1 Nyctophobia | 1

Di tengah lapang upacara tempat hilir mudiknya para siswa Sekolah Menengah Atas Provita. Dua sejoli itu bertengkar remeh, tat kala buat para jomblo iri abis. Damian dan Vrilla murid tahun ketiga itu telah menggores sejarah di sekolah mereka.

"Kesini lo, Damian!" teriak Vrilla memerintah. Wajahnya merah bak kepiting rebus. Alisnya menukik tajam atas kekesalannya yang telah sampai ke otak.

Memang dasar tengilnya lelaki itu, Damian malah melangkah mundur semakin menjauh seraya menjulurkan lidahnya. Vrilla bisa saja teriak pada Damian untuk tidak melakukan hal tersebut. Sebab, nanti Damian bisa jatuh.

Tetapi, disini Vrilla sedang kesal. Emosinya menggebu-gebu. Dengan kedua kaki pendeknya ia berusaha berlari mengejar Damian.

"Awas ya kalo gue dapetin elo!" teriak Vrilla bengis. Kekesalannya tidak lagi bisa dikontrol.

"Lo emang udah dapetin gue. Kan ada di hati elo!" teriak Damian cengengesan. Vrilla yang sedang kesal, emosinya langsung meluap. Bibirnya sejenak mengulum sunggingan manis. Siswa di sekitar mereka hanya bisa berteriak dalam hati. Melafalkan doa segera mendapatkan lelaki mirip seperti Damian.

"Aaaaa so sweet!!"  pekik kedua siswi yang sedang duduk di bangku panjang tepat di pinggir lapangan. Terasa sangat adem di bawah naungan pohon rindang. Sejuk dan nyaman saat angin mengibas rambut mereka.

Gadis berambut sebahu dengan poni terbelah dua di samping mereka menoleh. "Siapa sih itu?" tanyanya ingin tau.

Kedua temannya yang sedang mesam-mesem menikmati drama Korea live  langsung menoleh pada Cherry. Mereka terkejut ada makhluk yang tidak tau tentang dua sejoli trending topic sekolah mereka. Vrilla dan Damian sudah menjadi buah bibir sejak mereka menginjakkan kaki di sekolah. Bahkan memenuhi beranda storygram.

"Cher, lo gatau kak Damian sama kak Vrilla?!" Ravabia yang akrab dipanggil Vabi tak bisa menahan keterkejutannya dengan tidak berteriak.

Sang pelaku dengan polosnya menggelengkan kepala. Cherry memang tidak tau-menau soal kakak kelas mereka. Satu angkatannya pun tidak semuanya ia tau. Sebatas teman kelas dan teman satu gugusnya saat masa orientasi saja yang ia tau.

"Aduh, lo tuh ya update, sih! Kak Damian sama kak Vrilla itu pasangan teromantis di sekolah. Perjuangan kak Damian itu loh... bikin gue iri aja sama kak Vrilla." Bola mata Saffana berbinar. Ia membayangkan wajah Damian bak pangeran.

Cherry melirik kembali pada kedua sejoli yang hampir sampai di koridor. Damian dan Vrilla, menjadi pusat perhatian seluruh penghuni koridor.

"Gue itu sebenarnya aneh sama kak Damian. Kok mau sih sama kak Vrilla." sambung Vabi terheran-heran. Matanya masih fokus pada dua sejoli itu hingga menghilang di persimpangan koridor.

"Emang kenapa sama kak Vrilla?" Cherry bertanya bingung.

Vabi menghirup udara dalam-dalam, "Kak Vrilla itu punya cowo dulunya, tapi kak Damian masih aja mau deketin kak Vrilla. Padahal ya, cewe jomblo di sekolah hampir semua."

"Kak Damian ngejar cewe yang udah punya cowo? PHO dong?" Cherry menduga, sejenak punya memikiran hal buruk tentang kakak kelasnya.

"Iya banyak yang bilang juga kaya gitu, Cher. Tapi gosip itu tenggelem karena ada temen kelasnya, si..." Vabi lupa namanya. "Siapa sih, Na?" ia beralih pada Fana.

"Kak Rebecca maksud lo?" Fana menebak.

"Nah!" Vabi mendapat pencerahan. "Gosip kak Damian PHO hubungan kak Vrilla tenggelam karena kak Rebecca deketin terus kak Damian. Malah keliatannya kak Rebecca yang jadi PHO antara mereka. Ngakak so hard."

Cherry menggelengkan kepala prihatin. "Kasian kak Rebecca."

Fana menggelengkan kepala, membantah. "Lebih kasian kak Damian, kak Vrilla jahat banget."

"Kok bisa, kak Vrilla emang kenapa?" tanya Cherry lagi-lagi dibuat bingung.

"Dia kan udah punya pacar. Memang sih awalnya nolak kak Damian. Judes banget lagi, kalo ngomong tuh suka nusuk karena bener. Tapi akhirnya kak Vrilla mutusin pacarnya buat kak Damian. Jahatlah mutusin pacar buat orang baru." ungkap Fana.

"Hati ga ada yang bisa nebak. Bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang pertama atau yang paling perhatian. Tapi, tentang siapa yang datang dan tidak pergi." Cherry berucap sebagaimana kata yang ia ingat dari beberapa quotes yang pernah dibaca.

"Kata-kata mutiara Cherry." Fana membanggakan.

Cherry menggelengkan kepala, "bukan! Em, menurut gue, ga ada yang jahat, ga ada yang aneh. Dalam cinta semua itu wajar-wajar aja. Cinta itu buta dan gila. Kalian tau lah itu, karena pasti pernah ngerasainnya, 'kan?" lengkungan bibirnya mengartikan sesuatu.

Vabi menganga, "gue rasanya jadi bocah, deh. Padahal gue tau lo belum pernah pacaran tapi kenapa jadi lo yang keliatan banyak pengalaman?"

"Lo sebenarnya punya pacar ya, Cher?" Fana menerka sambil menyipitkan mata, curiga.

Cherry menghembuskan napas lelah. "Gue itu cuman nyimpulin apa yang sering gue denger dari cerita kalian termasuk cerita barusan. Lagian gue emang ga punya pacar tapi bukan berarti ga pernah pacaran kaya Vabi bilang. Gue pernah pacaran kok."

"Serius?!" Vabi melotot tak percaya. Umur persahabatan mereka sudah 5 tahun, tapi Vabi tidak pernah mendengar Cherry pernah pacaran.

Cherry menganggukan kepala mantap. "Iyah."

"Punya berapa mantan lo?"

"Satu aja. Ga banyak kaya lo, hampir seribu."

Fana menjentrikan jari seraya terkekeh membenarkan ucapan Cherry, sedangkan Vabi mengerucutkan bibir karena kesal.

"Gue tau sekarang kenapa lo banyak mantan?" lanjut Cherry mesam-mesem.

"Jelas nyari yang cocok." Vabi memberikan argumennya. Tidak mau dikritik buruk lebih dulu oleh sahabatnya.

Cherry menggelengkan kepala, "bukan, karena lo cuma bisa mengajarkan luka pada orang lain."

Vabi bangkit sambil mendengus, "Ya, enggalah. Lagian mereka juga yang salah, ga bisa jadi pribadi lebih baik."

Fana terkekeh, "kalo ga ngerasa, ya jangan marah." gadis itu membela Cherry.

"Gue ga marah!" bantah Vabi kelewat sinis.

"Cuman kesindir." lanjut Cherry sambil tersenyum manis. Senyum malaikat mengandung gen devil.

"Aihh... kalian itu kalo bully  gue seneng banget yah!?"

Cherry dan Fana tertawa renyah bersaman Vabi pergi menjauh karena kesal. "Gue kejar Vabi dulu ya, Cher. Lo di sini aja. Nanti kalo udah gue bujuk, kita ke sini lagi."

Cherry terkekeh, "ay ay ay kapten." ujarnya ala tokoh utama kartun spongebob squerpants. "Bilangin gue cuman bercanda kali."

"Vabi juga tau lah, cuman kayanya dia hari ini lebih baperan. Mau datang bulan mungkin." Fana lagi-lagi menerka.

"Mungkin aja." ujar Cherry sekenanya lalu Fana pergi meninggalkann temannya itu.

Pandangan Cherry berpusat pada punggung Fana yang kian mengecil hingga menghilang. Pupil matanya memerhatikan sekeliling. Ramai banyak sekali murid hilir mudik. Ia sangat senang dengan keramaian yang artinya ia tidak sendiri dan kesepian.

Hembusan angin menerpa kulitnya. Mengibas rambut hitam legam sebahunya mengikuti arah angin. Angin setenang ini biasanya mengundang kantuk dan benar saja karena Cherry barusan menguap. Ia melipat lengan di atas meja lalu menenggelamkan wajahnya di sana.

Ia berharap segera terjun ke dalam mimpi indah.

***

Viarie

Penulis yang sedang memberikan cuplikan cerita baru dan ingin menyatakan selamat datang di lembar pertama Nyctophobia.

.

.

.

19-03-2019 🍒

avataravatar