6 Kontrak Pernikahan

Matahari mulai terbit dan keluar dari peraduannya . Sementara Karan dan sang mempelai wanita masih tertidur lantaran rasa lelah yang masih menggerogoti tubuh mereka . Perlahan cahaya matahari masuk melalui celah jendela yang terbuka lebar dan menusuk melalui mata sang gadis manis yang tertidur dengan posisi menghadap ke arah datangnya cahaya .

"Aaaaa...." lagi-lagi gadis itu berteriak . Kali ini bukan karena kegelapan , melainkan karena ia melihat sosok Karan yang sedang tertidur di hadapannya dengan wajah yang begitu polos seakan tak bersalah .Teriakannya sontak membangunkan Karan dari tidur pulasnya . Mata lelaki itu mengerjap mencoba mengumpulkan kesadarannya setelah sebelumnya terlarut dalam alam mimpi yang begitu indah.

" Apa yang membuatmu berteriak sepagi ini? Bahkan tempat ini tidak lagi segelap sebelumnya." ujar Karan sambil mengusap-usap matanya.

" Kenapa kita tidur di satu tempat , apakah kau...? perkataan gadis itu terhenti saat ia mengintip tubuhnya dibalik selimut . ia masih mengenakan pakaian lengkap dan tak kekurangan apapun.

"Apa yang kau fikirkan, bahkan setelah kau menggodaku dengan pakaian dan dandananmu yang menor itu ." balas Karan kesal sambil terus menggeliat mengumpulkan segenap nyawanya yang masih dibawah batas kesadaran.

" Lalu mengapa aku bisa tidur bersamamu ? Oh tidak maksudku disampingmu ." ujarnya sang gadis mencari celah kesalahan Karan.

"Apa kau lupa jika kau telah menjadi istri sahku sekarang ? Bahkan aku telah memiliki hak atas setiap inci tubuhmu, kenapa kau malah menyikapiku seolah aku ini pria mesum." ujar Karan sambil mendekatkan wajahnya kearah gadis itu.

" Bukankah kau bilang jika ini hanya pernikahan kontrak ? Lalu mengapa sekarang kau seolah sangat tertarik terhadapku? " balas sang gadis sambik terus mengalihkan tatapannya dari Karan . Ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas Karan dari jarak yang sedekat ini .

" Siapa juga yang tertarik terhadapmu ? Bahkan kau yang menggodaku dengan pakaian tipis itu " balas Karan merungut kesal sambil kembali memundurkan tubuhnya ke posisi awal . Namun matanya masih belum lepas dari arah tubuh gadis itu lantaran selimut yang ia pakai untuk menutupi tubuhnya melorot hingga ke pinggang . Membuat gadis itu menyadari betapa tipis nya pakaian yanh sedang ia kenakan. Gadis itu sontak terkejut dan kembali menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya hingga ke leher .

Karan tersenyum tipis melihat tingkah laku polos gadis yang telah menjadi istrinya itu .Terkadang ia juga merasa gemas dan ingin terus mengganggunya . Ia seakan mendapat sebuah mainan baru yang cukup menghibur.

" Apa bahkan kau tidak ingat semalam kau melompat kearahku dan memelukku ketika listrik padam ." ujar Karan begitu santai tanpa menatapnya. " Kau bahkan terlelap sambil memelukku . Aku bahkan tidak tahu apakah kau sungguh tidur atau pingsan. " guyon Karan.

" Maafkan aku kak, aku begitu takut akan gelap . Bahkan aku tidak menyadari jika aku sungguh memelukmu malam itu. " balasnya merasa bersalah.

" Siapa namamu? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan kak? "

" Aku Arindya . Natasha Arindya. Yang aku tahu usiamu satu tahun lebih tua dariku,bukankah sekarang kau adalah suamiku . Jadi aku harus menghormatimu . " balasnya percaya diri.

" Siapa aku?" tanya Karan tiba-tiba.

" Karan Lyn . "

"Apa kau tahu siapa aku? Oh, bukan .Seberapa banyak kau mengenalku?"

" Aku tidak tahu begitu banyak tentangmu . Aku hanya tahu beberapa informasi tentangmu dari internet."

" Lalu mengapa kau ingin menikahi ku? "

"Aku hanya ...." ucapannya seketika terhenti karena selaan dari Karan ." Karena ayahmu? Bahkan ia adalah kakakku, apa yang sebenarnya kalian rencanakan!" bentak karan.

" Ia ingin kau didampingi oleh orang yang ia percaya . Ia ingin aku mengurus mu dan mendampingi mu . Ia ingin aku memastikan bahwa kau tidak akan menempuh jalan yang salah dan berdiri di atas kebenaran . Hanya itu?" ujar Arindya dengan air mata yang perlahan menetes di pelupuk matanya.

"Kenapa kau ingin melakukannya jika itu membuatmu menderita?"

" Setelah apa yang diberikan oleh Paman Aditya untukku, bagaimana bisa aku menolaknya? Semenjak kedua orang tuaku meninggal hanya ia yang aku punya . Dan sekarang ia telah menjadi ayahku, bukankah ini adalah kesempatan untukku membalas segala budi baiknya kepadaku?"

" Kau rela bahkan jika aku memperlakukanmu begitu buruk nantinya? Seperti yang aku katakan sebelumnya, ini hanyalah pernikahan kontrak."

" Aku akan menerimanya . Kau tidak perlu memberikan hatimu padaku .Kau cukup mengizinkanku melayanimu dan mendampingimu seperti keinginan ayahku . Bukan sebagai istri, namun sebagai pelayan atau mungkin sahabat . Maukah kau memberikanku kesempatan itu?"

" Baiklah kalau begitu ini kontrakku , mari kita buat poinnya ." balas Karan sambi mengeluarkan selembar kertas dan pena dari laci meja .

Karan pun menuliskan poin-poin dari kontrak pernikahan mereka di atas selembar kertas dengan materai . Poin-poin perjanjian yang berisikan kesepakatan dari kedua belah pihak tentang pernikahan mereka .

1. Berhubung kita sudah menikah dan demi mendapatkan kepercayaan seluruh keluarga , maka kita akan tetap berbagi kamar dan berbagi tempat tidur . Dengan catatan bahwa aku tidak akan menyentuhmu kecuali jika kita sama-sama menginginkannya .

2. Sebagai seorang istri kau akan mengurus segala keperluanku selayaknya istri pada umumnya .

3. Kita terikat perjanjian seumur hidup , dan jika suatu saat nanti salah satu dari kita ingin membatalkan kontrak dan ingin berpisah maka pihak lainnya akan menyetujuinya dengan pertimbangan yang tidak akan merugikan siapapun .

4. Kita akan hidup dalam pernikahan ini selayaknya sahabat yang akan membagi apapun . Bahkan jika salah satu dari kita menyukai atau mungkin memiliki kekasih lain maka tidak boleh ada yang disembunyikan.

Pihak pertama: Karan Lyn.

Pihak Kedua : Natasha Arindya.

"Bagaimana menurutmu?" ujar Karan menunjukkan poin kesepakatan yang keseluruhan isinya secara tidak langsung justru malah mengikat keduanya untuk saling bersama.

" Apapun yang kau inginkan , karena hanya itu permintaan dari ayahku." balas Arindya dengan tatapan kosong .

Sesungguhnya ada segetir perasaan takut dan khawatir dalam diri gadis itu . Namun ia selalu berusaha menyembunyikan perasaannya . Menahan setiap luka yang ia rasakan demi kebahagiaan orang yang disayanginya, yang dalam hal ini adalah Aditya sang ayah asuh. Bahkan meskipun hanya sebagai putri asuh, ia pun mewarisi sebagiab besar sifat dan kepribadian Aditya .

" Kenapa kau hanya menurut? Tidakkah kau bisa untuk menolak ? Aku bahkan tidak menindasmu ." ujar Karan kesal.

Rencana awalnya yang ingin membuat gadis itu kesal dan merasa terbebani dengan pernikahannya justru malahan gagal ,karena gadis itu menerima setiap takdir yang ditulis seseorang untuknya . "Bagaimana mungkin ada gadis selugu dan sebaik ini . Ayo kita lihat , sampai mana kau bisa bertahan dengan sikapku?" batinnya .

" Kau sungguh menerima bagaimanapun aku memperlakukanmu nanti?" ujar Karan penasaran , namun justru malah dibalas dengan anggukan oleh gadis malang itu .

" Baiklah, kalau begitu aku akan menukarnya menjadi hanya satu poin . AKU ADALAH ATURAN DAN BATASAN UNTUKMU. Bagaimana dengan ini? " ujarnya menguji kesabaran Arindya namun tetap tak ada hasil karena gadis itu tetap menganggukkan kepalanya tanda setuju .

" Sepenting itukah kakakku untukmu? Bahkan di hari pertama kau telah membuatku cemburu dengan sikapmu kepadanya . Ah tidak, untuk apa aku cemburu , inikan hanya pernikahan kontrak ." batin Karan heran, bahkan tanpa ia sadari bahwa tindakan konyolnya itu telah berhasil mengukir senyun di bibir manis Arindya lantaran wajahnya yang bergonta-ganti ekspresi dengan mudahnya ketika tenggelam dalam lamunannya sendiri.

avataravatar
Next chapter