luna tidak berkutik menimbulkan rasa menggelitik di perut Kevin membuatnya tertawa melihat tinggkah Luna yang bahkan tidak mengelak tidak seperti biasanya yang selalu ada saja cara mengelak dari intimidasi yang diberikan Kevin. Mendengar Kevin tertawa Luna lantas membuka matanya rasa malu sekaligus lega bercampur aduk membuat Luna menjadi kesal.

"Kamu menggodaku lagi." Ucap Luna kesal

"Kamu ingin aku benar-benar menciummu?" Pertanyaan yang dilontarkan Kevin menambah kekesalan hati Luna karena merasa dipermainkan.

"Tentu saja tidak!"

"Aku tidak masalah jika menciummu sekali lagi, atau kamu mau melanjutkannya dihotel nanti?" Mata Luna melotot sempurna, pria disebelahnya ini sangat mesum, ia lantas meraih capit kepiting yang telah terbuka dan menempelkannya di bibir Kevin.

"Lanjutkan saja dengan kepiting yang kamu ingin makan sejak didalam mimpi." Pekik Luna kesal, Kevin hanya bisa menyeka bibirnya yang berlumur saus sekarang dan mengusap rambut Luna sebelum kembali ketempat duduknya dan mulai menyantap kepitingnya.

"Makanlah, aku tidak akan menggodamu lagi selagi makan." Ucap Kevin karena melihat Luna yang masih menatapnya kesal dan perlahan Luna membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan Kevin.

"Enak sekali." puji Luna saat mengunyah kepiting yang diberikan Kevin.

"Tentu saja, tidak seperti masakanmu!" Gumam Kevin, tapi Luna dapat mendengarnya samar-samar dan membuat Luna menatap Kevin sinis, tatapan Luna membuat Kevin menunduk takut.

...

Mereka telah selesai makan dan mulai berbelanja mencari oleh-oleh untuk keluarga Luna. Sikap Kevin sangat manis kini, ia bahkan membawakan belanjaan Luna tapi justru membuat Luna lebih curiga lagi..

"Biar aku saja yang bawa." Ucap Luna, tapi Kevin menggeleng dan mengatakan jika ia akan membawakan belanjaan Luna.

"Ada lagi yang perlu dibeli?" Tanya Kevin, Luna berpikir sejenak ia telah membelikan kedua adiknya baju dan topi pantai, lantas apa yang cocok untuk ayahnya.

"Ah ayo kita kesitu." Luna menarik tangan Kevin dan mengajaknya menuju tempat penjual patung disisi jalan yang lain.

Kevin hanya tersenyum, gadis ini bahkan sudah berani memegang tanganya tanpa diminta.

"Lihatlah mereka luar biasa!" Puji Luna sambil memilih patung yang akan ia berikan kepada ayahnya.

"Bagaimana jika kita beli ini." Saran Kevin saat melihat patung berukuran 20cm dan kelihatannya Luna setuju.

"Baiklah, ayah pasti suka." Ucap Maya tersenyum senang.

"Tentu saja, aku adalah calon menantu yang baik bukan?" Luna menyipitkan matanya sinis saat Kevin mengatakan hal seperti itu.

...

Luna telah selesai membelikan oleh-oleh untuk keluarganya, tapi mereka masih berada di pasar untuk melihat-lihat.

"Ini bagus untukmu!" Luna memakaikan topi kekepala Kevin sambil tersenyum, ia membelikan topi sebagai rasa terima kasih kepada Kevin.

"Aku memang selalu pantas mengenakan apapun!" ucap Kevin narsis.

"Baiklah-baiklah.." Luna tidak mau berdebat ia lantas mengiyakan kenarsisan Kevin, meskipun yang Kevin katakan memang benar jika dia pantas mengenakan apapun.

Luna lantas melihat sebuah kalung yang terbuat dari kayu dan membelinya dan sebuah topi yang berbeda dari yang Kevin kenakan.

"Itu untuk siapa?" Tanya Kevin bingung.

"Orangtuamu."Jawab Luna santai

"Oh kamu ingin menjadi calon menantu yang baik juga rupanya." Goda Kevin.

"Oh ayolah Kevin, tidak seperti itu." Elak Luna

"Seperti itu juga tidak masalah." Gumam Kevin.

Mereka lantas kembali berjalan menusuri pasar dan toko-toko di pinggir jalan.

"Sekarang giliranku membalas." ucap Kevin membuat langkan Luna terhenti, membalas? apa yang akan pria ini lalukan lagi.

"Ayo kita beli oleh-oleh untuk seluruh karyawan diperusahaan." Ajak Kevin antusias.

Kevin lantas mengajak Luna memasuki hampir semua toko yang ada dan membeli banyak barang dan membuat Luna kualahan membawa barang-barang yang dibeli Kevin sedangkan Kevin berjalan santai hanya membawa beberapa barang milik Luna yang tidak banyak.

"Cepatlah, masih banyak yang harus kita beli." Ucap Kevin, meski kesusahan Luna berusaha menyusul langkah Kevin.

Jadi inikah pembalasanya, dia membuat Luna harus membawa banyak barang.

"Pria kejam!" gumam Luna kesal.

"Apa? lebih banyak lagi? baiklah." Ucap Kevin menggoda, ia lantas membeli beberapa barang lagi.

Rasanya tangan Luna akan patah jika terus seperti ini.

"Ayolah Kevin, ini sudah sangat banyak. ayo kita kembali ke hotel" Pinta Luna merengek tapi Kevin mengabaikanya.

"Aku mau ini seratus." Ucap Kevin kepada pemilik toko membuat mata Luna terbelalak.

Tanganya telah penuh kini apa bosnya ini ingin membuat tangannya copot?

"Baiklah Kevin, aku salah maafkan aku." Ucap Luna merengek kembali karena Kevin masih saja memilih barang-barang yang sepertinya benar-benar akan membuat tangannya patah.

Kevin lantas tersenyum dan berkata "Itu tidak seberat dengan apa yang aku rasakan?" Kevin lantas menunjukan kukunya yang berwana merah menyalah dan memberikan istyarat kepada Luna jika laki-laki kemayu penjaga toko memandanginya dengan tatapan genit.

Luna sadar perbuatanya memang sangat keterlaluan, ia hanya dapat menunduk menerima akibat perbuatannya.

"aku mau ini 150pcs." Ucap Kevin kepada penjaga toko sambil menunjukan patung-patung kecil berukuran ibu jari, memang tidak besar tapi itu pasti sangat berat.

"Baiklah tuan tampan" jawab Penjaga toko itu sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Kevin membuat Kevin ingin muntah saat ini juga.

.....

"Ah aku bebas!" Luna membanting tubuhnya di atas tempat tidur yang rasanya sangat nyaman itu setelah meletakan semua barang yang di beli Kevin.

"kamu harus mengemasnya sekarang, besok kita akan pulang pagi-pagi sekali." Perintah Kevin sambil meletakan barang-barang yang dibeli Luna diatas meja.

"Kevinnnnn kamu kejam sekali." Gumam Luna sebelum akhirnya beranjak bangun dari tempat tidur dengan kesal dan mulai mengemasi barang-barang yang dibeli Kevin kedalam koper.

...

Luna akhirnya tertidur karena kelelahan setelah mengemasi oleh-oleh untuk rekan kerjanya. 

Melihat wajah Luna yang kelelahan membuat Kevin merasa menyesal, seharusnya ia tidak begitu kejam pada Luna.

"Maafkan aku." Ucap Kevin menyesal.

Dengan hati-hati Kevin merapihkan rambut Luna yang menutupi wajahnya.

Terbersit dalam benak Kevin untuk bergerak mendekat saat matanya tidak sengaja menatap bibir Luna, ingatannya tentang ciuman tidak sengaja yang terjadi antara mereka saat mereka memilih kepiting tadi.

Wajah Kevin merona, ia ingin kembali mencium Luna, tapi ia tidak ingin melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Luna.

Kevin masih menatap Luna sangat dekat saat tiba-tiba Luna menggeliat, Kevin langsung menjauh dan benar saja Luna terbangun.

"Kamu sudah bangun?" Tanya Kevin tapi Luna tidak menjawab, sepertinya Luna marah padanya.

Luna kemudian beranjak bangun meninggalkan Kevin, dengan cepat Kevin mengejar langkah Luna dan mencekal pergelangan tangannya.

"Kamu marah padaku?" Tanya Kevin, wajahnya terlihat gelisah karena tidak ingin Luna benar-benar marah padanya.

Luna masih tidak menjawab, ia kemudian menarik tangannya dan menatap Kevin dingin.

"Aku tahu aku salah, tapi caramu membalas ku sungguh keterlaluan, Kevin. Aku sudah tidak tahan lagi, aku ingin berhenti saja." Walaupun berat, tapi Luna merasa perlakuan Kevin padanya sudah sangat kelewat batas.

Mendengar Luna ingin berhenti, Kevin langsung ketakutan.

"Aku memang salah, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku akan bersikap lebih baik padamu sekarang." Ucap Kevin menyesal.

Ucapan Kevin membuat Luna tidak dapat menahan tangisnya, ia memukul dada Kevin lalu berusaha menyeka air matanya.

"Katakan saja jika kamu masih menyimpan dendam padaku karena aku mem-bully mu saat sekolah dulu. Tapi aku hanya anak-anak saat itu, aku menyesali semua kesalahanku padamu. Aku minta maaf... Tapi ini sudah kelewat batas, tanganku mati rasa karena mu. Seluruh badan ku sakit, aku kelelahan bahkan aku tidak bisa menikmati hari liburku dan berkumpul dengan keluarga ku. Kamu memperlakukanku seperti bukan manusia." Luna meluapkan kekesalannya yang selama ini terpendam dalam hatinya dan Kevin mendengarkannya dengan perasaan menyesal.

Kevin berusaha menyentuh Luna, "Maafkan aku..." tapi Luna menepisnya sambil terus menangis tapi akhirnya Kevin berhasil menarik Luna kedalam pelukannya.

Kevin memeluk Luna erat sementara Luna masih menangis terisak-isak.

"Maafkan aku, Luna. Aku mohon jangan tinggalkan aku, aku hanya ingin menjadi dekat denganmu."

"Seharusnya kamu bersikap baik padaku, Kevin. Aku membencimu." Sekali lagi Luna memukul dada Kevin, ia menangis sepuasnya dipelukan Kevin yang membiarkan Luna memakinya dan memukulnya.

***

Next chapter