2 2. Jevan Vincent Orion

"KALIAN SAYA PECAT!"

"Maaf, bos. Kami sudah---"

"Diam! Cara kerja kalian tidak becus! Mencari begitu saja tidak bisa!"

"Sekali lagi kami minta maaf, bos. Karena golongan darah nyonya Jessie benar-benar sulit untuk ditemukan. Kami sudah mencari dari rumah sakit ke rumah sakit. Tetapi, tidak ada yang mempunyai stok darah itu, bos!"

Dengan keberanian setipis tisu, salah satu dari mereka mengungkapkan apa yang mereka alami selama beberapa hari ini.

"Kenapa kalian hanya mencari melalui rumah sakit saja? Apakah tidak bisa mencari ditempat lain?" Jevan menatap tajam bodyguardnya.

"Sudah, bos. Tetapi tidak ada yang memiliki golongan darah itu." Jawab Hamdan yang menjabat sebagai ketua bodyguard itu.

"Pasti ada! Kalian cari lagi!" Kata Jevan dengan tegas.

"Dimana---"

"Kubilang cari! Jika kalian masih ingin beradu argumentasi di sini, lebih baik kalian saya pecat!"

Lima orang berbadan besar itu menundukkan wajahnya, tidak ada yang berani menatap mata tajam dan wajah memerah bos mereka.

Mendapatkan tugas untuk mencari golongan darah langka di dunia membuat mereka kerepotan sendiri. Sudah tiga hari mereka mencari golongan darah itu, tetapi belum ada yang menemukannya.

Keadaan yang semakin genting membuat Jevan semakin marah. Kedua tangannya sudah terkepal dan siap melemparkan pukulan kepada wajah lima bodyguardnya.

Tetapi, itu semua urung ia lakukan, karena Papanya menahan kepalan tangannya. Jevan menurunkan kembali tangannya dan melihat ke arah Papanya.

"Tidak perlu seperti ini, Jevan. Kamu tenang saja, perlahan-lahan pasti kita bisa mendapatkannya. Mereka hanya butuh waktu, Jevan." Kata Vino, Papa Jevan.

Senyuman miring tercipta di bibir Jevan. Ia menatap Vino dengan tatapan mata yang tajam. "Sudah tiga hari mereka mencari tetapi tidak ada hasil apapun, Pa. Di sini Mama membutuhkan darah itu!" Katanya.

Vino mengangguk paham. "Papa tahu kamu khawatir dengan kondisi Mama, tetapi kamu juga harus sabar. Mama kamu memiliki golongan darah yang langka. Itu sulit untuk dicari, Jevan!" Katanya.

Jevan mendengus. "Jika cara mereka bekerja bagus, bisa dipastikan darah itu sudah berada di sini." Katanya masih dengan emosi yang melingkupi hatinya.

"Jika Mama tahu kamu memarahi mereka seperti ini, pasti Mama akan sedih. Mama tidak suka jika putranya berlaku seperti ini." Kata Vino kembali menenangkan Jevan.

Bagaimana Jevan bisa tenang, disaat Jessie, Mamanya tengah koma akibat dari kecelakaan yang dialami oleh wanita itu.

Sekitar satu Minggu yang lalu, Jessie akan bepergian menuju kantor suaminya, tetapi saat ditengah jalan, ia tidak bisa mengendalikan mobilnya yang melaju semakin kencang. Jessie berusaha mengendalikan mobilnya, tetapi ternyata remnya blong. Hal itu membuat Jessie membanting stir hingga menabrak pohon.

Dua hari berada di rumah sakit, Jessie kembali sadar, tetapi setelah tiga puluh menit membuka mata, Jessie kembali pingsan. Dokter mengatakan hal itu disebabkan oleh benturan kepala dengan stir mobil. Jessie juga sempat kehilangan banyak darah.

Kemungkinan, Jessie dapat kembali sadar jika mereka sudah menemukan donor darah untuk Jessie. Tetapi hingga hari ini, orang-orang suruhan Jevan dan Vino belum ada yang mampu mendapatkan darah itu.

Golden Blood atau bisa juga disebut dengan Rh null (Rhesus null), biasanya orang menyebut darah ini adalah darah emas. Karena hanya hitungan orang yang memiliki golongan darah langka ini.

Golongan darah Jevan sama dengan Vino, hingga membuatnya tidak bisa membantu Mamanya untuk segera kembali ke alam sadar. Belum lagi Jevan adalah anak tunggal, oleh karena itu tidak ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan Mamanya.

"Kalian bisa pergi! Dan kalian tidak dipecat." Kata Vino memberitahu kelima bodyguard di sana.

Jevan diam saja, ia hanya memberikan tatapan mematikan kepada lima orang berbadan besar itu.

"Baik, Tuan. Terima kasih, kami izin pamit untuk melanjutkan mencari donor darah untuk Nyonya Jessie."

Hamdan dan keempat bodyguard lainnya menundukkan badannya sebagai tanda hormat. Setelah itu, mereka berlalu pergi dari hadapan kedua bos mereka itu.

Jevan kembali mendudukkan dirinya di kursi tunggu rumah sakit. Ia mengacak rambutnya kasar. Pikirannya kalut. Ia terlalu takut jika Mamanya akan meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini. Jevan masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu untuknya menjalani kehidupan.

Semua cara telah ia kerahkan untuk mendapatkan golongan darah itu. Seandainya kakek dan neneknya masih hidup, kemungkinan besar salah satu dari mereka pasti memiliki golongan darah yang sama dengan Jessie.

"Papa tahu kamu khawatir, Papa juga sama. Tetapi tidak seperti ini, Jevan. Kamu harus makan. Dua hari ini kamu melewatkan waktu makan mu. Jangan membuat Mamamu merasa sedih." Kata Vino.

Jevan sama sekali tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia hanya fokus dengan Mamanya saja.

"Jevan ingin ke ruangan Mama." Jevan berlalu meninggalkan Papanya.

Laki-laki yang lebih tua dari Jevan itu menarik napas panjang. Putranya itu memang keras kepala. Apapun yang ia inginkan, harus ia dapatkan sekarang juga.

Jevan Vincent Orion, putranya yang sedari kecil dimanja oleh istrinya, kini tumbuh menjadi laki-laki yang sulit diatur. Apapun akan ia lakukan semaunya. Selama Jevan hidup, hingga sekarang berusia 24 tahun ini, benar-benar bersifat bossy. Padahal, Vino tidak pernah mengajarkan sifat-sifat seperti itu.

Dibalik sifat keras kepalanya, Jevan begitu menyayangi kedua orang tuanya. Tetapi, ia akan berubah menjadi laki-laki dingin saat berada di kantornya.

Orion's Company.

Perusahaan yang dikelola oleh Jevan, perusahaan yang ia dapatkan dari Papanya, karena Vino sudah tidak mampu lagi untuk memegang beberapa perusahaannya sendirian. Awalnya, Jevan juga menolak, karena ia hanya ingin menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan uang yang Jevan minta dari kedua orang tuanya.

Tetapi, Jevan salah. Setelah ia mengelola perusahaan itu dan mendapatkan keuntungan yang banyak, Jevan semakin tidak bisa mengendalikan sifat bersenang-senangnya. Ia seringkali menghabiskan uang untuk membeli minum-minuman keras dan bermain wanita.

***

Jevan meraih satu tangan Mamanya. Ia menatap dalam kedua mata Jessie yang masih setia terpejam itu.

"Ma, tolong bantu berdoa. Supaya Jevan dan Papa bisa menemukan donor darah untuk Mama." Kata Jevan pelan.

Jevan menciumi punggung tangan Jessie. "Setelah Mama sadar. Apapun akan Jevan lakukan, semua permintaan Mama pasti akan Jevan berikan. Apapun, Ma. Bahkan jika Mama meminta Jevan untuk pulang ke rumah setiap harinya, tidak masalah. Jevan pasti akan pulang, Ma."

Jevan memang jarang untuk pulang ke rumah. Ia lebih sering pulang ke apartemennya. Jessie kerap kali meminta Jevan untuk pulang ke rumah, karena wanita itu merindukan putranya. Tetapi, Jevan selalu menolak dengan memberikan alasan sibuk dan lembur.

Dan sekarang, Jevan menyesal karena menolak permintaan Mamanya sebelum kecelakaan ini terjadi. Jika bisa mengulang kembali waktunya, Jevan akan segera pulang dan menemui Jessie.

"Ma, cepat bangun!"

avataravatar