10 Merepotkan

Tidak menunggu lama, Kirana yang sudah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-hari.

Vero yang melihat penampilan Kirana yang terlihat berbeda dari biasanya pun, menatap dengan tatapan penuh kesima. Melihat Kirana yang mengenakan pakaian santai, membuatnya seperti melihat pantulan wajah bundanya saat itu juga.

"Bunda…." tidak sadar Vero malah memanggil Kirana dengan sebutan bundanya.

Kirana yang mendengar itu pun, langsung mengerutkan keningnya bingung, karena tiba-tiba Vero memanggilnya dengan sebutan 'bunda'.

"Bunda … kenapa kamu memanggilku bunda?" tanya Kirana dengan wajah kebingungan.

Vero langsung tersadar dari lamunannya, ia langsung menggelengkan kepalanya sambil menatap Kirana bingung.

"Ah, tidak … aku hanya ingat dengan bundaku saja tadi," ucap Vero sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

Kirana yang mengetahui bahwa itu bukanlah jawaban yang sesungguhnya, hanya mengangguk percaya pada Vero.

"Kalau begitu, ayo aku antar kamu pulang ke rumah," ajak Kirana sambil menatap Vero penuh keyakinan.

Sedangkan Vero yang menyadari bahwa dirinya bersalah, karena berlagak sangat tahu, sehingga membuat ia harus menyusahkan Kirana, dengan harus mengantarkan dirinya pulang ke rumah.

"Maafkan aku karena menyusahkanmu," ucap Vero, sambil menundukkan kepalanya merasa bersalah.

Kirana yang mendengar ucapan Vero pun, tersenyum. "Kenapa kamu minta maaf?" tanya Kirana.

"Karena aku sudah berlagak tahu segalanya, termasuk jalan ke rumahmu, tapi akhirnya malah menyusahkanmu," jawab Vero, masih terus menundukkan kepalanya.

Kirana pun terkekeh. "Aku sudah maafkan soal itu, jadi ayo kita berangkat ke rumahmu, sebelum bis yang menuju ke arah rumahmu lewat," ajak Kirana dengan antusias.

Kemudian mereka pun, berjalan menuju halte bis yang tidak jauh dari rumah Kirana. Tidak lama mereka menunggu bis yang mereka akan naiki, mereka langsung naik ke bis dengan rute yang akan melewati rumah Vero.

"Maafkan aku…." ucap Vero yang duduk bersebelahan dengan Kirana di bis.

"Iya Vero … aku sudah memaafkanmu sejak tadi, kalau kamu terus meminta maaf kepadaku, maka aku akan marah kepadamu," ancam Kirana.

Vero mengembuskan napasnya, kemudian hanya diam tanpa mengatakan apa pun setelah itu pada Kirana.

"Vero, kenapa kamu hanya diam saja?" tanya Kirana yang bingung dengan sikap Vero yang tiba-tiba hanya diam tanpa suara.

"Aku merasa sangat bodoh, bisa-bisanya aku malah menyusahkanmu," ucap Vero yang masih terus menundukkan kepalanya dengan perasaan bersalah pada Kirana.

"Vero … bukankah aku sudah bilang tadi, jika kamu masih mempermasalahkan hal tadi, aku akan marah padamu," ucap Kirana mengingatkan.

"Tapi--"

Belum selesai Vero mengatakan kalimatnya, ia langsung disela oleh Kirana yang sudah tidak mau membahas masalah tadi.

"Jika kamu melanjutkan kalimatmu, maka aku akan bilang ke supir bis untuk menurunkanku disini, dan tidak jadi mengantarmu pulang," ancam Kirana dengan nada tidak main-main.

Vero yang mendengar ancaman Kirana yang nampak serius pun, tidak melanjutkan ucapannya.

"Jangan! Kamu tidak boleh meninggalkan aku sendiri," ucap Vero, dan seketika membuat penumpang lain yang duduk di dekat kursi Vero dan Kirana memperhatikan mereka.

Kirana yang sadar jika dirinya kini menjadi pusat perhatian orang pun, segera meringis sambil menahan rasa malunya pada orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Vero … kecilkan suaramu," ucap Kirana sambil menengok ke arah penumpang lain.

Vero yang tidak sadar bahwa dirinya membuat mereka jadi perhatian semua orang pun, hanya menuruti ucapan Kirana.

Dan tidak lama dari kejadian yang cukup membuat Kirana merasa malu, Vero dan Kirana sampai di pinggir jalan depan rumah Vero. Bis telah meninggalkan Vero dan Kirana di tempat pemberhentian.

"Apakah ini rumahmu?" tanya Kirana sambil memandang ke arah rumah yang terlihat sangat mewah dari luar itu.

Vero menoleh pada sang pemberi pertanyaan. "Iya," jawab Vero singkat.

Kemudian Vero berjalan memasuki gerbang rumahnya, meninggalkan Kirana yang masih terkesima dengan rumah Vero yang sangat besar dan terlihat mewah itu.

Saat sudah mencapai di dalam gerbang, Vero langsung menyadarkan lamunan Kirana dengan melambaikan tangannya sambil berteriak pada Kirana.

"Terima kasih, Kirana…." teriak Vero yang sudah di balik gerbang dengan trails berwarna hitam bercorak bunga-bunga.

Vero hanya melambaikan tangan begitu saja, tanpa menawarkan Kirana untuk masuk atau mampir ke rumahnya terlebih dahulu.

Kirana yang melihat itu dari seberang jalan pun, hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Vero.

Setelah Vero benar-benar masuk ke dalam rumah besarnya, Kirana langsung melanjutkan perjalanan pulangnya, dengan berjalan kaki. Bukan tanpa alasan Kirana berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya, itu karena Kirana tidak memiliki uang untuk membayar ongkos bis, jika dirinya harus naik bis menuju rumahnya.

Kirana berjalan perlahan melewati jalanan yang tampak sepi itu, ia sama sekali tidak marah dengan Vero yang sudah merepotkan dirinya, bahkan sekarang dirinya harus berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya.

Namun tiba-tiba, ada mobil yang melintas di jalan yang dilalui oleh Kirana. Namun, beberapa saat juga, mobil itu berhenti, membuat Kirana sedikit mengerutkan keningnya bingung dan bertanya-tanya, mengapa tiba-tiba mobil tersebut berhenti setelah melewatinya.

"Kirana…." sapa seseorang yang baru saja keluar dari mobil itu.

"Levi…." jawab Kirana kaget, melihat Levi yang kini ada di hadapannya.

Levi menatap Kirana dengan beribu pertanyaan. Sedangkan Kirana menatap Levi dengan wajah bingung, mengapa Levi bisa lewat bertepatan dengannya.

"Sedang apa kamu disini, Kirana?" tanya Levi dengan wajah penasarannya.

"Dari mana kamu? Mengapa kamu berjalan sendiri disini?" tanya Levi bertubi-tubi.

Sementara Kirana hanya membalas dengan senyuman dan menggelengkan kepalanya.

"Pertanyaan yang mana, yang harus aku jawab lebih dulu?" tanya Kirana sambil tertawa kecil pada Levi.

"Mengapa kamu berjalan kaki sendirian disini?" tanya Levi mengulang pertanyaannya kembali.

"A--aku, aku tadi habis mengantar Vero pulang ke rumahnya," jawab Kirana jujur dan langsung ke intinya tanpa bertele-tele.

"Lalu mengapa kamu pulang dengan berjalan kaki, Kirana?" tanya Levi, dengan nada khawatir.

Kirana hanya tersenyum mendengar pertanyaan Levi.

"Ya sudah kalau begitu, yang terpenting sekarang kamu masuklah ke mobilku, agar aku yang akan mengantarmu pulang ke rumah," perintah Levi.

Kirana yang tidak suka merepotkan orang lain pun, tadinya berpikir untuk menolak bantuan Levi, namun Levi terus memaksanya, sehingga membuat dirinya terpaksa harus ikut dan diantarkan oleh Levi dengan mobilnya.

Kini Kirana dan Levi sudah berada di dalam mobil, mereka duduk di belakang, supir Levi mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, karena Levi yang memintanya.

"Jadi … bagaimana bisa kamu pulang berjalan kaki sendirian, Kirana?" tanya Levi yang belum puas bertanya pada Kirana.

Kirana mengembuskan napasnya. "Aku hanya sedang ingin jalan kaki saja, Levi," jawab Kirana, tidak mau berterus terang pada Levi, bahwa sebenarnya dirinya sedang tidak memiliki uang, hanya untuk sekedar ongkos naik bis.

"Mengapa Vero tidak menyuruh supirnya untuk mengantarkanmu pulang ke rumah, padahal kamu sudah mengantarkannya pulang ke rumah," ucap Levi sambil terus menatap Kirana dengan tatapan kagumnya.

"Sudah ku bilang, Levi … aku memang ingin pulang dengan berjalan kaki," jawab Kirana yang sudah mulai kesal dengan pertanyaan Levi yang terus dilontarkan untuknya.

Sadar bahwa Kirana sudah merasa tidak nyaman ditanyai, membuat Levi hanya mengangguk paham mendengar jawaban Kirana.

Setelah Itu, levi berusaha mencari topik obrolan lain yang membuat Kirana merasa nyaman, Levi berusaha mencari topik mengenai hal-hal pelajaran atau tentang kegiatan sekolah yang membuat Kirana juga menyukai topik itu.

Setelah beberapa menit dalam perjalanan, mobil Levi sudah sampai di depan rumah Kirana, Levi yang berusaha untuk mampir ke rumah Kirana pun, memberi kode kepada Kirana.

"Hari ini terasa sangat panas, membuatku sangat haus," ucap Levi.

Kirana yang sadar jika Levi sedang memberi kode untuknya, agar dirinya menawarkan Levi untuk mampir ke rumahnya pun, berpura-pura sibuk.

"Terima kasih, Levi karena sudah repot-repot mau mengantarkanku sampai ke rumah, kalau begitu aku masuk ke dalam, karena ada banyak tugas yang harus ku selesaikan," ucap Kirana kemudian membuka pintu mobil Levi kemudian turun dari mobil saat itu juga.

Sementara Levi hanya menjawab ucapan terima kasih Kirana dengan nada pasrah dan kecewa karena tidak ditawarkan mampir oleh Kirana.

avataravatar
Next chapter