51 Ciuman Di Bibir Ella

Bunga mawar itu hanyalah sebuah permulaan. Karena pada hari Senin pagi yang cerah dan penuh kesibukan, Alfred Lewis terus saja mengirimi rangkaian bunga untuk Ella. 

Begitu juga dengan hari-hari berikutnya, pria yang penuh cinta itu tidak berhenti untuk mengirimkan banyak hadiah pada Ella yang tidak bisa menolak.

Hari berikutnya adalah sekotak cokelat dan pastinya tetap dengan rangkaian bunga, lalu sebuah gaun yang indah, hingga sepasang sepatu dan tas mahal.

"Alfred, aku sungguh-sungguh berterimakasih atas semua pemberianmu. Tapi kau tidak perlu melakukan hal tersebut setiap hari!" ucap Ella yang sedang berbicara dengan Alfred pada ponselnya.

Malam itu Ella baru saja tiba di apartemennya, ia memegangi sebuah tas cantik berwarna biru dengan loho H yang tersemat pad bagian tengahnya.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukainya, Ella?" Tanya Alfred kembali, "Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu. Aku sungguh merindukanmu, dan hadiah yang kukirimkan sebagai tanda perasaanku padamu." Suara Alfred terdengar seperti menggoda.

"Mungkin kita bisa bertemu."

Tiba-tiba saja Ella memikirkan sesuatu, dan ia mendengar Alfred bergumam bingung. 

"Apa kau bisa hadir pada acara tahunan di tempat kerjaku. Bosku mengatakan, bahwa kami bisa mengajak setidaknya satu orang untuk menghadiri acara tersebut," pinta Ella.

"Tentu saja Ella, kapan?" Tanya Alfred senang.

"Besok malam, kau tidak perlu menjemputku. Karena seharian aku akan berada di kantor," ucap Ella.

"Dan jangan lupa, besok kau juga harus mengenakan kostum heavy metal."

"Apa? Apa kau yakin?" Alfred tampak tidak suka dengan tema tersebut. 

"Sangat yakin Dokter Alfred," jawab Ella sambil menahan rasa gelinya.

***

Hari Jum'at, merupakan hari yang sangat sibuk untuk semua karyawan Fogue. Mereka semua sudah tidak fokus dengan pekerjaan mereka, pikiran mereka teralihkan dengan acara besar yang akan berlangsung pada malam hari nanti.

Ella sendiri pun sedang disibukkan bersama David, sesuai dengan permintaan Aubrey. Ella harus membantu David hari itu, sungguh hari yang melelahkan bagi Ella Amber. 

David berkali-kali menjelaskan kepada Ella, mengenai area panggung yang akan di lewati oleh para model.

"Ella kau harus ingat ok, ketika Sophia sudah memberikan aba-aba kepadamu. Setelah itu kau boleh mempersilahkan para model untuk melewati panggung ini."

"Jika tidak, jangan biarkan satu langkahpun mereka lewat dengan selamat." Ucap David sedikit seram.

"Apa hanya itu tugasku?" Tanya Ella, karena baginya itu sangat mudah. David langsung memicingkan matanya.

"Tenang saja sayang, masih banyak tugas yang akan menunggumu."

"Nancy...! apakabar sayangku." Teriak Daniel pada seorang wanita yang tampaknya sudah berumur paruh baya, tapi penampilan wanita tersebut sangat modis dan trendy.

Nancy mengenakan baju cream lengan pendek dengan mantel bulunya yang berwarna putih, walaupun usianya sudah sangat tua. Wanita itu masih mampu mengenakan sepatu tinggi, yang dipadupandankan dengan celana hitam panjang.

"Kabarku baik-baik saja David. Jadi... apa ini panggungnya?" Tanya Nancy mengamati area panggung.

"Ya, kau benar ini panggungnya, kali ini kami menggunakan pihak peyelenggara yang berbeda." Ucap Daniel.

"Aku harap bisa lebih baik dari tahun kemarin." Nancy melirik ke arah Ella yang berdiri di samping David. Mengamati Ella dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Siapa dia, model barumu?" Tanya Nancy dengan angkuh.

"Dia? Ah... bukan, dia karyawan dari bagian design. Dia akan membantuku malam ini," jawab David cepat.

"Ohh...." Balas Nancy sikap dingin, David pun mengarahkan Nancy untuk berkeliling ke arah belakang panggung.

Ella mendengus kesal, bahkan David tidak berniat untuk mengenalkan Nancy padanya. Ella pun mulai melihat daftar yang dibuat oleh David untuk mengecek kembali beberapa pekerjaannya.

Aula luas tersebut ramai dengan para kru yang sedang bersiap-siap menata beberapa tempat. Pihak penyelenggara acara (EO) mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mulai dari menata meja-meja, panggung, pencahayaan dan masih banyak lagi.

"Ella..?"

Ada seseorang yang menyentuh pundaknya dengan pelan, Ella langsung membalikkan tubuhnya dan menatap seorang pria yang tidak asing bagi dirinya.

"Kau..?" Ucapan Ella terhenti karena tidak percaya dengan siapa ia tengah berhadapan, pria itu tersenyum ramah. Dan sama dengan Ella, pria itu juga tidak percaya telah bertemu dengan Ella.

"Geroge? Kenapa kau bisa berada disini?" Tanya Ella masih tidak percaya,

"Hmm... anggap saja aku orang yang memiliki peran penting dalam penyelenggara acara ini," jawab George, pandangan George masih saja menatap dengan tatapan berbinar-binar. George sadar Ella tampak berubah dan lebih cantik.

"Kau bekerja disini? Di Fogue?" Tanya George tidak percaya.

"Ya, seperti yang kau lihat. Dan kau juga bekerja di kantor penyelenggara acara tersebut?" Ella balik bertanya, seorang kru pria menghampiri George.

"Sir, untuk peletakkan meja tamunya. Apakah anda sudah setuju?" Tanya pria itu, seraya memberikan sebuah denah.

George mengamati denah tersebut, tidak lama ia menyetujuinya dan sedikit memberikan nasihat pada karyawannya.

"Ahh... ternyata kau bukan bekerja di EO ini. Pastilah kau pemiliknya," Ucap Ella tampak malu, George pun tersipu dengan sanjungan Ella.

"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini," ucap Ella kembali.

"Aku pun begitu, Ella. Aku harap kau sudah tidak marah lagi dengan kejadian dulu sat kita masih di sekolah." George dengan segera menunjukkan rasa bersalahnya.

"Tenang saja George, aku bahkan hampir lupa kalau kaulah yang mengambil ciuman pertamaku," jawab Ella dengan senyuman hambar.

***

Malam datang dengan cepat, semua para karyawan sudah dengan semangat menghadiri acara tahunan yang meriah. 

Daniel mengatakan kepada Ella, Fogue biasanya akan mendatangkan banyak para tamu undangan dari para kalangan artis, model dan pengusaha yang terkenal.

Ella sudah mengenakan pakaian dari toko milik Calvin, tapi sepertinya ia juga menyadari bahwa hampir semua karyawan Fogue membeli pakaian dari toko Calvin. Sehingga mereka pun tampak sama, membuat keuntungan besar bagi Calvin. 

"Ella..!" Teriak Calvin karena mengimbangi suara dentuman musik yang nyaring.

"Ya Calvin? Bukankah kau seharusnya bergabung dengan ayahmu di kursi VIP. Ada apa dengan pakaianmu?" Tanya Ella, karena Calvin mengenakan setelah kemeja hitam yang rapi.

"Itulah sebabnya, karena aku harus berada di area VIP. Ayahku tidak mengijinkanku mengenakan pakaian yang aneh. Kau Lihat, rata-rata mereka yang berada di VIP mengenakan pakaian rapi dan formal." Tunjuk Calvin ke arah VIP area.

"Aku masih ada pekerjaan, kalau kau melihat Alfred. Apakah bisa kau mengatakan aku berada di belakang panggung." Ucap Ella dengan suara nyaring.

"OK, tapi Ella. Aku juga akan memberitahukan bahwa sebentar lagi kau bisa mendapatkan data milik ibumu." Jawab Calvin dengan keras.

"Calvin pelankan suaramu!" Sepasang mata Ella menjadi galak seketika. "Kita bahas ini nanti, Ok!"

Calvin hanya bingung dengan perintah Ella, ketika ia berjalan meninggalkannya sendirian. 

Karena acara yang mulai dibuka oleh seorang pembawa acara wanita, dia sudah berada di atas panggung. Mulai memberikan sambutan-sambutan kepada para tamu undangan.

Kondisi belakang panggung tidak lebih baik, Nancy ternyata seorang designer yang terlalu detail dengan semua hal-hal yang berkaitan dengan baju rancangan dan para modelnya yang berharga.

Ella memegangi walkie talkie-nya. Masih belum ada perintah dari Sophia. Membuat Ella memperhatikan para model yang sedang sibuk mengganti pakaian mereka, beberapa sedang memperbaiki riasan wajah.

"Dimana wanita itu? Arrgghh... " Nancy sudah memekik kesal, entah apa yang membuatnya sangat kesal. Ella hanya memperhatikan dari jauh.

"Lucy..! Cepat, kau harus menggantikan posisi Miranda!" Tunjuk Nancy ke salah satu modelnya. Wanita bernama Nancy itu melirik bingung, rambutnya sedang ditata oleh seorang penata rambut. 

"Dan cepat gunakan pakaian ini dalam satu menit!" perintah Nancy yang semakin kesal.

"Tapi bagaimana dengan pengiringnya, formasinya akan terlihat aneh bukan?" tanya salah satu model dengan wajah orientalnya, Nancy masih tampak berpikir keras membuat kerutan pada keningnya semakin bertambah. 

"Dia tidak membalas pesan dan teleponku, Miranda hilang." Lucy meletakkan dengan kesal ponsel miliknya, sedangkan penata rambutnya sedang mengimbangi gerakan kepala Lucy.

"Ini tidak adil Nancy, kau selalu menganakemaskannya." Liu mulai memprotes.

"Diam, anak-anak! Kembali fokus pada pekerjaan kalian." Bentak Nancy, dan dua model wanita yang terlalu vokal tersebut langsung diam dengan menekuk wajah dengan kesal.

"KAU!" Teriak Nancy ke arah Ella. 

Ella langsung terkejut. Awalnya dia tidak yakin apakah Nancy sedang memanggilnya, Ella pun melirik ke arah kanan dan kirinya.

"Astaga... Tuhan..! Kau..! Kemari!" Tunjuk Nancy ke arah Ella yang masih bingung.

"Ada apa? Apa kau perlu bantuanku?" Tanya Ella ragu.

"Yah... aku ingin kau menjadi model pengganti dan sementara untuk malam ini."

"Ahh... (Ella mendengus dan tertawa), sepertinya kau salah orang karena aku bukan seorang model." Ucap Ella dengan pasti, tapi waut wajah Nancy sama sekali tidak berubah.

"Ya Nancy, apa kau tidak salah orang? Kenapa kau asal menunjuk orang, sih?" Lucy sudah mulai buka suara lagi.

"Diam kau Lucy, lagi pula dia hanya sebagai model pengiring. Dan kau... (Kembali menatap ke arah Ella), tenang saja kau hanya perlu muncul di bagian akhir saja."

***

Ella sudah tidak habis berpikir, ia sudah menggunakan sebuah gaun hitam dengan garis berwarna silver yang berada di antara belahan dadanya.

Bahkan David dan Aubrey pun menyetujui dengan permohonan Nancy, dan Ella masih terus merekam semua penjelasan singkat dari Nancy.

Bagaimana dia harus berdiri, bagaimana harus berjalan dan melangkah, bagaimana dia menggerakkan antara kepala dan tangannya dan masih banyak lagi.

"Ahh! kau benar-benar gila, Ella!" Ucap Ella pelan, dan melihat Doris sudah menggantikan posisinya untuk berada di belakang panggung. 

Doris hanya menatap kesal ke arah Ella, yang tidak bisa memberikan banyak penjelasannya pada teman kerjanya tersebut.

"Ok, semua harap bersiap-siap!" Doris mulai memberikan aba-aba pada model yang siap melenggang. 

"Tenang saja Ella, giliranmu masih lama." Ucap Nancy berdiri di sampingnya.

Para model mulai berjalan masuk kearah panggung, Ella bisa mendengar hiruk pikuk yang meriah.

Tiba-tiba saja Ella merasakan rasa tidak nyaman dan karena tegangnya, Ella seperti merasa perutnya mulas dan jantungnya berdegup kencang.

"Inikah yang namanya demam panggung?" batin Ella.

Tidak lama Nancy memegangi lengan Ella "Jalanlah, dan ingat semua hal yang kuberitahukan padamu."

Ella menelan ludah sendiri, jantungnya semakin berdegup kencang. Ia sudah tidak bisa mundur, ketika langkah pertamanya sudah mengenai bagian panggung. Ella menarik dan menghela napasnya dengan dalam, berharap jantungnya bisa berdetak dengan normal kembali.

Ella sudah berjalan dengan hati-hati di atas panggung, bahkan langkah kakinya terasa sangat kaku bagaikan robot berjalan. Ketika semua mata sedang memandangnya, demam panggung itu harus segera ia atasi.

Ella bisa melihat Calvin, temannya yang sedang duduk di area VIP. Calvin sedang menutupi mulutnya dengan tatapan terkejut. Jelas sekali, jika dia sedang menahan rasa gelinya.

Ella sudah berjalan di ujung panggung dan melihat Alfred yang sudah tiba, pria itu tampak tampan dengan setelan rompi hitamnya. Ella pun tersenyum memandanginya, dan pria itu membalas dengan senyumannya juga.

Ella kembali berjalan dan membalikkan badannya, karena ini saatnya ia harus berada di belakang panggung. Tapi pandangannya teralihkan dengan seseorang yang memandangnya dengan tatapan dingin.

Edward sedang duduk di area VIP, dan terlihat Abigail yang menemaninya dan duduk bersebalahan dengannya. Edward memandangi Ella tanpa berkedip sama sekali, dan Abigail yang sadar hanya bisa menekuk wajahnya dengan kesal.

Bagian terakhir, Ella semakin mempercepat langkahnya. Ia bisa bernapas lega ketika sudah berada di belakang panggung.

"Fuh... apa ini sudah selesai Nancy? Aku rasa aku terlalu gugup untuk berhadapan dengan banyak orang seperti tadi." Ucap Ella.

"Ok sudah cukup bagus, kali ini tinggal bagian terkahir. Kau harus muncul bersama-sama dengan model lainnya. Setelahnya sudah selesai, dan... terimakasih Ella," Ucap Nancy untuk pertama kalinya Ella melihat wanita itu tersenyum tipis.

***

Ella sudah berbaur dengan para karyawan yang sedang menikmati hidangan makan malam, dengan penampilan seorang penyanyi yang terkenal berada di atas panggung. 

Dia sedang mencari Alfred, berharap bisa menemukannya di antara banyak kerumunan orang. Tidak lama Ella melihat Alfred yang berada di area minuman, tapi Alfred tidak sendiri.

George sedang bersamanya, dan Ella bisa melihat dari raut wajah kedua pria tersebut tampak sangat tegang. Ella pun bergegas menghampiri mereka berdua, dan ingin mencari tahu ada apa dengan mereka berdua?

"Alfred? George?" Sapa Ella, George langsung melirik ke arah Ella. Mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu.

Alfred berdeham dengan kencang, "George, perkenalkan ini Ella. Dan dia adalah kekasihku saat ini," ucap Alfred yang langsung meraih pinggang Ella.

Ella melotot ke arah Alfred, yang masih tersenyum bahkan mendekati wajahnya ke arah Ella. George semakin mendengus dengan kesal.

"Hhh!! Alfred aku harap kau tahu apa yang sedang kau lakukan!" Ucap George, dan berlalu begitu saja meninggalkan mereka berdua.

"Ada apa Alfred?" Tanya Ella, ketika melihat George sudah benar-benar menghilang dari balik keramaian hingar bingar pesta.

"Tidak apa-apa Ella, kau tidak perlu khawatir. Sepertinya George masih tidak merelakan dirimu," jawab Alfred. Tapi Ella merasa jika Alfred sedang menutupi sesuatu darinya.

"Bagaimana kalau kita keluar? Pesta ini terlalu berisik. Dan kau juga terlihat cantik tadi di atas panggung." puji Alfred dengan senyuman menggodanya.

"Oh... Alfred... Kumohon jangan mengingatkanku mengenai tadi. Pasti aku terlihat memalukan." Ella menutupi wajahnya dengan malu.

Alfred memegangi dagu Ella, membuatnya menatap mata Alfred yang hitam.

Tidak hanya itu saja, Alfred pun mengecup perlahan bibir Ella. "Aku tidak bohong Ella, kau benar-benar cantik malam ini."

Di kejauhan Edward sudah terpisah dari Abigail, yang sibuk bercengkrama dengan para tamu undangan. Di kejauhan juga Edward bisa melihat Ella dan Alfred yang sedang bermesraan. Rasanya ingin sekali Edward menghampiri mereka berdua.

Ia ingin sekali menarik Ella dari Alfred, tapi Edward masih bersabar. Semua itu tidak bisa ia lakukan, mengingat penolakan Ella sebelumnya, malah akan membuat harga dirinya semakin jatuh di hadapan Ella.

Tapi ada sesal, sedih dan rasa sesak yang teramat. Ketika melihat Alfred dengan mudahnya memberi kecupan di bibir Ella. Bahkan terlihat Ella tidak menghindarinya. Edward pun membalikkan badannya, tapi dia tidak kembali pada Abigail melainkan berjalan menuju mobilnya.

avataravatar
Next chapter