1 PROLOG

Hujan baru saja turun tanpa memberi petunjuk apapun, kelabu juga tak tampak. Hujan panas memang selalu beri misteri, perginya tinggalkan tanya. Seseorang berlari mencari tempat berteduh, rok span atas lutut dengan sepatu heells tinggi membuatnya sedikit kesulitan, belum lagi beberapa barang yang ia rengkuh kuat dengan kedua tangannya. Benda itu mungkin lebih berharga dari apapun, termasuk nyawanya sendiri.

Gadis dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai itu meletakkan semua barangnya diatas meja lobi, ia baru saja sampai di tempat tujuannya. Bangunan bertingkat 22 di pusat kota adalah kantor tempatnya bekerja, panggil gadis itu maylea, seseorang yang kini tengah sibuk membereskan barang-barang yang sudah ia lindungi dengan segenap kekuatannya.

Kemudian, Maylea putuskan kembali membawa barang-barangnya dengan posisi yang sama pula. Ia mendekati lift dan menuju lantai 20, ia akan menyerahkan semua dokumen yang ia bawa kepada Revano, atasannya, Kerabatnya, orang yang ia suka.

Ckleek

Pintu terbuka tampilkan sosok Revano, lengkap dengan kacamata kerjanya. Wajahnya tampak fokus pada komputer dan jemarinya menari lincah diatas keyboard. Maylea selalu menyukai semua hal yang dilakukan Revano.

"Aku bawakan semua dokumennya, kak." gadis itu serahkan semua dokumen di tangannya kepada Revano. Laki-laki itu menoleh dan temukan sosok Maylea yang menatapnya tanpa berkedip.

"Kamu kehujanan?" Revano bangkit dan mengambil sapu tangan di balik saku jasnya. Ia memberikan benda itu kepada Maylea, lalu tersenyum ramah.

Maylea bukan sosok ramah, bahkan ia adalah gadis yang dingin dan datar. Ia sedikit berbeda ketika berhadapan dengan Revano, laki-laki yang ia suka sejak umurnya masih 15 tahun. Yah, Revano dan dirinya tinggal di komplek perumahan yang sama, Revano selalu menjadi bagian terbaik dari kehidupan Maylea yang sepi dan penuh misteri. Maylea tak memiliki ayah sejak ia lahir, ia benar-benar tak memilikinya sejak kecil. Beberapa teman masa kecilnya adalah kenangan yang tak ingin gadis ini ingat, ia sangat membenci semua teman lamanya. Mereka telah membuat Maylea yang malang semakin terpuruk karna perkataan dan perlakukan yang menyakitinya. Untungnya, lagi-lagi Revano seseorang yang muncul sebagai pelindung bahayanya.

"Dikantor, kamu nggak perlu panggil saya Kakak, panggil saya Pak, ya?" jelas Revano. Laki-laki itu kembali ketempat duduknya.

Maylea tak menjawab dan hanya beri anggukan kepalanya, pertanda ia setuju dengan permintaan Revano. Meskipun berat.

"Permisi," Seseorang tampak muncul setelah ketukan pintu itu menyadarkan Maylea dari lamunannya. Seseorang dengan tersenyum ramah masuk kedalam ruangan Revano, tak lupa memyapa Maylea yang juga tengah memperhatikannya. Tampak Revano tersenyum sumringah pada gadis itu. Ya, Revano memang selalu ramah pada siapapun. Jelas perlakuan yang ditunjukkan pada Maylea bukanlah perlakuan yang menunjukkan bahwa Revano juga menyukai Maylea, hal itu yang membuat seorang Maylea masih menyimpan perasaannya sendirian.

Nara, seseorang yang baru saja hadir itu bernama Nara, ia adalah gadis yang bisa dikatakan populer dikantor.

Ia adalah asisten Revano di kantor. Keduanya benar-benar terlibat dalam perbincangan yang sempurna, Nara yang baru saja muncul seakan tak lagi memberi ruang kepada Maylea untuk ikut campur. Dan benar saja, setelah itu Revano meminta Maylea meninggalkan ruangannya jika tak ada lagi hal yang ingin di sampaikan.

Maylea sering merasa hancur, sangat sering karna selalu dapati peristiwa yang sama sakitnya seperti tadi. Ia bahkan merasa berubah menjadi pengganggu jika keduanya tengah bersama. Maylea gadis yang dingin, ia bisa tutupi rasa kecewanya sendiri, ia bisa menahan semua sakitnya. Tapi, ia punya batasan, ketika benar-benar lelah. Mungkin ia akan menangis sejadi-jadinya, sendirian, atau mungkin bersama seseorang.

Brakkk

Maylea mundur beberapa langkah ketika tubuhnya yang melemas menabrak pundak seseorang. Ia mendongak dan temukan sosok Danial yang sama dinginnya, menatap tanpa bicara, tajam.

"Darimana?" tanya Danial setelah ia kalah untuk tak bertanya.

"Lo nggak perlu tau." jawab Maylea dan putuskan lanjutkan langkahnya.

Danial menatap ruangan Revano yang terbuka, ia temukan sosok Nara dan Revano yang masih berbincang santai. "Gue kira lo bakal nangis," ucap Danial yang mulai kejar langkah Maylea menuju lift.

"Nggak akan, bego!" Maylea mendengkus. Jelas tatapan dingin yang tampak sendu itu hiasi wajahnya sekarang. Danial raih jemari gadis itu dan tuntun Maylea menuju lift, laki-laki itu menekan tombol 22.

Gadis itu diam saja ketika Danial putuskan membawanya ke atap. Udara setelah hujan panas menghadirkan suasana yang sedikit berbeda, ada cerah dan semilir angin yang hadir.

Danial rengkuh tubuh Maylea dan mengusap lembut rambut gadis itu, "lo kelihatan rapuh banget. Segitu sukanya lo sama pak boss?" tanya Danial yang sudah jelas tak perlu lagi dijawab oleh Maylea. Perasaan gadis itu sudah tak perlu dipertanyakan.

"Oke gue tau, sekarang lo bisa tenangin diri dulu disini. Gue temenin." jelas Danial yang terus rengkuh Maylea dalam pelukannya. Maylea tak memberontak, Danial memang selalu jadi tempatnya mencari ketenangan ketika hatinya begitu hancur.

Juga tempat ia melampiaskan semuanya.

"Cinta bisa sepelik ini, ya. Dan kenapa gue nggak bisa berhenti?" keluh Maylea yang kini netranya tampak mulai berkaca-kaca. Ia bisa menangis histeris ketika sedang berdua bersama Danial, laki-laki itu memang selalu menjadi tempat pelarian terbaiknya.

Jujur, Danial tak menyukai tangisan Maylea. Ia merasa gagal menenangkan, ia merasa tak bisa memberi kekuatan lagi pada gadis rapuh itu.

Danial usap wajah Maylea, mencoba untuk menahan tangisan gadis itu yang mungkin sebentar lagi tumpah. Beberapa saat kemudian Danial tampak mendekatkan wajahnya pada Maylea, juga remgkuhannya yang semakin diperdalam. Danial hela nafas ketika konsentrasinya mulai tak karuan, beberapa detik saja bisa membuat laki-laki itu terbius oleh pesona Maylea jika harus berhadapan sedekat ini.

Danial rengkuh tubuh Maylea lagi dan kembali dekatkan wajahnya, kini tangannya mulai menarik tengkuk gadis itu lebih dekat, sampai akhirnya ia mulai panggutannya pada bibir Maylea, dan gadis itu tak menolak.

"Peluk gue," bisik Danial yang direspon cepat oleh gadis itu.

Maylea angkat tangannya dan letakkan keduanya pada leher Danial. Kehangatan menjalar dengan seiring Danial memulai panggutannya lagi, Maylea terbawa permainan Danial dan ikut menari di dalamnya. Keduanya benar-benar larut dalam ciuman panas mereka, Danial benar-benar membuat fikiran gadis itu sedikit lebih tenang.

"Danial," panggil Maylea disela-sela ciuman mereka, gadis itu tampak menyipit dengan tangan masih berada di leher Danial.

"Bukan. Revano, kan?" Danial tutup mata Maylea dan rengkuh tubuh gadis itu lagi.

Danial hadir disini, adalah sebagai seseorang yang menyerahkan diri secara suka rela. Entah apa alasan laki-laki ini begitu baik. Karna disetiap rasa sakit yang diterima Maylea akibat Revano, Danial akan datang. Dan mengatakan bahwa setiap hal yang ia lakukan adalah pengganti dari sosok Revano.

Jangan sedih karna Revano, setiap ciuman yang gue kasih, adalah ciuman dari Revano. Lo hanya cukup bayangin kalo gue adalah dia.

Danial pernah mengatakan hal itu sebelumnya, yang sampai saat ini menjadi terbiasa baginya. Membayangkan bahwa yang memeluknya adalah Revano, bahwa yang kini memanggut bibirnya adalah Revano. Danial benar-benar membuat Maylea merasakan candu untuk memiliki Revano.

avataravatar
Next chapter