74 Binatang Buas Dan Liar

Malam itu hujan turun dengan deras, Ella baru saja tiba di kediaman Lewis. Ketika melihat Beatrix sudah menyambutnya di pintu masuk. 

"Selamat Malam, Nyonya Ella."

Sapa Beatrix sopan, mengambil mantel Ella dan meletakkan dengan rapi diantara pegelangan tangannya.

Ella melirik lemah kearah sang kepala pelayan, menampilkan sebuah senyum hambar dengan perasaan amat lelah.

Ella menyingkap rambutnya yang basah, tetesan air membuat lantai disekitarnya menjadi basah.

Suara deras hujan yang nyaring membuatnya mencoba membaca kalimat yang keluar dari bibir Beatrix.

Beatrix langsung saja menutup pintu utama, seketika suara deras hujan menjadi meredam.

"Apa anda ingin saya siapkan sesuatu? Anda sudah melewatkan jam makan malam anda."

Beatrix mengikuti langkah Ella yang mulai menaiki anak tangga pertamanya, "Apakah Vivian masih terjaga?" Tanya Ella yang tiba-tiba teringat dengan ibu mertuanya.

"Nyonya sudah tertidur, usai makan malam dan meminum obatnya. Perawat langsung membawanya ke kamar untuk beristirahat."

"Ooh..." Ucap Ella tidak jelas, "Alfred? Apakah dia sudah pulang?" Tanya Ella kembali.

"Tuan belum kembali dari pekerjaannya. Nyonya, anda belum memjawab pertanyaan saya. Apa anda ingin saya siapkan sesuatu untuk anda?" Beatrix kembali mengulang pertanyaannya.

"Tidak Beatrix, tapi apakah bisa kau membantuku membawakan sesuatu?"

"Apa itu nyonya?"Ella sedikit menyeringai dengan pertanyaan Beatrix, "Apa keluarga ini menyimpan alat perkakas? Mmm... seperti sebuah kapak?"

"Apa?? Kapak?Eee..e.. ada nyonya. Kami menyimpannya di gudang belakang." Beatrix terlihat ragu dengan jawabannya sendiri, malahan ia juga meragukan pertanyaan Ella pada dirinya.

"Tolong bawakan aku, sebuah kapak yang cukup kuat dan besar." Perintah Ella,

"Tapi.. Nyonya, untuk apa anda..."

"Beatrix... Cukup dengan rasa ingin tahumu. Tolong bawakan saja, tenang saja aku tidak berniat membunuh siapapun malam ini."

Kembali ke kamarnya, Ella sudah selesai dengan membersihkan dirinya, ia mulai merebahkan dirinya diatas kasur dan menatap langit-langit kamarnya.

Ia masih bisa mendengar suara deru hujan yang masih turun, mencoba tenang dan memejamkan kedua matanya untuk sesaat.

Sudah hampir tengah malam, ketika ia melirik kearah jam dindingnya. Ella yakin belum melihat ataupun mendengar tanda-tanda kepulangan Alfred.

"Fiiuuuhhh...." Ia menghela nafasnya dengan amat berat.

Sebuah kapak merah dengan gagang kayu yang panjang berwarna merah, ia letakkan disalah satu sudut kamarnya.

Tiba-tiba ia teringat dengan wajah Beatrix yang terlihat ngeri, pada saat memberikan kapak tersebut padanya.

Ponselnya berdering dengan suara yang pelan, Ella mulai meraba-raba kasurnya sendiri. Mencari-cari dimana ia meletakkan ponselnya, lagi-lagi nama Calvin terpampang pada layarnya.

"Apa kau akan terus menggangguku Calvin!! Ini sudah terlalu malam untuk kita mulai berdebat lagi." Jawab Ella tanpa memberi sapaan manis pada temannya.

"Ella !!! Apa kau lupa kalau kau berjanji akan menghubungimku!! Sudah seharian ini kau tidak menghubungiku, dan kau juga tidak membalas semua pesanku." Protes Calvin.

Ella memainkan helaian rambutnya, duduk dengan tegak dan kembali ia menarik nafasnya sebelum membalas ucapan sahabatnya.

"Ahhh... aku terlalu sibuk hari ini.. baiklah Calvin, maafkan... aku lupa."

"Apa kau bilang kalau kau lupa. Kau ini sudah jadi nenek-nenek ya, kenapa seringkali kau menjadi lupa, Ell?" Calvin tampak tidak terima dengan alasan yang dibuat oleh sahabatnya.

"Sekarang katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi tadi pagi. Kau benar-benar membuatku menjadi sangat khawatir."

"Aku hampir menabrak seseorang Calvin!! Dan itu karena kau terus berdebat denganku di telpon tadi pagi, apa kau ingat sekarang??!!" Sindir Ella.

"Aku!?? Kau yang hampir menabrak seseorang, dan itu jadi salahku? Hmmm sekarang kau mulai pintar mencari kambing hitam.."

"Terserah kau sajalah Calv... aku sudah cukup lelah berdebat denganmu. Dan Untung saja orang tersebut tidak terluka dengan serius." Sambung Ella.

"Dan apa kau tau Calv, ternyata orang yang hampir aku tabrak itu adalah Sarah."

"Sarah..??" Calvin berusaha mengingat nama tersebut.

"Maksudmu, Sarah- orang terdekat ibumu Ella? Apa kau Serius... tidak...maksudku apa kau yakin?" Pekik Calvin tidak percaya, Ella pun mengangguk walau ia tau sahabatnya tidak dapat melihat anggukannya.

"Kebetulan yang sangat aneh... dunia ini begitu sempit bukan... Tapi..."

"Tunggu sebentar Calvin." Potong Ella dengan sengaja, karena ia mendengar samar-samar suara deru mesin mobil dikejauhan. Alfred tentunya yang baru saja tiba.

"Calvin, hubungi aku besok lagi OK." Ucap Ella seraya sedikit menyingkap tirai jendela kamarnya. Dan benar saja, sebuah mobil limo hitam baru saja tiba.

"Ahhh... apalagi sekarang Ella?? Kau selalu saja bikin penasaran dengan semua ceritamu." Keluh Calvin,

"Ada yang harus kukerjakan, OK!!"

"Tapi Ella!! Kau tidak bisa begitu saja bercerita sedikit padaku!! Aku tidak peduli besok pagi aku akan datang kerumahmu!!" Ancam Calvin.

"Terserah kau saja, Calvin."

Ella pun menutup cepat percakapannya dengan sahabatnya yang masih terus mencoba mengulik segala informasi dari dirinya.

Masih mengintip dari balik tirai, dan memperhatikan Alfred yang sudah turun dari mobilnya.

Hati Ella mencelos kesal, sesuai dengan dugaannya Alfred pulang tidak sendiri. Ada seorang wanita bersamanya.

"Rose??? Lagi-lagi wanita itu?" Gumam Ella pelan dan kesal.

Rose terlihat sedang membantu Alfred yang tampak tidak seimbang dengan langkahnya, sebelah tangan Alfred dikalungkan pada pundak Rose yang terbuka.

Wanita itu mengenakan gaun merah – maxi dress dengan belahan paha yang cukup menggoda mata pria.

Apa yang sedang dilakukan oleh Alfred, hingga ia harus ditemani oleh wanita itu. Hal itu yang terus berada dipikiran Ella saat ini.

Ella menutup tirainya dengan cepat, ketika kedua orang tersebut sudah menghilang dari pandangannya. Berlari kecil ke arah pintunya, mencoba mendengar dari balik pintu kayu yang langsung terasa dingin saat bersentuhan dengan pipinya.

Tidak lama ia mendengar suara langkah kaki. Ia juga mendengar suara Rose, yang terus berusaha memanggil Alfred. "Apa dia sedang mabuk?" Ella membatin.

"Alfred... kau ini benar-benar berat.. Seharusnya kau tidak perlu minum sebanyak itu bukan!" Rose masih sibuk menjaga keseimbangan antara langkahnya dan langkah kaki Alfred.

"Kenapa kau ada disini??? Rose... Itu kau?? Hahaha..." Alfred mulai berkelakar tidak jelas, telunjuk tangan kanannya menunjuk-nunjuk kearah yang tidak jelas.

"Apa kau akan menginap lagi?" Tanya Alfred dengan suara sangaunya.

"Alfred... Bukankah kau yang mengundangku untuk datang... Hhh... aku paling tidak suka kalau kau mabuk seperti ini. Kau bilang kau sudah terlalu BOSAN dengan istrimu itu."

Rose dengan saja menyebutkan kata BOSAN dengan nada yang tinggi, berharap Ella masih terjaga dan bisa mendengar jelas sindirannya.

Kedua orang tersebut masuk kedalam kamar yang bersebrangan dengan kamar Ella, suara Bamm... terdengar jelas pada saat pintu tersebut tertutup dengan rapat.

Bahkan Ella yakin, kalau Rose mengunci pintu kamarnya pada saat ia mendengar suara klekk-kunci diputar.

"Haahhh!! Wanita itu!! Berani-beraninya untuk datang kembali." Ella yang sudah kesal langsung saja membuka pintu kamarnya, berjalan kesal kearah kamar diamana Alfred dan Rose tengah berada.

Ella langsung saja memutar gagang pintu, dan benar saja pintu tersebut tidak terbuka sedikitpun. Sekali lagi ia memastikan, dan hal yang terjadi pun sama.

Ella mulai menggedor pintu kamar tersebut, suara ketukan yang nyaring langsung terdengar membahana.

"BUKA PINTUNYA!! ALFRED!!" Teriak Ella kembali. Ia tau saat ini pasti Rose senang dengan Ella yang terlihat marah dengan emosi yang menggebu-gebu.

"BUKA PINTUNYA SEKARANG JUGA!! ROSE AKU TAU KAU MENDENGARKU!! BUKA PINTUNYA!!"

Tidak ada sahutan yang membalas, hanya terdengar suara manja Rose yang dibuat-buat dengan sengaja.

"Alfred.. Lihat istrimu.. Dia seperti binatang buas yang liar.."

"Apa!! OK..!!!" Teriak Ella dengan kesal.

Ella langsung membalikkan tubuhnya, berjalan cepat ke arah kamarnya. Emosinya saat ini sudah sangat memuncak,

"Bukan aku yang meminta ini!! Kau ingin tau seperti apa binatang buas dan liar!!" Ucap Ella kesal.

***

Beatrix tidak bisa menutup kedua matanya, malam itu ia tidak nyaman dengan sebuah kapak yang sudah ia berikan kepada Ella. Berkali-kali ia memikirkan hal terburuk apa yang akan dilakukan oleh Ella.

Beatrix membuat secangkir teh hangat untuk dirinya sendiri, duduk diruangan pantry yang luas dan sepi. Biasanya ia bisa berbincang-bincang dengan para pelayan yang tinggal menginap di kediaman tersebut.

Suasana malam itu sanhat hening hanya terdengar suara rintik hujan yang terdengar lirih, ia tidak bisa langsung tidur malam itu juga.

Semenjak Alfred memutuskan siapa yang harus tinggal dan dan siapa yang harus pergi dari rumah itu. Pekerjaan Beatrix semakin bertambah, dan menumpuk.

Baru saja ia menyereput teh hangatnya dengan hati-hati. Suara deru mobil bercampur dengan suara hujan terdengar.

Langkah kakinya dengan cepat langsung menuju ruang utama, Beatrix sedikit mengernyit saat ia membukakan pintu utama .

Mengernyit ketika ia melihat Rose yang serta merta datang, Melenggang tanpa ada perasaan bersalah, wanita itu memegangi Alfred yang tampak sempoyongan dengan langkahnya.

"Tuan Alfred, ? anda tidak apa-apa? saya membantu anda." Ucap Beatrix dengan sopan, dan baru saja ia ingin meraih pergelangan tangan Alfred. Rose semakin memegangi tangan Alfred yang berada di pundaknya.

"Terimakasih.... Aku rasa Alfred tidak butuh bantuanmu saat ini. Aku sendiri akan membantunya untuk naik keatas." Hardik Rose sengaja, dan ada rasa sombong yang ia tunjukkan dihadapan Beatrix.

Beatrix menatap kesal kepada Rose, Alfred terlihat tidak menghindari pernyataan Rose. Wanita itu masih terus mengarahkan Alfred menuju lantai atas.

Beatrix pun memutuskan untuk kembali kekamarnya, ada perasaan sedih dan kesal ketika melihat Alfred bersikap seperti itu.

Pertama mengenai istrinya, Ella – bukan berarti ia tidak menyukai Ella. Tapi karena ia tau siapa Ella.

Dan kedua kenapa Alfred masih saja membawa wanita lain. "Ahh... bukan urusanku. "

Beatrix mulai menyelimuti tubuhnya, suasana menjadi dingin dengan hujan yang masih belum berhenti turun. Menata beberapa bantal dan gulingnya. Ingin sekali ia memejamkan matanya dengan cepat, dan larut dalam tidurnya.

"Bak...Bak.....Bak...Bak....."

Beatrix terkejut seketika, matanya langsung otomatis terbuka lebar. Suara dentuman tersebut terdengar sangat jelas. Ia langsung menegakkan tubuhnya, menarik selimutnya, mengambil mantelnya dan dengan segera berlari kearah luar kamar.

"Bak...Bak.....Bak...Bak....."

Lagi – suara tersebut masih terdengar jelas. Bahkan perawat yang menjaga Vivian sudah berada diruang utama, menatap ngeri kearah lantai atas.

Perawat itu menunjuk ngeri kearah atas, "Asalnya dari atas Beatrix, apa yang sedang terjadi?" Tanyanya dengan takut dan tergagap.

"Bak...Bak.....Bak...Bak....."

Beatrix ikut menatap panik kearah lantai atas, ia semakin merapatkan mantelnya. Ia sendiri sama bingungnya, "apa yang sedang terjadi diatas?"

Beatrix memutuskan untuk menaiki anak tangga, dalam kehati-hatian ia melangkah dengan cepat. Lagi-lagi suara dentuman itu terdengar,

"apa ada seorang penguntit yang berada dalam rumah mereka?" batinnya.

Beatrix cukup terkejut dengan pemandangan yang ia lihat. Ella sedang memegangi kapak, dengan kuda-kuda yang sigap dan tangannya yang mengarah lurus kearah pintu kamar Alfred. Wanita itu terus menghantam sisi pintu secara terus dan berulang-ulang.

"Nyonya..!!"

Beatrix berusaha mendekat, walaupun ia masih menjaga jarak aman antara dirinya dan Ella. Beberapa serpihan kayu terpental ke segala arah saat Ella masih terus menghantam sisi pintu tersebut dengan kapak yang masih ia pegang teguh.

"Nyonya, apa yang sedang anda lakukan??" Pekik Beatrix.

"Kau GILA ELLA!!!" Suara Rose dari balik kamar terdengar lebih takut dari suara Beatrix.

"Haahhh??? Apa kau baru tau ROSE?? Kalau saja kau membuka pintu ini dari awal, aku tidak akan melakukan ini." Balas Ella lantang dan kesal. Tapi Ella masih saja terus menghantamkan kapak tersebut dengan mantap.

"Sepertinya tamparanku waktu itu, tidak membuatmu jera ataupun takut sama sekali!!" Lanjut Ella.

"Alfred...ALFRED... Sadarlah!!! Istrimu MENGGILA!!" Ucap Rose masih terus mencoba menyadarkan Alfred yang tengah mabuk, tapi pria itu hanya duduk ditempat tidurnya dengan matanya yang mengerjap tidak jelas.

"Brak..."

Pintu kamar terbuka lebar, Ella masuk kedalam kamar sambil menyeret kapaknya diatas lantai, membuat suara decit yang nyaring saat kapak tersebut beradu dengan lantai kamar yang licin.

Rose seketika menelan ludahnya, pikirannya saat ini sedang membayangkan Ella sebagai seorang algojo.

"Ella apa yang akan kau lakukan... Kau tau ini negara HUKUM. Aku bisa menuntutmu atas perbuatanmu malam ini!"

Ella melirik kearah Alfred, menatap dengan cemooh suaminya yang masih hilang kesadarannya.

"Ella?? Kau ada disini?" Gumam Alfred masih dalam keadaan mabuk, dan tertawa kecil.

Beatrix beridiri tidak jauh dari Ella,

"Nyonya, saya mohon anda tidak melakukam hal yang berbahaya."

Ella semakin berjalan mendekat ke arah Rose, wanita itu pun ikut memundurkan langkahnya. Wajahnya masih menatap ngeri ke arah Ella.

"Apa kau bilang?? MENUNTUTKU!!?? Hahh.... apa aku tidak salah dengar?" Ella sudah kesal, mulai mengangkat kapaknya, kali ini dengan sengaja ia mengangkat tinggi-tinggi kapaknya dihadapan Rose. Wanita itu semakin memperlihatkan ekspresi kengerian.

"Kau akan menuntutku karena aku mendobrak masuk ke dalam kamar dimana suamiku berada?? Atau kau akan menuntutku karena aku memergoki suamiku dengan wanita lain?" Tanya Ella lantang dengan kesal.

"Kenapa kalian berisik sekali sih...." Gumam Alfred, dan kembali tumbang dari posisi duduknya.

"Ya.....Ella.. Eee...eee... Lihat saja nanti... aku akan menuntutmu dan membuat kau menerima ganjarannya." Jawab Rose tidak kalah lantang dari Ella.

"Hahh...." Dengus Ella kesal.

Ella langsung saja menarik rambut pirang Rose, mencengkram dengan sekuat tenaga yang masih tersisa.

"Aaaaarrrgghhh... Kau gila Ella!! Lepaskan aku!!" Teriak Rose mulai kesakitan,

tangan kiri Ella masih mantap memegangi rambut Rose yang panjang. Sedangkan tangan kirinya masih mantap memegangi kapak.

Rose berteriak dengan meronta-ronta kesakitan, Ella sama sekali tidak menunjukkan rasa simpatinya. Ia menyeret paksa wanita itu untuk keluar dari kamar Alfred.

"Dasar kau anak pelayan tidak tau diri. LEPASKAN... ATAU...."

"ATAU APA ROSE !! ATAU APA !!??? Kau ini tidak lebih dari seonggok sampah yang harus dibinasakan."

"APA kau bilang aku SAMPAH!!! Bahkan aku lebih baik dari anak seorang pelayan seperti KAU Ella!!" Balas Rose masih memegangi rambutnya yang dicengkram oleh Ella.

"Yahh benar Rose, aku memang seorang anak pelayan. Dan sekarang kau bisa rasakan betapa kuatnya anak seorang pelayan!!"

Ella terus saja menyeret Rose, melewati Beatrix yang masih menatap takut dan khawatir. Ella berhasil membuat wanita itu keluar dari kamar Alfred. Walau Rose masih saja terus meronta-ronta, dan berusaha untuk lepas dari cengkraman Ella.

Beatrix melihat Ella sudah menghilang dari dalam kamar Alfred, ia mendekat ke arah Alfred yang masih tampak tidak sadar dengan kondisi yang sedang terjadi. Walaupun Alfred masih saja terus bergumam tidak jelas.

Tidak lama Ella sudah muncul kembali, wajahnya masih menegang ketika menatap Alfred yang kembali duduk. Beatrix masih mencoba untuk berkomunikasi dengan Alfred.

"Tuan Alfred, apa anda tidak apa-apa? Apa anda ingin saya buatkan sesuatu untuk mengurangi rasa mabuk anda?" Tanya Beatrix khawatir.

"Beatrix...?? Ella...?" Ucap Alfred kembali duduk dan menatap bergantian antara Beatrix dan Ella.

Dengus kesal Ella terdengar jelas, ada rasa kekecewaan besar ketika melihat Alfred tampak seperti seorang pecundang dihadapannya.

Ella melempar kesal kapaknya ke arah lantai. Beatrix langsung saja terkejut, menatap Ella yang sudah cukup dekat dengan Alfred.

Ella memaksa Alfred, agar pria tersebut bisa merebahkan dirinya diatas tempat tidur.

"Beatrix, apakah kau bisa membantuku menyiapkan air hangat, handuk kecil, dan obat pereda sakit kepala?" Tanya Ella, kali ini intonasi suara Ella sudah kembali normal.

"Baiklah Nyonya, saya akan menyiapkan segera."

Beatrix sudah berlalu, tinggallah Ella dan Alfred dalam kamar tersebut. Kembali Ella menatapi suaminya, menghela nafasnya dengan berat dan panjang.

"Alfred... kenapa? Apa yang sedang kau ingin lakukan? Apa dengan ini kau akan menjadi puas untuk membuatku menderita?"

Ella memegangi leher Alfred, meletakkan kepala Alfred diatas bantal dengan hati-hati. Beatrix tiba dengan semua peralatan yang diminta olehnya.

Secara tiba-tiba, Alfred langsung saja memegangi tangan Ella.

"Hhmmm... jangan pergi.. kumohon.." Gumam Alfred, matanya sedikit terbuka dan memandangi wajah Ella yang masih tampak kesal.

avataravatar
Next chapter