webnovel

Skandal

"Pak, kami mau melaporkan bahwa ponsel milik Sherin hilang, padahal ia meletakkannya di dalam tasnya," ucap teman Sherin yang berada di sebelah Sherin.

Sherin dan kedua temannya sengaja mengadu langsung pada kepala sekolah, bukan tanpa alasan, itu karena kepala sekolah tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah, Paman Sherin sendiri.

Sherin berdiri, sambil berakting menampilkan wajah sedihnya, agar meyakinkan pamannya itu.

Pamannya yang melihat dan penjelasan teman Sherin pun, langsung mengerutkan kening.

"Kenapa bisa terjadi, Sherin? di sekolah ini tidak pernah ada kasus pencurian, apa lagi jika itu menyangkut kamu, mereka sudah mengetahui jika kamu bukan murid biasa, tetapi kamu adalah keponakan kepala sekolah ini," jelas pamannya yang terlihat menyangkal pengaduan Sherin.

"Paman … tidak mungkin Sherin berbohong kepada paman, mungkin saja ada murid yang tidak mampu, sehingga terpaksa mencuri ponselku," ucap Sherin untuk meyakinkan pamannya.

Paman Sherin yang juga sebagai kepala sekolah pun, sejenak berpikir. Kemudian terlihat menarik napas panjang.

"Baiklah kalu begitu, kita akan lakukan penggeledahan ke semua kelas tanpa terkecuali," ucap pamannya.

Sherin yang tadinya memasang wajah bersedih, nampak tersenyum penuh kemenang mendengar jawaban pamannya itu.

Sebelum penggeledahan dimulai, guru mengumumkan untuk semua murid berada di kelasnya masing-masing, dengan alasan akan ada kepala sekolah yang akan mengecek satu persatu kerapihan kelas.

Kini Sherin dan kedua temannya, beserta kepala sekolah dan beberapa guru yang akan membantu kegiatan penggeledahan pun, menyusuri koridor kelas. Sherin dan teman-temannya menyunggingkan senyuman jahatnya.

Dimulai dari kelas Sherin yang mungkin saja, salah satu teman Sherin yang mencuri ponsel milik Sherin.

Semua siswa dan siswi yang ada di kelas nampak sibuk merapihkan seragam yang mereka kenakan, karena takut akan ditegur oleh kepala sekolah, jika terpergok mengenakan pakaian tidak rapih.

Namun saat semua tas siswa dan siswi di kelas Sherin sudah digeledah, guru yang bertugas mencari ponsel Sherin, tidak menemukan apa pun disana.

Jelas saja para guru tidak akan menemukan ponsel yang mereka cari di kelas Sherin, karena Sherin dan teman-temannya sudah memasukkan ponsel Sherin ke dalam tas Kirana secara diam-diam, saat Kirana sedang berada di perpustakaan di waktu jam istirahat tadi.

"Pak, sepertinya kita harus menggeledah kelas sebelah, karena bukan tidak mungkin, ponselku dicuri oleh salah satu murid kelas sebelah," ucap Sherin memberi saran kepada pamannya.

Pamannya yang sangat menuruti semua keinginan Sherin di sekolah pun, hanya dapat menuruti saran Sherin, dengan memerintahkan para guru untuk berpindah ke kelas sebelah untuk melakukan penggeledahan.

Levi yang mendengar ucapan Sherin pada kepala sekolah pun, mengerutkan keningnya, ia seperti mencium sesuatu rencana licik dari Sherin. Namun Levi tidak bisa berbuat apa-apa, karena saat itu ia sedang mengikuti pelajaran di kelasnya, sehingga ia tidak bisa mengikuti guru-gurunya untuk menggeledah kelas sebelah, yang tidak lain adalah kelas Kirana.

Setelah sampai di kelas Kirana, para guru meminta untuk semua murid berdiri di depan meja masing-masing. Membuat semua murid merasa bingung, karena pengumuman di pengeras suara berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para guru, meskipun memang kepala sekolah ada disana.

Kini para guru mulai menggeledah satu persatu tas dan saku para murid, tidak terkecuali Kirana yang mendapat giliran pertama, karena ia duduk di barisan depan.

Saat guru menggeledah tas Kirana, mereka menemukan satu ponsel yang membuat Kirana terkejut dibuatnya, karena Kirana tidak mengetahui jika ponsel itu ada di dalam tasnya, ia merasa tidak memasukkan ponsel itu ke dalam tasnya.

"Itu ponselku, bu…." sahut Sherin sambil menunjuk ponsel yang dipegang oleh gurunya.

Seketika semua perhatian murid mengalihkan perhatiannya pada Kirana, tidak terkecuali Vero yang duduk di samping Kirana.

"Huuu…." serentak semua murid di kelas Kirana pun, meneriaki Kirana dengan wajah kesal, karena tidak menyangka jika Kirana yang mencuri ponsel milik Sherin.

Vero yang melihat wajah kedua teman Sherin yang menampilkan senyuman penuh kemenangan pun, ingat dengan rencana Sherin dan teman-temannya yang ia rekam saat ia akan pulang sekolah kemarin.

"Apa benar ini ponselmu, Sherin?" tanya kepala sekolah dengan tegas.

Sherin langsung menganggukan kepalanya sambil berakting wajah yang kecewa.

"Dan apa benar ini tasmu, Kirana?" tanya kepala sekolah pada Kirana yang bingung dengan situasi itu.

Kirana hanya menganggukkan kepalanya, karena memang itu adalah tasnya.

"Kamu ikut ke kantor, Kirana," perintah kepala sekolah dengan suara tegas.

Kirana yang paham, jika itu semua adalah rencana Sherin pun, hanya menundukkan kepalanya kemudian menuruti perintah kepala sekolahnya.

"Huuu…." kelas kembali riuh dengan teriakan murid yang menyoraki Kirana.

Sedangkan Vero yang mengetahui jika ini semua adalah rencana Sherin pun, menahan tangan Kirana yang hendak berjalan mengikuti kepala sekolah menuju kantor.

"Tunggu, kamu tidak salah, Kirana…." ucap Vero sambil menatap manik mata Kirana yang sudah berkaca-kaca.

Namun Kirana yang hanya bisa pasrah dengan semua itu, melepaskan tangan Vero baik-baik, kemudian tersenyum dengan terpaksa pada Vero, kemudian berjalan mengikuti kepala sekolah menuju kantor.

Setelah di kantor, Kirana diinterogasi oleh kepala sekolah dan guru lain, dan tidak ketinggalan pula Sherin dan teman-temannya ada di sana, untuk memastikan Kirana akan mendapatkan hukuman yang mereka inginkan.

"Bapak tidak pernah menyangka jika kamu melakukan hal yang tercela seperti ini, Kirana … padahal kamu adalah murid penerima beasiswa di sekolah ini, tapi kenapa kamu melakukan ini?" tanya kepala sekolah dengan nada tidak percaya.

Sedangkan Sherin dan kedua temannya hanya tersenyum melihat Kirana yang sudah mendapatkan makanan empuk dari mereka.

Kirana yang melihat Sherin tersenyum penuh kemenangan pun hanya menundukkan kepalanya pasrah, ia tidak bisa berkata apa-apa karena jika ia membela diri, mungkin malah beasiswanya yang akan terancam.

"Untuk apa kamu mencuri ponsel Sherin, Kirana? Apa uang yang pihak sekolah berikan untukmu masih kurang untuk uang jajanmu?" tanya kepala sekolah dengan begitu tegas.

"Sepertinya ia ingin terlihat kaya, pak, sehingga membuatnya menghalalkan segala macam cara," ucap Sherin menimpali pamannya yang sedang berbicara dengan Kirana.

"Tidak, pak, itu tidak benar," jawab Kirana dengan refleks, sambil menatap wajah kepala sekolah dengan mata berkaca-kaca.

"Lihat, pak, Kirana berani menyangkal," sahut Sherin.

Kepala sekolah yang lebih memihak pada Sherin atau keponakannya sendiri pun, hanya mendengar ucapan Sherin.

"Bapak benar-benar kecewa Kirana, kamu sekarang berani melakukan tindakan seperti ini," ucap kepala sekolah.

Sementara Kirana yang tidak bisa berbuat apa-apa itu pun, hanya menundukkan kepalanya pasrah, mendengar semua tuduhan yang diberikan kepadanya.

"Sepertinya Kirana memang tidak suka denganku, paman," ucap Sherin, kini menggunakan panggilan paman agar dirinya dibela oleh pamannya itu.

"Tidak, Kirana tidak bersalah sama sekali pak, Kirana difitnah oleh Sherin dan kawan-kawannya yang sudah merencanakan ini kemarin," ucap Vero yang tiba-tiba datang.

Kirana yang mendengar suara Vero pun, langsung mendongakkan pandangnya menuju Vero yang kini berjalan ke arah tempatnya diinterogasi.

"Siapa kamu?" tanya kepala sekolah, sambil mengerutkan keningnya.

"Saya Vero, pak. Saya teman sebangku Kirana," jawab Vero tanpa ragu-ragu dan tidak ada tersirat rasa takut di wajahnya.

"Kenapa kamu tiba-tiba kemari? Ada hubungan apa kamu dengan Kirana?" tanya kepala sekolah pada Vero.

Kirana yang mendengar pertanyaan kepala sekolah pun, langsung memberi kode pada Vero untuk tidak ikut campur dalam urusannya.

Namun, Vero tidak menghiraukan perintah Kirana.

"Saya punya bukti bahwa Kirana tidak bersalah, pak. Bahkan Sherin dan teman-temannya lah yang bersalah dalam kejadian ini," ucap Vero tanpa sedikit pun, rasa takut.

Kirana meneguk salivanya, ia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Vero rencanakan untuknya.

"Apa maksudmu?" tanya kepala sekolah dengan penasaran.

Sementara Sherin dan teman-temannya pun, ketar-ketir dengan ucapan Vero yang begitu meyakinkan itu.

"Apa kamu memiliki buktinya?" tanya kepala sekolah pada Vero yang terus menatapnya dengan tatapan penuh keyakinan.

"Ya, saya memiliki rekaman pembicaraan Sherin dan teman-temannya, untuk menjebak Kirana," jawab Vero tanpa ragu.

Kepala sekolah kemudian beralih menatap Sherin dan teman-temannya yang kini wajahnya berubah menjadi pucat setelah mendengar ucapan Vero.

Next chapter