9 Pertemuan

Semua persiapan sudah sangat rapi, para pelayan juga sudah siap dengan seragam mereka.

Bukan sebuah perayaan besar, mereka hanya menunggu satu keluarga yang penting.

Tapi setidaknya hari itu, pikiran Ella bisa teralihkan dengan berbagai kesibukan mengahadapi perayaan nanti malam.

"Laras, apa kau bisa membantuku. Mengambil pesanan kue Mrs. Huxley, dia baru saja menyuruhku. Katanya itu khusus diberikan untuk tamu mereka malam ini." Alvin menatap memohon pada Laras.

"Ahh.... kau lihat aku, pekerjaanku masih menumpuk. Bahkan Helen dan floretta menolakku, kumohon.." Alvin semakin memelas.

"Baiklah.. Alvin. Katakan saja dimana alamatnya. Semoga aku bisa cepat sampai kesana." Ujar Laras dengan terpaksa.

Sampai tiba waktunya,tamu yang ditunggu datang. Keluarga Huxley sudah siap menyambut ramah tamu mereka dan berdiri di depan pintu masuk

"Selamat datang Mr.Smith, selamat datang Mrs. Smith" Sapa Mrs. Huxley.

Mr. Huxley menjabat tangan Mr. Smith dengan semangat, "Senang sekali anda bisa datang." Ucap Mr. Huxley memberikan senyumannya yang lebar.

"lama sekali kita tidak bertemu, perkenalkan ini putriku Abigail Smith." Ucap Mr. Smith. Seorang wanita muda dengan rambut pirang sebahu, tersenyum dengan sopan.

"Selamat malam Mr. Huxley, Mrs. Huxley." Ucap Abigail sopan dan lembut.

"Pernekalkan ini putraku Edward, dan putriku Clarissa." Mr. Huxley menunjuk ke arah dua anaknya yang berada di sampingnya.

Clarissa menjabat tangan Abigail terlalu bersemangat, sedangkan Edward hanya terdiam dan menunduk dengan hormat ke arah Abigail.

Dua keluarga tersebut mulai berbincang-bincang di ruang keluarga. Mrs. Huxley tidak henti-hentinya memuji Abigail yang ia katakan sangat cantik, Abigail hanya bisa membalas dengan senyuman mendengarnya.

Edward tidak terlalu banyak bicara, hanya menjawab ketika ia ditanya. Sebenarnya ia merasa curiga dengan acara ulangtahunnya malam itu.

Abigail tampak mempesona , ia terlihat cantik dan elegan dengan gaun hitamnya. Bahkan terlihat sekali bahwa Abigail yang memiliki kharisma yang berbeda.

Seorang wanita berpendidikan, dari keluarga kaya raya.

Edward Huxley juga terlihat tampan dengan balutan jas hitamnya. Dan harus Ella akui, seringkali ia melirik ke arah Edward.

Ella sedang berada diruang makan, menata piring-piring di setiap sisi meja. Ia harus mempercepat tugasnya, karena jam makan malam sudah tiba.

Mrs & Mr Huxley sudah mulai mengajak para tamu untuk menikmati makan malam. Ella memperhatikan Edward yang duduk berhadapan dengan Abigail.

Abigail sering kali melihat ke arah waja h

Edward, tapi Edward lebih sering memperlihatkan wajah dingginnya.

Ella berdiri di sudut ruangan, ia harus bersiap-siap disana jika ada yang memanggil dan membutuhkan bantuannya. Ella pun sudah mulai terbiasa dengan tugasnya.

"Ella, cepat ambilkan hidangan pembuka." Ucap Floreta yang sudah membawa nampan di tangan kirinya. Ella langsung bergerak membantu Floretta.

Ella mulai meletakkannya satu persatu hidangan pembuka pada setiap orang yang berada di meja makan.

"Jadi Abigail, aku dengar kau mengambil jurusan hukum di Offord University?" Tanya Mr. Huxley penasaran.

"Ya benar Mr. Huxley. Tinggal satu tahun lagi, sebelum kelulusanku." Jawab Abigail.

"Sudah cantik, pintar lagi. Kau harusnya bangga dengan putrimu Mr.Smith." Ucap Mr. Huxley sambil menikmati hidangan pembuka.

"Bagaimana denganmu Edward." Tanya Abigail tersenyum memandang ke arahnya.

"Hanya tinggal menunggu beberapa bulan untuk kelulusan." Jawab Edward datar.

"Ahh.. Edward, selamat ulang tahun. Aku harap kau suka dengan kadoku." Ucap Abigail dengan senyumnya.

"Terimakasih." Jawab Edward singkat.

"Ah... aku benar-benar tidak sabar menunggu acara pertunangan kalian berdua." Ucap Mrs. Smith tiba-tiba.

Edward yang mendengarnya langsung menengok ke arah Mrs. Smith, menatap tidak percaya.

Bahkan Ella yang sedang menuangkan air di samping sisi Mr. Smith pun ikut terkejut, ia tidak sengaja menumpahkan sedikit air putih yang ia tuang. Dan mengenai baju Mr. Smith.

"Maaf... maafkan saya." Ella langsung panik, dan memberikan lap ke arah Mr.Smith.

"Ella??!" Pekik Clarissa tidak percaya, dan semua mata memandang ke arah Ella.

"Tidak apa-apa, ini bisa dibersihkan. Bukan sebuah masalah, mungkin aku harus ke belakang sebentar." Ucap Smith dengan santai. Ella pun masih tertunduk malu.

Mr. Smith melangkahkan kakinya ke arah toilet keluarga huxley, untungnya hanya air putih jadi tidak meninggalkan noda di kemejanya yang berwarna putih.

Setelah dirasa cukup untuk membersihkan dirinya, ia melangkahkan kakinya ke arah luar.

"Brug..."

Seorang pelayan wanita baru saja menabraknya tanpa sengaja,

"Maafkan saya tuan." Ucap Laras yang baru saja tiba, dan menunduk dengan sopan.

"Laras??" Mr. Smith langsung memegang erat tangan Laras. Laras pun terkejut melihat pria dihadapannya. Pria yang sudah mau ia lupakan seumur hidupnya, pria yang sudah merusak masa depannya.

"kau?? Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Laras kembali,

"Laras, ini benar-benar kau... Dimana..."

"Ibu, kau sudah datang? Alvin sedang mencarimu." Ucap Ela yang tiba-tiba juga muncul.

Laras langsung memandang Ella dengan terkejut begitu juga dengan Mr. Smith yang masih kaget dengan dirinya yang bertemu dengan wanita yang sudah lama ia cari.

"Mr. Smith?" Panggil Ella yang bingung, karena pria tersebut memegang erat tangan ibunya.

"Ah.. iya.. maaf.." Ucap Mr.Smith langsung melepaskan tangan Laras.

"Laras, disini kau rupanya. Bisa kau bantu aku, dan dimana barang bawaanmu?." Alvin pun muncul memandang kesal ke arah Laras.

"Ah iya Alvin, maafkan. Ella ayo.." Ucap Laras menunjuk ke arah putrinya.

Laras, Ella dan Alvin meninggalkan Mr.Smith, walaupun Mr. Smith masih memandang curiga ke arah wanita yang baru ia temui.

Ella sudah tidak berada di ruang makan, Laras sudah menggantikannya. Ella meminta kepada ibunya, agar dirinya saja yang menggantikannya membantu Alvin menyiapkan bingkisan untuk keluarga Smith.

Sebenarnya Ella hanya ingin mendengar, entah mengapa saat ia mengetahui kabar pertunangan Edward. Hatinya menjadi mencelos, ada rasa tidak nyaman yang ia rasakan.

Bahkan Alvin yang sadar Ella tidak fokus membantunya, seringkali menegurnya karena Ella lebih banyak melamun.

Acara pertemuan dua keluarga akhirnya selesai, semua para pelayan masih sibuk merapikan sisa-sisa pertemuan.

Para koki sudah pulang, begitu juga pelayan. Kecuali Alvin, Ella dan Laras yang tinggal menginap di kediaman Keluarga Huxley.

Di ruang dapur hanya ada Ella dan Laras, yang sedang menikmati cokelat panas.

Setelah minum beberapa aspirin yang diberikan oleh Laras, Alvin memutuskan untuk tidur lebih awal. Ia tidak henti-hentinya mengeluhkan sakit kepalanya.

"Ibu?" Panggil Ella menatap ibunya yang sedang menikmati cokelat panasnya.

"Apa ibu kenal Mr.Smith?"

Laras langsung tersedak dengan minumannya, dan berdeham dengan keras.

"Ibu, ibu tidak apa-apa?" Tanya Ella khawatir.

"Ella, ibu rasa ibu harus istirahat. Ibu juga sama lelahnya dengan Alvin. Hahh... semoga tidak ada perayaan ataupun pesta dalam waktu dekat ini." Ucap laras langsung bangkit dari duduknya.

Ella memandang bingung ibunya yang langsung mengganti topik pembicaraan.

"Dan Ella, kau juga harus tidur bukan. Ingat sekolahmu besok." Ucap Laras, "Ya bu."

Laras pun sudah meninggalkan Ella, kini ia sendirian di dalam dapur tersebut. Semua keluarga Huxley pun tampak tertidur, dan kediaman yang besar itu semakin memjadi sunyi.

Ella mencuci gelasnya, pikirannya masih saja bercampur aduk, kadang memikirkan Edward, kadang memikirkan ibunya yang bertingkah aneh.

Ella membalikan badannya, dan menabrak sebuah tubuh yang sudah berdiri tegap di belakangnya. Tanpa ia sadari. Gelas yang ia pegang langsung meluncur dari genggamannya.

Edward dengan sigap menangkap gelas tersebut, ia menatap Ella yang masih belum berkedip menatapnya.

"Tuan Edward? Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Ella.

Edward tidak bergerak sama sekali, jarak diantara mereka sangat dekat. Edward meletakkan gelas yang ia pegang, ke samping Ella dan sedikit melewati bahunya.

Ella semakin jelas bisa melihat wajah Edward

.

"Aku ingin sebuah cokelat panas juga." Ucap Edward, dan Ella hanya melongo mendengar pemintaan Edward yang aneh.

Ini kedua kalinya, Edward dan Ella berada di dapur. Dan hanya ada mereka berdua di dalam ruangan itu.

Ella meletakkan segelas cokelat panas ke arah Edward, kali ini Edward memandang dengan pandangan yang berbeda.

"Tuan Edward, saya sudah membuatkan anda cokelat panas. Saya ijin untuk kembali ke kamar saya." Ucap Ella membalikkan badannya, tapi Edward memegang tangannya dengan cepat.

Ella melihat tangannya sendiri yang dipegang oleh Edward.

"Tolong, jangan pergi, temani aku. Dan kumohon jangan terus menghindariku." Ucap Edward.

Ella pun menuruti permintaan Edward, menarik kursinya dan duduk di depan Edward, sebuah meja panjang menjadi penghalang antara mereka berdua.

"Kenapa kau tidak kembali, ke ruang makan tadi?" Tanya Edward.

"Mengenai itu, saya sedang membantu Alvin menyiapkan bingkisan untuk keluarga Smith." Jawab Ella.

"Mengenai pertunangan itu, bahkan aku tidak tau. Dan aku belum menyetujuinya." Edward menjelaskan, dan Ella menatap dengan aneh.

"Maaf, itu bukan urusan saya tuan Edward." Ella berbohong.

"Aku tau kau berbohong, bahkan kau tidak melihat mataku saat mengatakannya." Ucap Edward.

"Aku tau aku bukanlah pria yang baik untukmu, apalagi ditambah dengan sikapku selama ini kepadamu Ella. Tapi apa yang kulakukan, aku hanya ingin melindungimu." Edward menggenggam erat gelasnya.

"Apa maksudmu Tuan Edward, anda selalu memperlakukan saya dengan semena-mena. Memberikan hukuman terus menerus, walau anda tau saya tidak bersalah. " Ella sudah meninggikan nada suaranya, dirinya sudah merasakan kesal dengan arah pembicaraan Edward.

"Dan tiba-tiba malam itu, anda datang. Anda mencium saya, anda seperti memberikan sebuah harapan. Yang saya tau, itu semua tidak mungkin terjadi kepada saya." Ella sudah mulai berkaca-kaca.

"Ella, maafkan aku..."

"Anda tidak perlu minta maaf, harusnya saya yang lebih tau diri dengan posisi saya saat ini. Saya tidak pantas untuk anda, dan Anda juga tidak pantas untuk saya." Sebuah air mata menetes di pipinya.

Edward bangkit dari duduknya, ia menyeka air mata Ella dengan lembut. Tidak hanya itu, ia juga mengecup kening Ella dengan perlahan.

Ella yang kaget dengan kecupan di keningnya, menatap wajah Edward yang sudah dekat dengannya, Edward baru saja ingin menurunkan kecupannya ke bagian bibir Ella.

Tapi Ella sudah dengan cepat menghindari, ia sudah bangkit dari duduknya.

"Tuan Edward, maafkan saya. Tolong berhenti memberikan saya sebuah harapan. Maaf saya harus kembali ke kamar saya." Ucap Ella.

"Dan tuan Edward, selamat ulang tahun. Maaf tahun ini saya tidak memberikan anda hadiah. Karena saya tau, anda tidak pernah suka dengan hadiah saya."

Laras memang sudah merebahkan tidurnya, tapi wajah pria itu masih terus membayanginya. Setelah sekian lama, kenapa ia harus bertemu lagi. Apakah dia tau? Itu terus yang menjadi pertanyaannya.

Tidak, dia tidak boleh tau kalau Ella adalah anaknya. Pintu kamar terdengar terbuka, Laras dengan cepat menutup matanya. Ia tidak mau Ella menyadari dirinya masih terjaga, dan mulai menanyakan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.

Ella masuk ke dalam kamarnya, ia melihat ibunya yang sudah tertidur.

Setelah mengganti pakaiannya, ia pun tidur bersama ibunya.

Ella dan Laras, dua wanita itu tidak bisa tidur dengan nyenyak malam itu. Pikiran mereka masih membayangi masalah mereka masing-masing.

avataravatar
Next chapter