81 Ini Semua Karena Suamimu, Ella!

Nancy Agensi

"Maafkan aku, Ella."

Nancy tampak sangat frustasi, saat ini ia hanya bisa berharap Ella mengerti dengan situasi dan kondisinya saat ini. Ella masih terdiam dalam lamunannya, duduk disalah satu kursi sofa milik Nancy.

Suasana ruang kerja Nancy menjadi begitu sesak untuknya saat ini, Ella menahan rasa amarah bercampur dengan rasa kesal. Bahkan Nancy tidak berani untuk menatapnya secara langsung.

"Aku tahu ini terlalu tiba-tiba. Aku tidak pernah memiliki masalah pribadi denganmu Ella, asal kau tau saja. Tapi ini semua karena keinginan suamimu." Nancy berjalan mendekati Ella, memegangi bahunya dengan rasa empati yang bisa ia coba tunjukkan.

"Dia dan laki-laki itu sangat menekanku agar aku bisa melakukan ini kepadamu, bahkan aku cukup terkejut pria itu bisa mengetahui kelicikan bisnisku di masalalu."

Wajah Nancy menjadi pucat pasi, mengingat beberapa jam sebelumnya ia kembali bertemu dengan seorang pria bernama Steward.

Membawakan beberapa laporan mengenai kecurangan Nancy dalam menggelapkan beberap pajak terkait dengan berbagai bisnis kecil yang pernah ia jalani selama bertahun-tahun lamanya.

"Ini bukan salahmu, Nancy. Aku pikir tadinya akan menemuimu besok membahas mengenai hal ini, tapi panggilanmu yang tiba-tiba cukup membuatku terkejut dan mulai menerka-nerka."

Ella memegangi tangan Nancy. Dia tau ini bukanlah kesalahannya,

Alfred-lah yang merencanakan ini. Tapi untuk apa? Itu yang sekarang menjadi pertanyaannya.

"Justru aku yang harus meminta maaf kepadamu Nancy, kalau bukan karena Alfred. Kau tidak akan merasa diusik, dan juga dia tidak akan mengancammu seperti ini." Lanjut Ella.

"Ella, pria itu sangat berbahaya. Maafkan aku mengatakan hal ini, aku tau dia adalah suamimu. Tapi lebih baik kau menjauh atau mungkin berpisah dengannya. Anggap saja aku ini ibumu, yang sedang memberikan sebuah petuah untukmu Ella."

"Ya Nancy, aku tau. Tapi saat ini aku tidak bisa..." Jawab Ella, "... ada beberapa hal yang belum bisa kubicarakan dengamu. Aku harap kau bisa mengerti."

Nancy mengatupkan kedua mulutnya, sepertinya sangat sulit untuk membujuk Ella.

"Ella, aku harap kau sadar dan mengetahui semua resiko yang akan kau hadapi nanti."

"Terimakasih Nancy." Jawab Ella tersenyum dan merangkul Nancy, pelukan sebagai teman, partner kerja dan sebagai seorang ibu.

"Hmmm... apa kau ada waktu hari ini. Sepertinya kita harus mengadakan sedikit pesta." Ucap Nancy yang langsung saja menyeka air matanya yang sedikit keluar dari ujung pelupuk matanya.

"kau menangis Nancy?" Ejek Ella sengaja.

"Hmm... sepertinya ada sesuatu dimataku" Nancy berdalih.

Suara ketukan pintu terdengar, membuat kedua wanita itu melepaskan rangkulan mereka. Liu langsung membuka pintu tanpa harus mendengar Nancy yang akan memberikan ijin atau tidak.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Apa ada yang sedang memutar film sedih disini?" Tanya Liu keheranan. "Dan Ella ada yang sedang mencarimu."

"Aku?" Tunjuk Ella pada dirinya sendiri.

"Ya.. kau.. seorang pria dan amat tampan." Liu kembali membayangkan wajah seorang pria yang baru saja ia temui.

***

Beberapa jam sebelumnya, diruangan kantor Nancy.

Pria dengan setelan jas hitamnya yang kelewat rapi dan kaku, duduk dengan tenang dan terlihat santai. Tertarik dengan menatapi beberapa patung yang berjejer rapi disudut ruang kerja Nancy.

Nancy akan mengira jika pria itu pengemar warna hitam, atau memang hanya pakaian itu yang ia miliki? 

Tapi melihat bagaimana sikap pria berwajah pucat itu, dia bisa memastikan bahwa dia memang penggemar berat warna hitam. Wajar saja wajahnya tampak tidak ceria setiap saat.

Nancy sedikit berdeham, mulai memperhatikan Steward yang sudah mengangkat tas kerjanya yang juga berwarna hitam. Beberapa carik kertas ia keluarkan dari dalam tas tersebut, menutup kembali tas kerjanya dan ia letakkan disisi tubuhnya.

"Jadi Mrs.Nancy."

"Panggil aku Nancy, cukup dengan Nancy. Tolong." Potong Nancy, dan dia sedikit memajukan wajahnya hanya untuk bisa mengintip kertas apa yang sedang dibawa oleh Steward.

"Baiklah Nancy, seperti yang sudah anda ketahui bahwa Tuan Alfred menginginkan agar Nyonya Ella..."

"Ahh... sudah kubilang aku tidak bisa melakukan itu. Ella terikat kontrak dengan pihak agensi, dan ini akan mengacaukan rencana kerja lainnya jika aku harus memberhentikannya." Potong Nancy masih memasang wajah angkuhnya.

"Hmmm... baiklah..." Balas Steward dengan tenang,

Nancy berpikir apakah ini sudah selesai? Hanya itu saja? Tidak ada perlawanan sama sekali dari pria berwajah pucat itu?

Steward kembali mengambil tas hitamnya, mulai mengeluarkan beberapa lembaran kertas lainnya. Tidak lama, setelah Steward sudah mengumpulkan semua lembaran kertas. Ia menatap Nancy dengan sebuah senyuman tanpa memperlihatkan deretan giginya.

"Anggap saja saya mengetahui apa yang anda lakukan beberapa tahun belakangan ini."

"Apa maksudmu Steward?" Nancy merasakan aura licik terpancar dari wajah si pria pucat tersebut.

Steward menyodorkan beberapa lembaran kertas itu kearah Nancy, untuk beberapa saat Nancy hanya bisa terdiam sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengambil lembaran kertas yang sudah disodorkan kearahnya.

Baru saja ia memulai dengan lembaran pertama yang ia baca, tapi matanya suda membelalak tidak percaya, kembali ia membalik-balik lembaran berikutnya yang semakin membuat dirinya menjadi terkejut.

"Apa maksud semua ini?" Tanya Nancy geram, bahkan lembaran kertas tersebut ia pegang dengan genggaman yang amat kuat.

"Anda boleh menyimpannya, kalau anda mau. Anggap saja itu sebuah tanda mata dari Tuan Alfred." Steward masih terlihat santai, tidak peduli Nancy yang sudah terlihat ingin merobek wajahnya.

"Apa kau sedang mengancamku?" Tanya Nancy kembali dan masih geram.

"Mengancam?? Mm... itu terdengar sangat jahat sekali. Saya hanya memberitahukan bahwa saya mengetahui apa yang harusnya saya tidak ketahui. Bukan begitu, Nancy?"

"KAUU!!! BERANI-BERANINYA."

Nancy melempar kesal lembaran kertas tersebut di hadapan Steward, aneh sekali sepertinya pria itu tidak memiliki emosi. Steward masih saja bersikap tenang, dengan semua amarah Nancy yang sudah memuncak.

"Ini adalah surat permohonan untuk ganti rugi atas pemutusan kerja Nyonya Ella, jangan lupa salinan kontrak kerja Nyonya Ella juga harus diikut sertakan."

Steward mulai mengeluarkan kertas lainnya, ia sodorkan kembali dihadapan Nancy. "Saya harap anda bisa lebih mudah untuk bekerja sama, dan saya rasa hal ini tidak akan merugikan pihak agensi anda."

"Tapi kalau anda menolak, saya tidak perlu menjelaskan apa yang akan terjadi pada anda. Saya rasa anda sudah tau apa yang akan terjadi pada anda, bukan?"

Steward mulai beranjak dan berdiri, merapikan setelan jasnya yang sebenarnya tidak terlihat berantakan. Dengan hati-hati mengambil tasnya dan melewati Nancy yang masih tampak berpikir.

"Oh ya satu lagi, saya sudah meletakkan kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya atau melalui email, jika memang ada hal lain yang ingin anda tanyakan." Ucap Steward dengan senyuman sinisnya.

Nancy kembali mengambil beberapa lembar kertas yang ia lempar tadi, mulai membaca satu persatu tulisan dan laporan yang telah dikumpulkan oleh Steward.

"Sial..." Umpat Nancy, cukup terkejut ada orang yang bisa mengetahui kejahatannya di masa silam.

Dia menatap lembaran kertas yang baru saja diletakkan oleh Steward, "apa yang harus aku lakukan? Hhh.... Sial... benar-benar menjengkelkan.. Oh Ella.. Ella.."

Nancy dengan cepat mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Ella dan langsung menghubunginya. Hanya butuh satu kali dering baginya untuk Ella menjawab panggilannya.

"Ella.." Pekik Nancy dengan frustasi.

"Ya aku tau kau tidak bisa masuk hari ini, apa? Kau bersama dengan Calvin? Aku...mmmm"

"Ella apa kau bisa datang hari ini, ada yang harus aku bicarakan denganmu. Dan ini sangat penting."

avataravatar
Next chapter