7 #Objek #005

Dari luar, ruangan khusus tidak terlihat berbeda dari ruangan lainnya. Ada satu pintu dan kaca lebar transparan. Dari kaca itu monitor yang berada di dalam ruangan bisa terlihat. Angka-angka dan grafik dapat terbaca dengan jelas, memudahkan bagi yang bertugas untuk melakukan pencatatan tanpa harus masuk ke dalam ruangan.

Sebenarnya ada monitor di ruang utama yang terhubung dengan monitor-monitor di ruang khusus. Hanya untuk memastikan tidak adanya bagian yang eror, setidaknya satu kali sehari seseorang akan ditugaskan untuk memeriksa dan mencatat langsung tampilan yang ada di monitor ruang khusus.

Ruang khusus yang terlihat sama dengan ruangan lain itu sebenarnya dibuat berbeda. Pintunya tidak akan bisa terbuka meski didobrak berkali-kali. Hanya bisa dibuka dengan menggunakan kunci ganda. Kacanya tebal dan tidak akan bisa pecah dengan mudah. Ruangannya juga kedap suara karena tertutup rapat.

Di dalam ruang khusus, seorang pria dengan wajah diamond, hidung mancung, bibir tipis, alis lurus, dan mata dengan bentuk yang dalam, sedang terpejam. Terpejam selama lebih dari tujuh tahun.

Tujuh tahun, tapi selama itu tidurnya tidak pernah tenang. Ia sering menangis, lebih sering lagi merasa marah. Ekspresinya berubah dengan cepat, tapi tidak pernah perasaan bahagia muncul sesering keinginannya, atau tinggal lebih lama dari semua kekacauan yang ia rasakan.

Selama tujuh tahun ia menderita, terluka, berduka, marah, membenci, putus asa, depresi, gila. Ingin mati tidak bisa mati. Ingin menghilang tidak ada daya. Yang dilakukan hanya dipaksa menjalani takdirnya.

Ada banyak kabel yang dipasangkan ke kepala pria itu. Semuanya terhubung dan tersambung dengan mesin-mesin yang ada di sekitar ranjang. Monitor pada mesin memperlihatkan angka-angka dan grafik yang bergerak normal. Mesin-mesin itulah yang dihubungkan ke monitor lain di ruangan yang berbeda.

Lima jam setelah Zen menyuntikkan sesuatu ke dalam cairan infus, Profesor Rekson menyuntikan sesuatu yang lain ke dalam cairan infus yang baru diganti. Lima jam adalah waktu yang cukup untuk penyerapan sempurna bahkan sampai ke pori-pori kulit.

Lima jam, akhirnya ia bisa tidur dengan tenang. Beristirahat sebagaimana mestinya.

Tiga jam setelah cairan yang Profesor Rekson campurkan ke dalam infus masuk ke dalam tubuh, sebuah pergolakan terjadi. Ekspresinya ketika tidur kembali tidak tenang. Keringat membanjiri tubuhnya.

Berbagai gambaran muncul tumpang tindih. Kali ini gambaran yang terlihat bukan hanya gambaran yang selama tujuh tahun selalu muncul mengusik tidurnya, mengacaukan perasaannya, ada beberapa gambaran baru. Pemandangan yang tidak ada dalam program. Gambaran-gambaran yang berurutan dan muncul dengan teratur.

Ia adalah seorang yatim piatu, tinggal di sebuah panti. Sejauh ini yang muncul sama seperti gambaran-gambaran yang sebelumnya sering ia lihat. Tidak persis digambarkan bagaimana ia bisa menjadi yatim piatu, mungkin orang tuanya meninggal, atau mungkin juga ia sengaja dibuang.

Meski yatim piatu, ia adalah seorang anak yang penuh semangat dan ceria. Ia memiliki banyak teman dan bergaul dengan semua orang yang memperlakukannya dengan baik. Ia tidak terlalu pintar dalam pelajaran di sekolah, tapi rangkingnya tidak pernah lebih dari sepuluh besar.

Ia menyukai olahraga dan bercita-cita menjadi seorang polisi. Bukankah cerita-cerita tentang polisi yang berhasil menangkap penjahat selalu terlihat keren. Bukankah polisi adalah pelindung masyarakat. Bukankah pelindung sama artinya dengan pahlawan.

Ingin menjadi pahlawan adalah cita-cita banyak anak laki-laki seusianya. Ultraman atau Power Rangers tidak ada di dunia nyata jadi ia tidak bisa menjadi salah satunya. Polisi berbeda. Polisi sungguh ada dan ia ingin menjadi polisi saat dewasa nanti.

Ketika masuk Sekolah Menengah Pertama, ia bergabung dengan ekstrakurikuler bela diri. Di ekskul itu ia menemukan bakat dan kekuatannya. Ia menggelutinya dengan serius dan didaftarkan menjadi atlet.

Sekolah pun ia lanjutkan dengan beasiswa jalur prestasi. Begitu pun saat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas. Ia semakin serius menggeluti profesi atletnya. Banyak pertandingan telah diikuti dan banyak piagam dikumpulkan. Cita-citanya menjadi seorang polisi pun tidak surut.

Semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Kehidupannya menyenangkan. Sesekali ia memang merasa kesepian. Saat pulang ke rumah yang kosong, atau memandang iri pada teman-teman yang orang tuanya datang saat pengambilan rapor, atau saat keluarga ikut menonton pertandingan. Tapi hanya sebatas itu. Selebihnya ia tumbuh dengan baik.

Usia 21 tahun, ia meninggalkan profesi atlet untuk fokus mengejar cita-citanya. Setelah pengumuman lulus ia terima, ia berencana pulang ke panti untuk mengumumkan berita bahagia itu dan merayakannya bersama orang-orang yang telah membesarkannya.

Meski tela tinggal jauh dari panti, mereka masih sering bertukar kabar. Para pengurus panti adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Ia tidak mungkin bisa berdiri sampai ke tahap ini tanpa mereka.

Segalanya telah dipersiapkan. Oleh-oleh untuk pengurus panti dan hadiah untuk adik-adik di sana telah diurus, telah dikirim lebih dulu agar tidak merepotkan selama di perjalanan.

Malam harinya ia kembali mengirim kabar kepada kepala panti. Kepala panti adalah seorang wanita berusia 80 tahun yang sudah ia anggap sebagai ibu sendiri. Tiket telah dipesan dan besok pagi-pagi akan langsung berangkat.

Rasanya benar-benar tidak sabar. Membayangkan mereka akan berkumpul lagi sangat membahagiakan. Mengumumkan di depan semua orang bahwa mimpinya akhirnya bisa tercapai membuatnya benar-benar bersemangat.

Malam itu, pukul 21.39 ia baru selesai makan di luar dan akan kembali ke tempat tinggalnya. Senyumnya merekah. Ia terlihat begitu bahagia dan penuh semangat.

Malam itu adalah malam yang menjungkir balikkan kehidupannya. Bulan berbentuk bulat penuh bergantung di langit dengan banyak bintang, sinarnya terang. Langit cerah, benar-benar tanpa pertanda.

Dua mobil sport mewah saling berpacu dengan ugal-ugalan. Ia bisa menghindar dengan aman untuk yang pertama, tapi menjadi lengah dengan yang kedua. Kecelakaan terjadi. Benturan keras tidak dapat terelakkan. Ransel yang ia sanggah di lengan kanan terlempar ke arah yang berbeda.

Malam itu ia masih bisa melihat bulan yang berbentuk bulat sempurna, langit cerah. Ia masih bisa melihat pemandangan itu dengan jelas sebelum matanya terpejam. Terpejam selama lebih dari tujuh tahun.

Ia baik-baik saja sebelumnya. Nyaris berhasil menggapai mimpinya. Ia tidak banyak mengeluh atau menuntut. Ia bekerja dengan keras untuk dapat hidup dengan baik. Ia sudah berjuang, bersabar, tapi pada akhirnya tetap dilempar ke dalam neraka penuh penderitaan.

Gambaran kehidupan yang sesungguhnya masih berkelebat seperti mimpi. Terkadang Gambaran lain datang mencoba mengacaukan, tapi ia tahu mana yang nyata dan mana yang palsu.

Semua gambaran telah utuh. Keningnya berkedut beberapa kali. Angka-angka yang muncul pada monitor pengawas semakin tidak beraturan. Pelan, pelan, pelan kesadarannya mulai terkumpul.

Objek 011 Haidee Putra.

###

avataravatar
Next chapter