Vian masih betah memandang ke satu titik saat Dino kembali ke meja mereka dan duduk di dekatnya.
"Vi, kau tidak tertarik untuk turun ke lantai dansa atau One Night Stand dengan salah satu pelacur yang ada di sini?" tanya Dino yang datang menghampirinya setelah behasil membuat bibir pasangan semalamnya bengkak. Gelas vodka tergenggam di tangan pria itu.
"Aku tidak tertarik," jawab Vian santai tanpa menoleh ke arah temannya dan tetap fokus pada satu titik.
"Tidak tertarik atau karena kau takut dicampakan Kea?" ejek Danish yang baru saja ikut bergabung dengan mereka. Kemeja yang sedikit kusut serta rambut yang acak-acakan menandakan bahwa pria itu baru saja dijamah oleh perempuan. "Kau yang bilang sendiri kalau Kea itu satu-satunya perempuan yang bisa membuatmu sedikit goyah dengan prinsipmu mengenai cinta," imbuh pria itu lantas duduk di kanan Vian. "Kau takut kehilangan Kea kan, makanya kau jadi jinak seperti ini."
"Brengsek! Kau menyamakan aku dengan binatang!" maki Vian dan langsung di hadiahi tawa dari ke dua sahabatnya. Pria itu menatap Danish tajam. "Aku memang mencintai Kea, tapi bagiku cinta tidak seberharga itu. Kalau aku mau, aku bisa saja bermain dengan salah satu pelacur yang ada disini, tapi kalian tau sendiri kalau aku tidak berminat untuk 'bermain ranjang' dengan mereka. Aku tidak seperti kalian," jawabnya tenang.
"Ck, baiklah. Bersulang untuk prinsipmu yang kaupegang teguh itu, celoteh Danish mengangkat gelas slokinya ke udara, diikuti oleh Dino tapi tidak dengan Vian karena pria itu justru kembali mengumpat.
"Sialan kalian."
"Hahahahahhahaha." Mereka kembali menertawakan umpatan Vian.
"Ngomong-ngomong, aku punya satu penawaran untuk kalian," ujar Vian kembali memandang lurus objek yang sedari tadi menarik minatnya. Dino dan Dinar menatap Vian menunggu. "Kalau kalian bisa mengajak perempuan itu one night stand atau minimal berdansa, pulau yang minggu lalu baru aku beli akan aku berikan pada pemenangnya," imbuhnya menunjuk perempuan yang jadi fokusnya tadi dengan dagunya. Pria itu kemudian menegak segelas Spirytus Vodka tanpa melepas tatapannya.
Dino dan Danish refleks menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Vian. Mereka melihat punggung ramping dibalut rancangan desainer terkenal dengan rambut coklat menjuntai sepunggung. Saat perempuan itu menoleh ke samping, mereka bisa melihat pesona kecantikan perempuan berhidung kecil tapi mancung tersebut. Mata mereka bersinar terang layaknya buaya yang mendapatkan umpan besar.
"Waw, sejak kapan malaikat suka berkunjung ke neraka," gumam Dino pelan.
"Sempurna," gumam Danish.
"Ck." Vian hanya berdecak mendengar gumamman berlebihan dari kedua sahabatnya. "Pakai gombalan tak bermutu kalian untuk merayu perempuan itu. Pulai baruku menunggu kalian," imbuhnya.
"Taruhan?" tanya Danish menoleh bingung ke arah Vian.
"Seorang Kalvian bertaruh pada kita. Kau belum mabuk, kan?" tanya Dino heran.
Pasalnya dalam sejarah pertemanan mereka. Makhluk satu ini tidak pernah dan tidak akan pernah mau ikut taruhan yang mereka lakukan-ah, kecuali saat di Paris dulu. Dia selalu jadi pihak penonton yang tersenyum kepada pemenang dan tertawa mengejek kepada pecundang yang kalah.
"Aku belum mabuk, kau lupa kalau aku peminum yang hebat," sahut Vian. "Aku hanya ingin melihat pertunjukan yang menarik karena di sini sangat membosankan," lanjutnya dengan seringaian licik di wajahnya.
Mereka bertiga masih memandangi perempuan yang duduk sendirian di kursi bar dengan segelas Vodka and orange, minuman alkohol yang berkadar tinggi sekitar 40% terbuat dari fermentasi gandum yang di suling. Jelas sekali kalau dia pintar minum, pikir kedua pria yang masih dengan penuh minat mengamati gerak-geriknya.
"Ah, jangan bilang kau pernah mengajaknya berdansa tapi dia menolakmu mentah-mentah. Kau ingin kita merasakan nasib yang sama sepertimu, 'kan? Benar begitu, 'kan?" cibir Danish mencurigai sikap Vian.
"Danish benar. Kau tidak ingin jadi pecundang sendirian, 'kan?" ujar Dino menyetujui asumsi Danish. Pria itu menegak cairan pahit untuk yang kesekian kalinya.
"Sial! Siapa yang berani menolakku?" ujar Vian percaya diri, tapi memang begitu kenyataannya. Tidak ada perempuan normal yang menolak pesonanya. "Dia calon istriku," imbuhnya tak acuh. Seketika membuat Dino menyemburkan cairan pahit senilai jutaan dollar lantaran mendengar kalimat Vian barusan. Sayang sekali minuman mahal itu harus berakhir di jas Armani Vian, yang sialnya juga jas itu sama mahalnya. "Shit, your mouth dude!" umpat Vian lalu melepas jas itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Danish melotot ke arah Vian saking kagetnya mendengar pengakuan Vian tadi. Kau bilang apa?
"Perempuan itu calon istrimu? Sial, kau akan menikah?" tambah Dino.
Pernikahan anak tunggal dari 2 keluarga besar Virendra dan Adhyasta memang belum terekspos ke publik, jadi wajar saja kalau mereka kaget mendengar berita ini.
"Ekspresi kalian berlebihan sekali, bukankah orang seperti kita ini memang akan berakhir dengan kisah cinta klise seperti perjodohan," sahut Vian santai.
"Ck, kau benar juga. Kisah cinta klise orang-orang seperti kita selalu dirancang oleh orangtua kita," cibir Danish tersenyum ironis.
"Ngomong-ngomong siapa perempuan yang tidak beruntung itu?" tanya Dino penasaran. Siluet perempuan itu dari samping tak cukup menggambarkan identitas perempuan itu.
Kalebriena Virendra Afkarina, putri tunggal dari Joandra Virendra Gama. Pemilik Viren Grup," jawab Vian tak acuh.
"Waw, bibit, bebet dan bobot yang sangat setara," cibir Danis.
"Tunggu dulu," ujar Dino tiba-tiba, seakan baru saja menemukan sesuatu yang salah. "Astagah, jadi yang kau tawarkan kepada kami tadi tubuh calon istrimu. Fuck you, kau sudah tidak waras!" teriak Dino heboh. "Meskipun kau tidak mencintainya dan meskipun perjodohan kalian hanya pernikahan bisnis, tapi kau jangan bersikap seperti tokoh pria dalam drama fiksi," nasehat pria itu sedikit menurunkan intonasi suaranya.
"Shit, benar juga," imbuh Danish baru menyadarinya.
Dua orang yang baru menyadari fakta yang terjadi menatap ke arah Vian kaget. Sedangkan yang ditatap hanya menyeringai licik.
Makasih kalian semua sudah dukung cerita ini. Maaf jarang menyapa kalian, tapi plis dukung anak-anak saya ya.
Please, give me a power stone .
Jangan lupa juga kasih bintang dan review cerita saya yang lain, supaya anak-anak saya terkenal dan banyak yang baca.
Semoga Mas Vian dan Mbak Briena bisa naik rangking. Dukung mereka dengan memberi komen, like, atau power stone.
Thank you semua, ayam flu(๑♡⌓♡๑)
PYE! PYE!