13 Kerja sama Levi dana Sherin

Levi sedang bersiap untuk keluar dari kelas, karena ini adalah jam istirahat. Levi berniat untuk ke kelas Kirana, untuk mengajaknya makan. Namun tiba-tiba, saat Levi akan berdiri dari tempat duduknya, Sherin lebih dulu menghampiri Levi di mejanya.

Levi mengerutkan keningnya bingung, karena tidak biasanya Levi menghampirinya tanpa membawa kedua temannya.

"Hai, Levi … jangan kaget, aku kesini hanya ingin mengajakmu kerja sama," ucap Sherin dengan nada serius namun tetap memasang senyuman penuh arti.

Levi yang mendengar ucapan Sherin pun, makin mengerutkan keningnya dalam. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Sherin.

"Maksudmu?" tanya Levi dengan wajah bingungnya.

"Apa kamu kenal dengan Vero?" tanya Sherin, yang berniat mencari sesuatu yang bisa ia dapat dari Levi.

"Iya aku tahu, ada apa dengannya?" tanya Levi bingung.

"Apa dia memiliki hubungan khusus dengan Kirana?" tanya Sherin.

Levi tampak menghela napasnya mendengar pertanyaan Sherin.

"Tidak, mereka hanya berteman," jawab Levi sesuai yang ditanyakan oleh Sherin.

Sherin tampak lega mendengar jawaban itu dari Levi, karena sebelumnya ia merasa was-was jika Vero sudah memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Kirana si rakyat jelata itu, begitu Sherin menjulukinya.

"Apa kamu tidak cemburu bila Kirana dekat dengan Vero?" tanya Sherin, berusaha membuat Levi terpancing ucapannya.

Namun, Levi malah terlihat gelagapan saat ditanya seperti itu oleh Sherin. Levi tidak menyangka jika Sherin akan menanyakan itu padanya.

Sejenak Sherin tertawa kecil saat Levi bertanya kembali padanya. Namun, Sherin tidak mau berlama-lama tertawa, karena Sherin takut jika Levi akan menganggapnya tidak jelas.

"Aku tahu, kamu menyukai Kirana, tapi sekarang … ada Vero yang menjadi penghalang kamu dekat dengan Kirana," ucap Sherin sebagai awal pembicaraannya.

"Lalu?" tanya Levi yang masih tidak paham dengan yang dikatakan oleh Sherin.

"Langsung saja pada intinya, aku menyukai Vero, jadi bagaimana kalau kita bekerja sama untuk memisahkan Vero dengan Kirana, agar nantinya kamu bisa dengan Kirana, sedangkan aku dengan Vero, impas 'kan?" jelas Sherin.

Levi yang mendengarkan dengan seksama penjelasan Sherin pun, terlihat berpikir sejenak untuk memikirkan penawaran yang diberikan oleh Sherin.

Dalam hati kecil Levi, ia tidak menampik, jika ia menyukai Kirana, namun Levi tidak mau melakukan hal licik, karena apa yang di rencanakan oleh Sherin, akan selalu menggunakan kelicikan, Levi tidak mau mendapatkan Kirana dengan cara seperti itu.

Walau pun sebenarnya, Levi juga sedikit cemburu akhir-akhir ini, karena melihat Kirana makin akrab dengan Vero, yang terbilang masih sangat baru mengenal Kirana dibanding Levi yang dari sejak masuk sekolah selalu berusaha mencari tahu segala hal mengenai Kirana.

Melihat Levi yang masih terlihat memikirkan keputusannya, membuat Sherin berinisiatif memberikan waktu untuk Levi memikirkan jawabannya.

"Kalau kamu masih bingung dengan keputusanmu, aku akan memberikanmu waktu sampai nanti pulang sekolah," ucap Sherin dengan santai.

Seketika Levi tersadar dari pikirannya. "Tunggu…." ucap Levi, sedikit tersentak karena baru tersadar dari pikirannya.

Sherin menunggu jawaban dari Levi dengan menatap wajah Levi dengan serius.

"Jadi?" tanya Sherin memastikan.

"Aku menolak bekerja sama denganmu," jawab Levi dengan mantap.

Sherin cukup terkejut mendengar jawaban Levi, yang malah menolak kerja sama yang ia tawarkan.

"Kenapa kamu menolak? Padahal ini akan membantumu untuk menyingkirkan Vero dari Kirana," tanya Sherin, dengan wajah kagetnya.

"Tidak ada alasan, hanya tidak ingin," jawab Levi.

Kemudian setelah menjawab pertanyaan Sherin, Levi langsung beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Sherin yang masih tertegun disana.

"Lihat saja nanti, Levi … aku masih punya cara lain, meskipun kamu tidak ikut, aku tetap akan mendapatkan Vero," teriak Sherin pada kelas yang sudah berpenghuni itu.

Saat Levi telah melewati Sherin yang mengajaknya untuk bekerja sama, ia kini menuju kelas Kirana untuk mengajaknya makan bersama di kantin.

Namun, saat ia sampai di kelas Kirana, ia tidak menemukan Kirana, atau pun Vero. Kelas itu tidak berpenghuni, hanya tas-tas yang ditaruh di atas meja, yang terlihat mendiami kelas tersebut.

Levi segera keluar dari kelas tersebut, dan mencari dimana Kirana berada. Tempat pertama yang Levi pilih untuk mencari Kirana adalah, kantin. Namun sesampainya di kantin, Levi kembali tidak menemukan keberadaan Kirana.

Kemudian Levi berbalik arah menuju penjuru sekolah lain, siapa tahu Levi menemukan Kirana di tempat lain.

Setelah beberapa menit, Levi mencari-cari keberadaan Kirana, namun tidak satu tempat pun, ia menemukannya, Levi duduk di kursi taman belakang sekolah, dimana ada pohon besar yang tumbuh disana.

Levi memandang pohon itu dengan rasa kecewa karena tidak bisa menemukan Kirana.

Levi menundukkan kepalanya, namun saat itu juga, terdengar suara yang tidak tidak asing bagi Levi, suara itu terdengar sedang tertawa bahagia, membuat Levi langsung mencari sumber suara itu.

Suara itu terdengar dari balik pohon besar yang tidak jauh dari tempat duduk Levi.

Saat Levi melihat ke balik pohon besar itu, ia mendapati Kirana disana, namun Kirana tidak sendiri disana, ada Vero yang sedang memegangi es krim rasa strawberry, dan terlihat menatap Levi kaget, dan seketika terdiam, membuat Kirana menoleh ke belakang, untuk memastikan ada apa di belakangnya, sampai membuat Vero langsung terdiam begitu saja.

"Levi…." panggil Kirana dengan nada terkejut.

Levi tampak tersenyum dengan terpaksa saat itu, entah mengapa perasaan Levi benar-benar cemburu melihat momen itu.

"Ada apa, Levi?" tanya Kirana, sambil memegangi es krim dengan rasa yang sama dengan Vero.

"Tidak apa-apa, aku hanya lewat saja tadi, kalau begitu aku pergi ke kelas lebih dulu," pamit Levi pada Kirana.

Levi langsung meninggalkan Kirana dan Vero, ia tidak mau melihat momen itu, karena itu akan membuatnya makin cemburu.

"Ada apa dengannya, kenapa sikapnya terlihat aneh?" gumam Kirana, namun masih bisa terdengar oleh Vero.

Vero yang melihat kepergian Levi pun, merasa lega, karena momennya tidak jadi terganggu karena kedatangan Levi.

"Kenapa kamu terlihat senang, karena Levi pergi dari sini?" tanya Kirana pada Vero yang tidak sadar menyunggingkan semburat senyum di bibirnya.

Vero yang mendengar ucapan Kirana pun, langsung mengubah ekspresi wajahnya, dan langsung mengalihkan pembicaraan.

"Sampai dimana kita tadi?" tanya Vero mengalihkan pembicaraan.

Sementara Kirana hanya menggelengkan kepalanya, saat Vero tidak menjawab pertanyaannya dan malah mengalihkan pembicaraan.

"Sampai pamanmu sering mengigau saat kamu masih kecil dan kamu tidak bisa tidur karena itu," jawab Kirana, mencoba mengingat sampai dimana pembicaraan mereka tadi.

"Ah iya, benar. Aku benar-benar tidak bisa tidur saat itu, sebenarnya bukan tanpa alasan pamanku mengigau, itu karena dia harus mengurus perusahaan yang ditinggalkan orang tuaku, sehingga membuatnya sangat kelelahan," jawab Vero melanjutkan ceritanya.

Sementara Kirana mengangguk paham dengan cerita Vero.

"Lalu, apa sampai sekarang pamanmu masih mengigau?" tanya Kirana penasaran.

Vero tampak tersenyum saat mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh Kirana.

"Tidak," jawab Vero singkat.

Kirana kemudian mengangguk. "Tapi bagaimana caranya itu bisa hilang? Apa pamanmu sudah tidak mengurus perusahaan lagi?" tanya Kirana penasaran.

"Yang ku maksud tidak tadi adalah, aku tidak tahu, karena sekarang aku sudah tidak tidur bersama dengan pamanku lagi, mungkin jika pamanku masih mengigau saat aku sudah sebesar ini, aku akan menutup mulutnya dengan bantal, agar aku bisa tidur dengan tenang," jawab Vero.

Seketika Kirana yang mendengar penjelasan Vero pun, tertawa. Kirana tidak menyangka jika Vero memiliki selera humor yang cukup baik, padahal Vero yang ia tahu adalah anak yang sangat pemalu.

"Apa humorku lucu?" tanya Vero dengan wajah polosnya.

Bukannya langsung menjawab, Kirana malah melanjutkan tawanya, karena menurutnya Vero sangatlah lucu saat itu. Ia tidak pernah melihat Vero bisa bercanda dengan begitu riang selama ia mengenal Vero.

"Kenapa kamu malah tertawa?" tanya Vero dengan wajah bingung.

Kirana langsung tertawa lagi mendengar pertanyaan Vero.

"Kamu sangat lucu, Vero … aku tidak menyangka jika kamu bisa membuat lelucon," ucap Kirana disela-sela tawanya.

Wajah Vero langsung terlihat tersipu malu, setelah Kirana memujinya. Ia merasakan detak jantungnya berdetak lebih kencang saat itu.

avataravatar
Next chapter