webnovel

Gelisah

Setelah menasihati Natasya, ayahnya pergi kedapur untuk makan, ini pertama kalinya Ayah berbicara panjang lebar kepada Natasya,  walaupun mereka sering ngobrol Ayahnya tidak pernah berbicara seserius ini.

'Ya Allah maafkan hamba yang telah membuat orangtuaku sedih, dan terima kasih ya Allah telah memberikan orangtua yang sabar menghadapi sifat dan sikap hamba ini.' Batin Natasya.

Hari terus berganti dan ujian Nasiona berbasis komputer sudah selesai sekarang Natasya hanya perlu menunggu pengumuman kelulusan dan juga menunggu hasil dari SPAM-PTN. Sungguh ia sangat deg-degan menunggu hasilnya, kalau masalah lulus SMA ia yakin kalua ia pasti akan lulus walupun nilainya tidak akan setinggi nilai Raka, yang masih menjadi beban pikirannya adalah hasil pengumuman masuk ke perguruan tinggi dan jika tidak lulus ia harus mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN.

"Sya, kamu kesini dengan  siapa?" tanya Ambar kepada  Natasya yang sejak tadi melamun.

"Ya sama Ibu dong, kan perintahnya kalau pengambilan surat kelulusan harus sama orangtua." Jawabnya bangga, karena ini ketiga kalinya Natasya membawa oragtuanya ke sekolah.

"Aku pikir kamu mau minta tolong abang simpang itu untuk mengaku sebagai abang sepupumu." Goda ambar tertawa.

"Aku juga berpikir kalau kamu akan membawa abang simpang, tahunya kamu membawa Ibumu. Aku tadi sudah berniat tebar pesona dengan abang simpang, tetap harapanku musnah setelah tahu kalau yang kamu bawa itu Ibumu." Kata Sisil kesal.

"Ini ya dengarkan. Aku bawa Abang simpang karena awal semester kemarinkan nilai aku turun banget. Bayangkan saja dari peringkat 11 turun ke peringkat 30 dari 38 siswa, yang ada kalau aku membawa orangtuaku bisa-bisa aku dibunuh atau nggak aku langsung diberhentikan sekolahnya dan bisa saja aku masuk kampus yang menggunakan sistem pesantren." Jelas Natasya  pada Ambar dan juga Sisil.

Ambar Sisil serta yang lainnya hanya menertawakan Natasya, Natasya tidak marah karena di tertawakan oleh temannya, yang ada ia semakin malu karena pernah mendapat rangking 8 dari belakang dan hal itu semua atas kesalahannya sendiri.

Berbeda dengan Raka, dia itu cowok paling keren di sekolah kami karena setiap tahunnya dia akan menduduki juara umum dan selama 3 tahun ini tidak ada yang bisa menggeserkan kedudukannya.

Hingga tadi ketika kepala sekolah mengatakan jika UN  tahun ini yang paling tinggi dirinya dan dia termasuk dalam 3 nilai tertinggi sekabupaten Deli Serdang. Mungkin masih ada yang beranggapan alah masih sekabupaten, masalahnya anda mampu tidak untuk mendapatkan nilai paling bagus sekabupaten nggak usah sekabupaten cukup menjadi nilai  UN tertinggi di sekolah.

Heran sama manusia sekarang suka banget iri sama pencapaian seseorang.

"Sya, mau kuliah di mana?" tanya Raka yang tiba-tiba saja sudah berada di samping Natasya.

"Belum tahu ini, kalau pun lulus di perguruan tinggi yang aku pilih itu juga gak aku ambil." Jawab Natasya enteng.

"Lah bodoh, terus ngapain di pilih kalau nggak akan di ambil Natasya Rahma Pratiwi."

"Jurusan yang aku ambil nggak ada yang sesuai sih, berat tahu Rak kalau mau ambil jurusan yang aku suka dengan nilai semester yang jelek ."

"Makanya punya otak itu dipakai untuk belajar bukan diapakai untuk ngehalu nggak jelas." Katanya yang langsung pergi meninggalkan Natasya dan yang lainnya.

Setelah mendengar kabar bahwa ia lulus orangtuanya  sangat bangga kepada putri sulung mereka. Mereka juga terharu karena Natasya dinyatakan lulus di UINSU melalui jalur SPAM-PTN, ia yang awalnya sudah pesimis karena tidak yakin bisa lulus dan Alhamdulillah Allah  memberikan jalan ini agar ia bisa kuliah.

Persiapan untuk kuliah di UINSU sudah 45% dan tinggal menentukan dirinya akan kuliah pulang setiap hari atau ngekos, tetapi sayang setelah orangtuanya bertemu dengan kakak sepupunya semua impian Natasya yang akan Kuliah di UINSU pupus hanya karena fakultas yang akan ia  ambil terletak di paling belakang kampus dan anak-anaknya tidak memiliki adab yang baik.

Setiap orang sudah yakin dengan pilihan mereka dan jalan hidup mereka tetapi ketika keluarga ikut campur dalam pilihan yang akan kita ambil hanya akan sia-sia. Pada akhirnya Natasya tidak jadi kuliah di UINSU,  karena orangtuanya sudah berjanji akan menguliahkan anaknya ketika sang putri lulus di Universitas Negeri, jadi mereka menyarankan kepada putrinya untuk kuliah di sekitar tempat tinggalnya.

Mereka tahu kalau ia sangat suka matematika jadi orangtuanya menyarankan kepada Natasya untuk  memilih kampus yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau bisa di bilang masih bisa ditempuh  dengan mengendarai Motor.

Pada akhirnya ia kuliah di kampus yang tidak jauh dari SMA-nya dulu, walaupun belum menjadi universitas ia lebih yakin kampus yang ia pilih daripada kampus yang menjadi pilihan orangtuanya.

Karena tak ingin membuat temannya yang lain kecewa Natasya langsung menghubungi Raka. Dering pertama Raka tidak langsung menjawab panggilannya hingga sampai dering ketiga pun Raka belum menjawab panggilannya, dari tadi yang menjawab panggilannya hanya operator saja.

Natasya berdiam diri di kamarnya dengan memikirkan masa depannya yang akan menjadi apa jika hanya kuliah di kampus yang biasa saja. Ia tidak yakin mampu kuliah  harus di bidang yang tidak terlalu ia suka dan sudah berbeda jalurnya dengan jurusan yang ketika SMA ia ambil. Tiba-tiba saja handphone Natasya bergetar pertanda jika ada pesan masuk.

[Raka.

Maaf Sya tadi  aku sedang didepan bersama orangtuaku

Kamu ada perlu apa Sya kok tumben nelpon aku?]

[Me.

Raka Maaf aku tidak bisa kuliah bareng kalian.]

[Raka.

Kenapa? Tidak usah kamu jelaskan lebih baik kita jumpa langsung.]

Setelah mendapat jawaban atas pesannya, Natasya langsung meminta izin kepada orangtuanya untuk pergi kerumah temannya. Natasya pergi kerumah Ambar terlebih dahulu sebelum berkumpul dengan teman yang lainnya.

Cukup lama Natasya menunggu Ambar karena memang ia tahu jika Ambar  terlalu santai hidupnya hal itu membuat Natasya harus bersabar menunggu Ambar.

30 menit telah  berlalu dan Ambar akhirnya selesai juga, padahal Ambar tidak ada bedanya dari awal ia datang sampai sekarang dan ia harus menunggu Ambar selama 30 menit dengan hasil yang biasa saja.

"Gila ya Mbar, nungguin Lo hampir satu jam." Kata Natasya kesal.

"Woles Neng, nggak sampai tua juga kan nunggunya." Jawab Ambar santai dan tidak memperdulikan Ambar yang kesal.

Natasya dan Ambar menaiki angkot untuk pergi ketempat biasa mereka berkumpul. 15 menit kemudian mereka berdua sampai ditujuan mereka yaitu warung makan yang biasanya mereka datangi ketika mereka pulang sekolah.

Natasya berpikir jika yang berkumpul dengan mereka tidak sebanyak ini, ternyata tebakan dia salah karena hampir semuanya datang hari ini.

"Assalamualaikum." Ucap Natasya dan Ambar bersamaan.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.

"Tumben Sya kamu lama banget?" Tanya Sisil kepada Natasya.

"Maaf ya sudah menunggu lama, tadi menunggu Ambar terlebih dahulu jadi kesininya sedikit telat." Jelas Natasya. "by the way si Raka kemana? Tumben banget itu anak belum kelihatan batang hidungnya." Tanyanya kepada mereka yang duduk dekat dengannya.

"Raka terus yang kamu cari Sya! disini banyak loh temen kamu bukan cuma Raka saja." Ucap Alfi kesal.

Mendengar perkataan Alfi, Natasya langsung menghampirinya dan duduk  disampi Alfi sambil mengganggu kegiatannya yang sedang bermain ular di handphonenya. Kalian pasti tahu dong kalau dihandphone jadul itu kan ada permainan ular yang bisa panjang dan mati kalau menabrak ekornya sendiri. Ia masih saja mengganggu Alfi sampai ia tidak sadar kalau Raka dan Bagas sudah datang.

"Hai semuanya apa kabar?" Tanya bagas kepada mereka.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakahtu." Jawab mereka kompak.

Raka yang melihat kejadian itu hanya tertawa dengan memukul bahu Bagas dan berkata, "Besok-besok kalau datang ucapkan salam terlebih dahulu."

Bagas yang di ingatkan oleh Raka hanya tersenyum dan membela diri "Maaf Rak, reflek tadi langsung bilang begitu."

Next chapter