13 Kesal!!

"BRAAGGGGG....."

Tiba-tiba saja Ella menggebrak meja, makanan dan minuman yang berada di depannya ikut bergetar.

Kristy dan Calvin tercengang, dan melotot ke arahnya.

Para muri yang menikmati makan siang mereka, juga melirik aneh ke arah Ella.

"Ada apa denganmu Ella?" Akhirnya Kristy memberanikan diri untuk bertanya, sedangkan Calvin mengejek dengan mengibaskan tangannya, seakan hawa di ruang kantin sekolah menjadi semakin panas.

"Sepertinya hari terakhir ujian ini sudah membuat otaknya meledak." Ejek Calvin.

Ella tidak peduli dengan ejeken Calvin, karena sudah hampir satu minggu ini Ella menahan kesal.

Edward Huxley semakin menjauhkannya, sebenarnya tidak apa-apa kalau dia menjauh ataupun enyah dari dunia ini.

Tapi kenapa malam itu, dan setelah malam itu lelaki itu kembali memberikan harapan.

Jika saja tidak pernah terjadi apapun diantara mereka, Ella akan sangat bahagia mengetahui Edward Huxley yang menjauhinya.

Tapi kali ini berbeda, Ella merasa seperti dijatuhkan dari gedung tinggi. Kemudian dicampakkan, atau mungkin nasibnya akan sama seperti wanita-wanita yang pernah bersama Edward Huxley.

"ELLA??!!" Kristy mulai berteriak, dan membuyarkan lamunan Ella yang masih meminum jus dari sedotannya.

"Selain George, ada satu orang yang bisa membuatmu kesal seperti ini??.(Ella sudah mulai memperhatikan temannnya). Ada apa antara kau dan Edward Huxley ?" Tebak Kristy.

Ella langsung tersedak mendengar perkataan temannya, ia menepukkan dadanya dengan kencang dan berkali-kali. Calvin mulai mengucapkan "wooooaaa" tanpa bersuara, terkejut mendengar kesimpulan pacarnya yang menarik.

"Apa kau bercanda Kristy? Aku tidak ada hubungan apapun dengan Edward." Jawab Ella.

"Aku tidak mengatakan kalau kau memiliki hubungan dengan Edward Huxley?" Kristy menyeringai, dan ia mendekatkan wajahnya ke arah Ella.

"Cepat kau katakan, atau aku akan terus menghantuimu. Dan dengan Calvin juga." Ancam Kristy yang melirik ke arah pacarnya.

"Aku hantu?? Sayang kau sehat?" Tanya Calvin.

"Iiissshhhhh.... kalian ini !!"

Ella bingung bagaimana memulai ceritanya kepada teman dekatnya. Pelan-pelan ia pun mulai menjelaskan. Kristy dan Calvin masih menyimak serius semua ucapan Ella.

"Wah....wah... aku tidak akan memberikan komentar apa pun." Ucap Calvin.

"Kau ini kan seorang pria, berikanlah sedikit saran!" Kristy menyikut Calvin dengan kesal.

"Kalau menurutku, lebih baik kau menjauh darinya Ella. Kau tau sendiri seperti apa Edward Huxley. Buktinya saja, setelah apa yang dia lakukan untukmu. Dia mencampakkan mu bukan." Kristy mulai memberikan nasihat.

"Atau mungkin, dia ingin memperlakukanmu dengan berbeda. Mungkin saja dia tidak mau kau berpikir, kalau dia hanya mempermainkanmu seperti yang sudah dia lakukan dengan banyak wanita." Ucap Calvin.

"Tumben sekali perkataanmu bagus," Sindir Kristy tidak percaya,

"Hai Ella. Boleh aku duduk." George sudah muncul di hadapan mereka. Calvin sudah mulai mengepalkan tangannya, menunggu aba-aba dari Ella jika ia harus memberikan sebuah pukulan ke arah George sebagai hadiah.

"Calvin, aku sedang tidak ingin membuat keributan. Percayalah." Ucap Geroge.

Kristy dan Calvin akhirnya dengan terpaksa meninggalkan mereka berdua, itu pun setelah Gerorge memohon dan berjanji tidak akan melakukan hal aneh apapun terhadap Ella.

Ella tentunya masih bersikap dingin, ia malah terkesan jutek dan sangar. Tangannya sudah ia lipat dengan rapat.

"Aku tau ini terlambat, tapi aku ingin meminta maaf atas pebuatanku." Ucap George.

Ella menatap dengan curiga, ini kedua kalinya pria dihadapannya meminta maaf kepadanya. Ella hanya mengehela dan menghembuskan nafasnya dengan berat. Geroge mendongak menatap wajahnya.

"Aku tau, kau tidak akan percaya begitu saja. Kesalahanku terlalu banyak, awalnya aku pikir dengan tidak berhubungan denganmu lagi. Semuanya akan kembali menjadi normal." Ucap George.

"Apa maksudmu George?" Tanya Ella.

"Tapi entah kenapa semakin aku ingin melupakanmu, semakin aku terus mengingatmu. Seandainya waktu itu aku tidak melakukan hal itu, mungkin...." Geroge tertunduk dan tampak malu.

"mungkin... kita sudah menjadi sepasang kekasih saat ini." George meneruskan ucapannya.

Ella langsung tercengang dengan ucapan George, "Serius?? Apa kau sedang menggodaku lagi?"

"Tidak, kali ini aku sangat serius dengan ucapanku. Aku memang bodoh untuk cepat menyadari, tapi aku rasa aku mencintaimu Ella." Ucap George.

Ella hanya bisa diam, mulutnya sudah mau terbuka untuk berucap. Tapi ia kembali menutupnya dengan cepat. Masih memikirkan kalimat apa yang pantas untuk pria yang ada di depannya.

"Mungkin ini terlalu terburu-buru." George sudah mulai berbicara lagi, dan tidak memberikan Ella kesempatan untuk berbicara.

"Bagaimana kalau kau menjadi pasanganku di prompt night nanti?" George bertanya dan memberikan senyumannya yang sangat lebar.

"Apa.. pasanganmu?? di prompt night? Aku tidak bisa George..." jawab Ella dengan amat cepat.

"Apa? Maksudmu kau sudah memiliki pasangan lain?" Tanya George curiga.

(Hei itu ide yang bagus, mungkin dia akan berhenti dan menyerah untuk mengajakku sebagai pasangannya)

Ella melihat Ron yang baru saja tiba di kejauhan, ia membawa nampan makanannya. Dan terlihat bingung dengan memilih meja mana yang akan dia tempati.

"Ron... " Teriak Ella, George menunjukkan ekspresi bingung dan menengok ke belakangnya.

Ron menunjuk dirinya sendiri, ragu apakah Ella benar-benar memanggilnya.

"Iya.. Kemari.." Ucap Ella kembali.

"Ella, kenapa kau memanggil si kutu buku itu?" George tampak tidak suka dengan Ron yang berjalan mendekat ke arah meja mereka.

Ella langsung mengambil nampan milik Ron, dan ia letakkan di samping nampan makanan miliknya. Tidak hanya itu, Ella juga mengaitkan lengannya ke lengan Ron.

"Ini pasanganku, Ron. Dan maaf George aku tidak bisa bersamamu." Ucap Ella dengan tersenyum.

George memandang bergantian ke arah Ella dan Ron, ia masih tidak percaya. "Kau bercanda kan?"

"Tidak aku serius, Ron akan menjadi pasanganku di prompt night nanti." Ucap Ella yakin.

Akhirnya George pergi dengan kesal, walaupun ia masih tidak menerima Ella yang menolaknya mentah-mentah.

Ron dan Ella duduk bersama, Ella bisa bernafas lega karena ia sendiri sudah tidak memiliki perasaan apapun pada George. Tapi Ron masih menatapnya dengan terheran-heran.

"Ron, maafkan aku tadi. kuharap kau tidak marah padaku." Ella mulai merasa bersalah.

"Karena dia terus saja menggangguku, bahkan dia memintaku sebagai pasangannya." Ella menunjukkan sikap tidak enak hati padanya.

"Kau tidak ingin pergi bersamanya? Seorang George memintamu, dan kau menolaknya?" Tanya Ron lebih tidak percaya. Ella menatap Ron dan tertawa kecil.

"Ada yang salah? Kalau aku tidak mau ikut dengannya?" Ella balik bertanya, "Tidak ada yang salah, tapi kalau kau mau aku bisa menemanimu di acara prompt night." Ucap Ron dengan terbata-bata.

"Apa??"

"Ahh.. maaf. Maksudku sebagai teman aku bisa membantumu di acara prompt night nanti. Tapi... kalau kau pun tidak mau, bagiku juga tidak masalah." Ron masih tertunduk malu pada saat menjelaskan.

"Kau sangat lucu, Ron." Ucap Ella tersenyum manis. "Ah.. lucu?" Ron bingung apakah itu sindiran atau pujian untuknya.

"Maaf, Maksudku kau benar-benar lucu. Bukan lucu yang konyol. Mmmm... baiklah aku setuju dengan ajakanmu." Ucapan Ella langsung membuat Ron menegakkan wajahnya, dan dia sendiri seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

Kristy dan Calvin sudah berpikir kalau pikiran sahabatnya sudah benar-benar terganggu. Bagaimana mungkin Ron menjadi pasangannya di acara pekan ini –prompt night.

Tapi Ella pun tidak peduli, karena pertama Ron bukan seorang bajingan seperti George, kedua Ella menganggap Ron hanya sebagai sahabatnya.

Dan Ella berpikir lebih baik pada saat acara nanti ia bersama Ron, dari pada dengan George – pria menyebalkan.

Siang itu Ella sudah pulang ke kediaman keluarga Huxley, ia sudah bersiap-siap untuk membantu Jason. Perasaannya kembali menjadi galau, ketika ia berpas-pasan dengan Edward di ruang depan. Pria itu hanya mendiamkannya.

Bahkan ketika Ella dengan sengaja berteriak di depan ruang baca, saat Edward juga berada disana.

Dia mengatakan dengan lantang, bahwa dia akan menemui Hercules. Edward hanya sedikit melirik, dan tampak tidak peduli.

***

Halaman Belakang - Tempat Berkuda

"Lebih baik kau tidak mendekatinya Ella." Jason sudah berceloteh, saat Ella sudah mulai mengusap Hercules. 

"Kenapa?" Ucap Ella.

"Suasana hatinya tidak baik. Lebih baik jangan ajaka Hercules bermain, sepertinya sudah memasuki musim kawin." Jason menjelaskan.

Ella memandang Hercules, "Dia sudah sangat jinak denganku, Jason. Kau tidak perlu khawatir."

Ella benar-benar tidak mempedulikan perkataan Jason, padahal dia sendiri juga sedang dalam suasana hati yang baik. 

Berpiki mungkin saja, jika bersama dengan Hercules, perasaan Ella akan jauh lebih baik dan lebih menjadi tenang.

Ella sudah berada di punggung Hercules, kuda itu sudah mulai berlari tapi masih dalam batas aman.

"Kau tahu Hercules, Rasanya ingin sekali aku berteriak di hadapannya dan berkata kasar." Ucap Ella.

"Sudah lama ia mendiamkanku, Apa maksudnya ? Aku akan tunjukkan padanya, kalau aku juga baik-baik saja Hhhh !!!"

Ella mulai mengepakan kakinya dengan keras, dan Hercules semakin mengencangkan lajunya di lahan belakang yang luas.

"Hercules?!" Teriak Ella panik, "Hercules?!" Ella kembali berteriak.

Ia merasakan ada yang aneh pada kuda tersebut, lajunya terlalu cepat dan tidak terkendail.

"Hercules! Jangan bercanda! kau terlalu cepat." Teriak Ella

Ella pun menarik tali kekang yang berada pada leher Hercules,  dengan sekuat tenaga berharap kuda tersebut bisa menurunkan kecepatannya.

Tapi bukannya  melambat seperti yang diinginkan Ella, Hercules justru melakukan rem mendadak. Kuda itu menukik dengan tinggi, dan Ella pun terpental keras.

Tubuhnya terguling dengan cepat, dan menghantam tanah yang keras. Ia tidak merasakan sakit,  justru malah tidak merasakan apapun. Karena Ella sendiri pun sudah tidak sadarkan diri.

avataravatar
Next chapter