7 Siapa Dia?

"Hai Kirana, sedang apa kamu di kelas?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke kelas.

Levi menghampiri Kirana yang tengah duduk bersama Vero di kelas. Levi merupakan teman satu sekolah Kirana, namun berbeda kelas. Levi juga merupakan seorang siswa yang banyak dikagumi oleh kaum hawa di sekolah itu. Dengan perawakan yang mumpuni, dan penampilan kerennya, yang mampu membuat para kaum hawa terpikat hatinya.

Namun tidak dengan Kirana, berulang kali Levi berusaha mencoba mendekati gadis itu, tetapi Kirana hanya bersikap biasa saja kepadanya.

Revi berjalan menghampiri Kirana dengan senyum lebarnya yang terukir di wajah tampannya. Sedangkan Vero yang mulai terganggu dengan kedatangan pria tidak dikenalnya itu pun, hanya menatap dengan tatapan tidak suka.

"Kenapa kamu tidak ke kantin, Kirana?" tanya Levi dengan suara lembutnya.

Membuat semua wanita yang mendengar suara Levi akan memujanya saat itu juga, namun untuk Kirana, itu hanya hal biasa yang sering ia dengar ketika Levi mengajaknya berbincang.

"Tidak apa-apa, aku tidak lapar," jawab Kirana.

Vero mengernyitkan keningnya dan menoleh pada Kirana, karena tahu jawaban yang Kirana berikan adalah bohong.

"Mari makan," ucap Vero, setelah mendengar jawaban Kirana yang berbohong tadi.

Kirana yang mendengar ajakan Vero pun, langsung menoleh pada Vero, dan mengerutkan keningnya terkejut.

"Wah, apakah kamu murid baru yang membuat heboh satu sekolah karena katanya memiliki ketampanan melebihiku?" tanya Levi dengan nada bercanda.

Vero yang mendengar pertanyaan dari teman Kirana itu pun, hanya diam tidak menanggapi apa pun.

"Ayo ke kantin bersamaku," ucap Vero dengan nada datarnya pada Kirana.

Kirana seketika langsung membelalakkan matanya, terkejut mendengar ajakan Vero.

"Bukankah katamu tadi, kamu tidak mau ke kantin?" tanya Kirana.

"Sekarang aku ingin ke kantin," jawab Vero, sambil menggenggam tangan Kirana.

Namun, Kirana yang mengerti jika Vero adalah seorang yang pendiam dan tidak menyukai keramaian.

"Tidak, aku tidak lapar, Vero…." ucap Kirana menyangkal.

"Aku tidak mau kamu sakit," ucap Vero dengan tegas.

Sontak Kirana hanya terdiam, kemudian ikut melangkahkan kakinya saat tangannya digenggam dan ditarik oleh Vero. Mereka meninggalkan Levi yang masih mematung, melihat sikap Kirana dan Vero, membuatnya merasa ada yang aneh diantara mereka.

Namun, langkah kaki Vero dihentikan oleh Kirana. Seketika Vero langsung menoleh pada Kirana dengan raut wajah sedikit kesal, karena Vero kira Kirana akan lagi-lagi menolak untuk diajak ke kantin.

Kirana menampilkan deretan gigi putihnya pada Vero. "Arah ke kantin, ke sebelah sana," ucap Kirana tertawa kecil.

Sedangkan Vero yang merasa malu karena sudah berlagak sangat tahu pun, langsung melepaskan genggaman tangannya dengan Kirana, kemudian menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

Mereka pun melangkahkan kaki mereka menuju kantin bersama. Kemudian mencari tempat duduk yang masih kosong, pandangan Kirana melihat ada meja dengan kursi kosong di pojok kantin itu.

"Ayo! Disana ada kursi kosong," ajak Kirana, sambil menunjuk kursi yang dimaksud.

Setelah duduk, mereka dihampiri oleh ibu-ibu paruh baya yang biasa melayani di kantin tersebut. Banyak murid yang memandang kursi tempat Vero dan Kirana duduk satu meja.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kirana, sambil memegang buku menu.

Vero hanya menatap Kirana sejak tadi, dan tidak berniat sama sekali untuk makan.

"Vero!" suara Kirana sontak mengagetkan Vero yang sedang asik memandangi mata cantik Kirana.

Vero pun, terkejut dan gelagapan. Membuat ibu kantin terkekeh kecil melihat tingkah aneh Vero.

"Ah- kenapa?" tanya Vero.

Kirana menghela napas perlahan. "Kamu mau makan apa?" tanya Kirana sekali lagi.

"Tidak, aku tidak lapar, aku hanya ingin menemanimu makan saja," jawab Vero.

Kirana hanya menganggukkan kepalanya paham. Kemudian memberikan buku menunya kepada ibu kantin.

Disaat Kirana sedang menunggu pesanannya datang, Vero terus menatapnya dan memperhatikan mata cantik Kirana. Kirana yang belum sadar pun, hanya melihat ke sekeliling kantin yang terlihat sangat ramai itu.

Tidak butuh waktu lama, makanan Kirana pun diantar oleh ibu kantin sesuai pesanan.

Dan tidak menunggu lagi, karena Kirana memang lapar, membuatnya langsung menyantap makanan yang baru saja datang itu.

Sedangkan Vero masih saja terus memandangi Kirana yang sedang menikmati makanannya. Saat sedang makan, Kirana tetap cantik, dengan terlihat sangat menikmati makanannya.

Kirana yang menyadari bahwa sejak tadi Vero memperhatikannya, merasa canggung dan menghentikan kegiatan makannya.

"Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Kirana, sambil memegangi wajahnya, mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian Vero.

Vero tersenyum mendengar pertanyaan Kirana. Senyum Vero benar-benar sangat manis, membuat para kaum hawa akan meleleh jika melihatnya, bayangkan saja, sudah sepuluh tahun terakhir Vero tidak pernah mengulum senyumnya, bahkan untuk pamannya sendiri. Ia selalu memasang wajah datar dan tatapan sinis kepada semua orang.

Tapi kali ini, hanya karena pertanyaan Kirana, dengan mudahnya Vero tersenyum dengan lebarnya. Membuat Kirana yang sedang mengunyah makannya pun tersedak. dan membuat Vero langsung menyodorkan minuman untuk Kirana saat itu juga.

Kirana meneguk minuman itu dengan perlahan, dan sedikit memalingkan wajahnya dari Vero karena masih malu dengan Vero atas kejadian itu.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Vero memastikan.

Kirana tidak menanggapi Vero, ia hanya memandangi wajah Vero yang kini sudah berubah menjadi wajah khawatir.

"Kamu hampir saja membunuhku," ucap Kirana tanpa sadar.

Suara Kirana yang tidak begitu terdengar jelas, membuat Vero mengerutkan keningnya, kemudian bertanya lagi kepada Kirana.

"Ada apa?" tanya Vero.

Namun, Kirana buru-buru tersadar dari lamunannya, yang mengingat senyuman manis Vero tadi.

"Ti--tidak, tidak apa-apa," jawab Kirana dengan terbata.

Vero hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa pun lagi kepada Kirana.

"Ternyata kalian disini," sapa Levi yang baru saja datang dan menghampiri Kirana dan Vero.

Kirana dan Vero langsung menoleh pada sumber suara, dan ternyata itu Levi. Vero langsung memperlihatkan wajah tidak sukanya, dengan kedatangan Levi. Sedangkan Kirana hanya tersenyum ramah pada Levi.

"Kalian meninggalkanku begitu saja, dan tidak mengajakku," ucap Levi yang masih berdiri dengan menumpukan tangannya pada meja.

"Maaf, Lev, tadi aku ditarik begitu saja oleh Vero. Jadi, tidak bisa mengajakmu," jawab Kirana, sambil menampilkan deretan giginya dengan wajah merasa sedikit tidak enak pada Levi.

"Oke, baiklah. Sebagai gantinya, aku diizinkan bergabung dengan kalian," ucap Levi sambil melontarkan senyuman kepada Kirana dan Vero.

Sontak Vero langsung memicingkan matanya, ia tidak mau Levi ikut bergabung dengannya dan Kirana, karena itu akan membuatnya merasa tidak nyaman untuk berbincang-bincang dengan Kirana.

"Masih banyak kursi kosong disana," Vero langsung mengatakan itu dengan spontan.

Membuat Kirana langsung menoleh padanya, dan mengisyaratkan untuk tidak berkata seperti itu. Namun, Vero tidak menggubris isyarat Kirana.

"Kalau begitu, aku akan meminta bergabung saja pada Kirana, dan duduk di sampingnya," ucap Levi dengan tersenyum penuh arti pada Vero.

Vero yang mendengar itu pun, langsung berusaha memberi isyarat pada Kirana untuk tidak mengiyakan permintaan Levi padanya. Namun Kirana seperti tidak mengiyakan isyarat Vero, dan malah memejamkan matanya sebentar kemudian menggelengkan kepalanya.

"Silakan, Lev. Kamu boleh bergabung disini," ucap Kirana dengan ramah.

Levi pun tersenyum penuh kemenangan. "Terima kasih, Kirana," ucap Levi, namun mengarahkan pandangannya pada Vero yang terlihat kesal.

"Kenapa begitu?" tanya Vero tidak suka.

Kirana menghela napasnya perlahan, tidak disangka ia harus menghadapi dua pria yang memiliki karakter yang sangat bertolak belakang seperti ini. Rasanya, Kirana ingin pergi saja dari sana, namun tidak akan mungkin.

"Kita semua teman, Vero. Jadi … kita harus memperbolehkan Levi untuk bergabung bersama kita juga," ucap Kirana dengan nada lembut.

Sedangkan Vero yang mendengar jawaban Kirana, hanya dapat memasang wajah kecewa dan pasrah. Karena ia juga tidak bisa berbuat apa-apa jika Kirana sudah mengatakan seperti itu.

Levi yang mendengar jawaban Kirana pun, terlihat menyunggingkan senyum kemenangan, karena dirinya dibela oleh gadis yang sangat ia kagumi sejak lama itu.

Kirana hanya melanjutkan makannya, dan tidak banyak mengatakan apa pun, sehingga membuat mereka hanya seperti menonton Kirana makan saja.

avataravatar
Next chapter