79 Rahasia Abigail Smith

"Kau masih butuh banyak beristirahat..." Ucap Marioline pada putrinya, matanya menatap ke segala penjuru kamar putrinya saat ini.

"Ibu.. bayi itu terus menangis setiap malam. Sungguh kepalaku menjadi pusing, dan bagaimana mungkin aku bisa beristirahat ." Protes Abigail.

"Setidaknya bersikaplah layaknya seorang ibu, kalau bukan karena tindakanmu yang cukup bodoh. Kau tidak akan mengandung sebelum kau menikah."

"Ibu... bagaimana kalau Edward sampai mengetahuinya. Dia pasti akan membunuhku.." Abigail mulai takut, pikirannya terbayang-bayang dengan kejadian beberapa bulan sebelumnya.

"Kau tau Abigail, aku harus mengeluarkan banyak uang agar dokter itu bisa diajak kerja sama. Jadi lakukan saja tugasmu, dan jangan terlalu membuat masalah sebelum rapat pertemuan nanti."

Marioline menatap ke arah tempat tidur bayi, seorang bayi laki-laki mungil tertidur dengan lelap. Marioline mengkerutkan dahinya,

"Hmm... anak ini..." Gumam Marioline.

*Flashback*

Malam itu Abigail terlalu mabuk, usai mengadakan sebuah pesta dengan teman-temannya. Dia sangat kesal dengan penolakan Edward yang berkali-kali, pria itu masih saja tidak mau menerima pernyataan cintanya.

Abigail mengenakan dress yang amat minim dengan belahan dada yang sangat ketat, riasannya yang terlalu tebal membuat banyak mata pria memandanginya.

Sudah berapa banyak minuman yang ia habiskan, jelas sekali ia sedang tidak bisa mengontrol dirinya malam itu. Hingar bingar musik, rentetan lampu yang menyorot dengan cahaya yang redup. Ditambah suasana malam yang semakin liar.

Beberapa penari bayaran, mulai menari diatas counter bar. Dengan sengaja memperlihatkan setiap lekuk bagian tubuh mereka, demi memuaskan mata bagi para pengunjung yang terus berdatangan.

"Abigail...." Teriak seorang wanita berambut hitam panjang, mencoba mengimbangi antara suara musik dan suaranya.

"Yaa???" Jawab Abigail lebih kencang, wanita itu masih sibuk dilantai dansa. Tidak peduli siapa pria yang sedang mencoba menggerayangi tubuhnya.

"Siapa kau?" Tanya Abigail merasa asing dengan wajah yang baru saja memanggilnya.

"Kau benar-benar mabuk ya... Kita baru saja berkenalan tadi dicounter bar... Cathy.." Wanita itu masih berteriak mengimbangi suara musik yang semakin kencang dan nyaring.

"Kau ingat kau terus berceloteh mengenai seorang pria bernama Edward yang membuatmu sangat kesal hari ini. Apa kau sudah ingat??" Cathy masih terus berusaha menyegarkan ingatan Abigail.

"Ahhh... ya... CATHY!!" Seru Abigail dan langsung saja merangkul Cathy layaknya teman dekat yang sudah lama tidak ia jumpai. Gelas ditangan Abigail hampir saja terjatuh, dengan segera Cathy mengambilnya.

"Mari kuperkenalkan dengan temanku.. dia baru saja tiba di London." Ucap Cathy dan langsung saja menarik lengan Abigail.

Si pria yang sedang bersama Abigail, tampak tidak senang dengan Abigail yang pergi tiba-tiba. Matanya masih menatap liar kearah Abigail yang sudah mulai menjauh.

Mereka tiba disebuah lounge kecil, ada dua orang pria yang sedang duduk santai berbincang. "Cath.. kau mau bawa aku kemana?" Keluh Abigail masih menjaga keseimbangan langkahnya.

"Kau bilang, mood-mu sedang tidak baik. Kau terlalu tergila-gila dengan Edward. Akan aku kenalkan kau dengan pria lain." Jawab Cathy dengan bangga.

"Maaf membuat kalian menunggu terlalu lama, perkenalkan ini temanku Abigail." Ucap Cathy,

"Ehh...halo semua.." Sapa Abigail masih dalam keadaan mabuk, suaranya bahkan menjadi sengau.

"Abigail ini Freddy pacarku, dan ini temannya Jhon." Cathy lagsung saja mendorongnya ke arah Jhon, membuat pria itu langsung menangkap Abigail dengan sigap, karena tau wanita itu sudah kehilangan keseimbangan.

"Kau tidak apa-apa?" Ucap Jhon, Abigail sedikit tertegun dengan pertanyaan Jhon. Pria itu masih saja memegangi pinggang Abigail,

"Apa kau ingin berdansa?" Tanya Abigail dibarengi dengan sebuah cegukan, Jhon membalas dengan sebuah senyuman, dan ia sangat mengetahui bahwa wanita itu masih dalam keadaan mabuk. Tapi tetap saja ia meladeni permintaan Abigail.

Malam yang semakin larut, tidak menghentikan kegilaan mereka berdua. Abigail benar-benar sudah tidak sadar dan tidak bisa mengontrol apa yang seharusnya tidak ia lakukan.

Abigail dan Jhon, mereka berdua larut dalam buaian masing-masing. Perkenalan singkat mereka, berubah menjadi malam pertemuan yang panjang di sebuah ranjang.

Saling tidak peduli dengan apakah, atau siapakah orang yang saat ini berada disamping mereka. Terlalu menikmati waktu tidur mereka dengan kegilaan yang mereka buat sendiri.

Abigail terbangun cukup siang disebuah kamar hotel, kepalanya masih saja berputar-putar. Dia tidak mengingat berapa banyak minuman yang ia habiskan dalam semalam.

Abigail berusaha bangun dari tidurnya, seraya memegangi kepalanya yang masih pening. Sedang berpikir apa yang sedang ia lakukan di sebuah kamar hotel. Abigail bahkan baru sadar bahwa tubuhnya hanya tertutup dengan sebuah selimut hotel.

"Apa yang terjadi, semalam??" Batinnya terus saja bertanya, pikirannya sedang mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.

Ya dia mengingat beberapa nama, Cathy? Freddy? JHON???!!

JHON!! Pria itu yang semalam bersamanya, pria itu yang mengajaknya untuk menghabiskan waktu semalam dengan hanya berdua di kamar hotel.

Abigail turun dari tempat tidurnya, mulai memunguti pakaiannya yang tergeletak diatas lantai. Kamar hotel itu tampak sunyi, seakan-akan hanya ada dia sendiri didalam kamar tersebut.

Usai mengenakan pakaiannya, Cathy berusaha mengecek seisi kamar. Tapi tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya.

"KEMANA PRIA ITU? SIAL!!" Umpat Abigail, dan kali ini ia merasa sangat bodoh.

*Satu bulan kemudian.*

Marioline sudah duduk di kursi sofanya, menenggalamkan wajahnya dari balik tangannya . Sudah belakangan ini ia semakin curiga dengan kelakuan aneh putrinya.

Tentu saja Marioline tidak mudah dibohongi, bagaimanapun dia adalah seorang ibu. Dan seorang ibu, akan tau bagaimana perubahan seorang wanita hamil.

Abigail bertekuk lutut dihadapan ibunya, menunduk dengan takut dan tangannya tergenggam dengan cemas. Bahkan helaan nafas ibunya, membuat jantungnya semakin berdetak kencang.

"Ini benar-benar gila.. Abigail SMITH!! APA YANG SEDANG KAU PIKIRKAN!! SUNGGUH PERBUATANMU....!!"

"Ibu... kumohon maafkan aku!! Tolong aku ibu... Aku belum siap dengan semua ini!! Aku tidak ingin melahirkan anak ini!!! Abigail mulai menangis menjadi histeris.

"Bahkan kau tidak tau siapa ayah dari anakmu!! Ahh... Abigail.... kau ini wanita terhormat!! Kenapa kau bisa sembarangan tidur dengan pria yang baru saja kau kenal"

"Dan parahnya, semua biaya hotel, pemesanan... SEMUA ATAS NAMAMU!! Apa kau tau berapa banyak nama Jhon didunia ini!!" Marioline sudah tidak bisa menahan emosinya, suaranya semakin lantang.

Abigail langsung saja memegangi kaki ibunya, terisak-isak dengan amarah ibunya yang sudah meledak-ledak.

"Ibu... aku mohon maafkan aku.. Bantu aku ibu.."

Otak Marioline langsung saja berputar, mencari solusi untuk semua permasalahan yang sedang ia hadapi. Kembali ia mengatur nafasnya, hal ini bisa mempengaruhi proses perceraiannya dengan suaminya.

"Biarkan anak itu lahir.."

"Apa ibu? Tapi kenapa? Aku akan..."

"Edward harus menikahimu.." potong Marioline, Abigail menyeka air matanya menatap bingung.

"Ibu Edward tidak mau menikah denganku, ditambah aku sedang mengandung.."

"Kenapa kau begitu bodoh Abigail!! Anak ini justru yang akan membuat Edward harus menikahimu, turuti rencanaku.. sudah cukup kau membuat kekacauan Abigail."

Marioline beranjak dari duduknya, kepalanya masih saja penat. Memutuskan untuk beristirahat dikamarnya, saat ini ia sedang tidak ingin menatap wajah putrinya sendiri.

Sedangkan Abigail perlahan berdiri dan memegangi perutnya sendiri. Masih mencoba memahami dan menebak rencana yang akan dilakukan oleh ibunya.

"hmmm.... Ibu kau begitu cerdas dan licik.." Ucap Abigail sedikit terkekeh, dalam hatinya ia setuju dengan rencana ibunya. Jika anak ini bisa membuat dirinya memiliki Edward.

avataravatar
Next chapter