31 Mencoba Memulai

Ella sedang bersandar di pintu dapurnya, menikmati kesunyian di akhir pekannya dengan segelas kopi. Pikirannya masih saja mengingat kejadian yang baru ia alami semalam dengan Alfred, ia sendiri masih tidak yakin. 

Tapi semuanya terjadi begitu saja, tanpa ia rencanakan sama sekali.

Ella memandangi wajah Edward dan Abigail, majalan itu sudah berada di tempat sampah kecil yang ada di sudut ruangan.

Ia pun duduk di kursi dan meletakkan gelas kopinya dengan perlahan, "Ahhh... ada apa denganku?" Ucap Ella sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. 

"Bagaimana mungkin, aku bisa melakukan hal segila itu? Aku dan Alfred semalam... kami melakukannya? Hhh..! Ella.... apakah ini tandanya kau sudah bisa melupakan Edward Huxley?"

Ella menggigit bibirnya sendiri dengan bingung, perasaannya masih berkecamuk dan memikirkan kencan semalamnya bersama dengan seorang Alfred Lewis. 

Padahal semalam mereka berdua tidak dalam keadaan mabuk, namun mengapa mereka bisa mengabiskan malam bersama dengan kemesraan yang begitu memabukkan?

Mungkin ini ada baiknya untuk Ella, mungkin dia bisa mecoba memperbaiki kondisi hatinya yang selama ini hampa dan kosong.

Ella sudah sangat stress sendiri dengan semua pikiran dan pendapatnya, ia sudah bangkit dan berpikir akan membangunkan Alfred yang sepertinya masih tertidur di kamarnya.

Tapi prasangka Ella salah, karena ternyata Alfred sudah berdiri cukup lama di belakangnya, memperhatikan Ella tanpa disadari.

"Alfred?" Pekik Ella terkejut. "Kau sudah bangun ternyata, kau mengagetkanku! Aku baru saja akan membangunkanmu dan..." Ucap Ella terlalu gerogi. 

Perkataan yang keluar dari mulut Ella begitu berantakan, dan tidak teratur sama sekali. Apakah dia perlu mengatakan, jika dirinya akan menemuinya didalam kamar. 

"Ish... bagaimana jika Alfred berpikir aku ini wanita yang mesum?" batin Ella mengeluh kesal pada dirinya sendiri. 

Alfred memandangi Ella dengan sebuah senyuman yang membuat Ella semakin tidak nyaman, matanya masih memandangi Ella yang hanya mengenakan mantel handuknya, tanpa ragu Alfred sdah sangat dekat dan memberikan Ella sebuah pelukan yang terasa hangat dan nyaman.

"Alfred?" Ella semakin gugup dibuatnya. 

"Ella, apa kau tahu bagaimana perasaanku sekarang?" tanya Alfred. 

"Uhm... aku tidak tahu," jawab Ella asal saja. 

Satu tangan Alfred membelai lembut sisi wajah Ella, sorot mata pria itu semakin mendalam dan penuh dengan cinta. 

"Aku merasa sangat bahagia, rasanya ingin sekali aku berlari dan membawamu ikut bersamaku," ucap Alfred yang masih terus memeluk Ella.

"Eh..." Ella terkekeh mendengar godaan Alfred. 

"Apa kau sedang mengigau?" Ucap Ella, dan Alfred langsung melepaskan pelukannya. 

Alfred kembali tersenyum, ia pun kembali memberikan kecupan singkat di bibir Ella. Membelai rambut Ella, dan menyentuh bibir Ella dengan ibu jarinya.

"Aku tidak sedang mengigau, dan... terimakasih untuk malam yang begitu indah. Aku... tidak menyangka... jika kau belum pernah melakukannya dengan pria manapun. Sungguh aku merasa tersanjung," ucap Alfred memuji. 

"Aku... aku..." Rona wajah merah semakin terlihat jelas pada pipi Ella. 

"Ssstt... kau tidak perlu memberikan penjelasan apapu, karena aku tidak membutuhkan penjelesan apapun. Yang aku butuhkan hanyalah kau, Ella." Alfred terus saja menggoda Ella dengan sengaja. 

Suara dering ponsel terdengar dari jauh, dan Ella sadar kalau itu bukanlah ponsel miliknya. Alfred tampak tidak peduli, tapi suara dering ponsel semakin terdengar dengan kencang.

"Alfred, mungkin itu sesuatu yang penting. Angkatlah..! Kau ini seorang dokter, bagaimana jika itu dari salah satu pasienmu," ucap Ella berusaha membujuk. 

Tapi tangan Alfred masih memegangi pinggang Ella, kedua tubuh itu semakin dekat bahkan Ella mulai merasakan jantungnya berdebar tidak karuan. 

"Kaulah yang terpenting saat ini, Ella." jawab Alfred.  Dengan terpaksa Ella melepaskan diri dari pelukan Alfred.

"Angkatlah Alfred," Ucap Ella yang sudah berjalan menjauh dan menuju kamarnya. 

Ella memutuskan untuk membersihkan dirinya didalam kamar mandi, ia membiarkan air pancur itu menyala dan menerpa tubuhnya. 

Pikirannya masih saja terasa kalut, tapi ia harus jujur karena menikmati perlakuan Alfred yang begitu lembut dan penuh kasih sayang pada dirinya. 

Disaat Ella mandi, tanpa ia sadari Alfred sudah masuk kedalam kamar mandinya. Dengan tiba-tiba ia memeluk Ella dari arah belakang, membuat tubuh Ella sontak terkejut. 

"Alfred, kau... kenapa kau ada disini?" tanya Ella sembari melihat tubuh pria itu tampak lolos. 

Alfred memang memiliki postur tubuh yang tinggi, dada bidang itu tampak atletis. Wajah tampannya, harusnya sangat mudah untuk mendapatkan wanita yang lebih cantik ketimbang Ella. 

"Aku ingin bersama denganmu, sebentar saja... sebelum aku menemui pasienku," ucap Alfred dengan rambutnya yang mulai basah. 

Tangan Alfred mulai menjelajah pada sisi lengan Ella, tatapan yang menajam itu sudah tidak bisa Ella hindari. Dan tidak lama kedua bibir itu kembali bertemu, dan saling membalas satu sama lain. 

Air hangat yang menerpa tubuh keduanya, membuat hasrat keduanya semakin meninggi. Permainan cinta itu sudah tidak bisa dihindari, ketika Alfred sudah membalikkan tubuh Ella dan memeluknya dari arah belakang. 

Setiap pijatan mesra yang dirasakan oleh Ella, membuat tubuhnya mengejang kuat. Seaakan-akan Ella sudah siap, untuk melanjutkan tingkatan permainan cinta mereka pada permainan senggama yang sesungguhnya. 

***

Usai membersihkah dirinya, Ella juga sudah melihat Alfred yang sudah rapi. Ia pun tampak terburu-buru, dan senang melihat kemunculan Ella yang sudah berada di ruang tengah.

"Hei... Ada apa?" Tanya Ella.

"Tidak ada apa-apa, maaf karena aku tidak bisa berlama-lama menemanimu. Aku harus pergi karena ada pasien yang membutuhkan operasi hari ini. Karena dokter yang menanganinya mengalami kecelakaan kecil pada saat perjalanan," jelas Alfred dan sudah berhadapan dengan Ella yang masih menyimaknya bicara.

"Padahal aku sudah berjanji, akan mengantarmu ke Calvin hari ini. Apa kau tidak apa-apa, Ella? Hhh... sungguh aku merasa sangat bersalah padamu saat ini," Alfred membuat mimik yang lucu, membuat Ella tersenyum kecil. 

"Alfred, kau tidak perlu merasa bersalah padaku. Saat ini keberadaanmu sedang sangat dibutuhkan. Aku  akan baik-baik saja dan aku bisa pergi sendiri," jawab Ella yakin. 

Alfred pun lagi-lagi memberikan pelukan kepada Ella, pria itu benar-benar sedang dilanda asmara, bahka kedua matanya berbinar melihat wajah Ella.

"Terimakasih," ucap Alfred.

Ella mengantar Alfred sampai depan mobilnya, baru saja pria itu akan masuk ke dalam mobilnya. Tiba-tiba saja ia terhenti dan dengan cepat membalikkan badannya, dan kembali memandangi wajah Ella.

"Kenapa? Apa ada yang tertinggal?" Tanya Ella bingung, karena Alfred terus memandangi wajahnya. Alfred kembali mengecup bibir Ella, dan kecupan mendadak itu membuat Ella tercengang dan kaget.

"Itulah yang tertinggal, bibirmu begitu memabukkan diriku, Ella. Oh... aku sungguh sedang jatuh cinta, rasanya senang dan memalukan beriskap seperti ini," jawab Alfred dengan senyuman lebar yang menggoda.

Ella hanya bisa terkekeh, seraya memegangi bibirnya. Sungguh dia tidak pernah mendapatkan perlakuan mesra seperti ini, terkecuali Alfred Lewis yang begitu peduli padanya. 

Ketika mobil Alfred sudah menjauh dan menghilang, barulah Ella menarik napasnya dengan panjang. 

"Fuhhhhh... Hari apa ini, sepertinya aku harus menandakan tanggalanku." 

Alfred Lewis, pria yang sangat perhatian dan romantis. Ia memperlakukan Ella, layaknya seseorang yang sangat penting. Bahkan Ella bisa merasakan rasa cinta Alfred yang cukup lama ia pendam selama ini.

"Permisi, dengan nona Ella Amber," Uuap seorang pria yang baru tiba dengan mobil van putih. Terlihat sebuah logo pengantar barang, tertera di badan mobil tersebut.

"Ya.. benar. Aku Ella."

"Kami dari pengiriman pelayanan khusus, ingin mengantarkan paket untuk anda, Nona... Amber." Ucap petugas tersebut seraya membaca sebuah kertas keterangan berwarna hijau. Sambil menyodorkan sebuah paket dengan ukuran sebesar kotak sepatu.

Ella memandangi paket yang sudah berada di tangannya, lagi-lagi seseorang mengiriminya sebuah paket. Setidaknya selama dua tahun ini Ella sudah menerima lima kali pengantaran, dan Ella sudah bisa menebak apa isi paket tersebut.

Setelah menerima paket misterius, ia sudah berjalan ke arah kamarnya. Membuka lemari baju, dan mengambil sebuah koper milik ibunya yang sudah ia rapikan.

Koper yang menjadi tempat penyimpanan milik pribadi Ella.

Saat koper itu terbuka, tumpukan uang sudah terkumpul banyak tanpa Ella sadari, paket yang baru saja ia terima juga berisikan hal yang sama.

Ella meletakkan tumpukan uang yang baru ke dalam koper milik ibunya, ia sedang berpikir sambil terus memandangi tumpukan uang yang sangat banyak. Pikirannya sedang merencanakan sesuatu, sesuatu yang sudah lama sekali ia rencanakan.

Ponsel Ella kembali berdering, dan ia merogoh saku celananya melihat nama Calvin yang sedang menghubungi dirinya. 

"Ella?!" Suara Calvin begitu melengking. 

"Apa kau harus berteriak seperti itu?" tanya Ella yang sudah menutup lemari baju. 

"Hei, kenapa kau belum berangkat? Barusan Alfred menelponku, dan mengatakan dia tidak bisa mengantarmu, Ella," ucap Calvin terkekeh. 

"Ya, dia sedang sibuk. Aku akan menuju tempatmu, mungkin sekitar dua puluh menit aku akan tiba," Ella melirik ke arah jam tangannya. 

Tapi dia yakin bisa mendengar suara tawa dari Calvin. 

"Ada apa dengan kau?" tanya Ella curiga. 

"Wah... apa yang sudah kau lakukan bersama dengan Alfred? Cepat katakan padaku, apakalian berdua ... semalam..." Calvin dengan sengaja mengecupkan bibirnya pada ponselnya sendiri. 

Suara kecupan bibir yang terdengar pada ponsel Ella, membuatnya merungut kesal. 

"Awas kau, Calvin! Jangan berani menggodaku, atau aku akan menghajarmu!" Ucap Ella mengancam. 

avataravatar
Next chapter