26 Bertemu

"Pagi Luna.. " Sapa Ella dengan riang, Luna seperti biasa hanya bersikap acuh dan tampak tidak peduli, ia masih saja sibuk di area kasir.

"Ella.." Teriak Luna.

"Ya?"

"Hari ini Barnard tidak bisa masuk, aku tidak bisa membantumu merapikan rak buku majalah. Apa kau bisa..?" Luna menatap Ella tanpa meneruskan ucapannya.

"Yah tentu saja. Tidak jadi masalah. Aku juga sedang mengerjakan pesanan dari pembelian online. Setelahya OK?" Dan Luna hanya memberikan jempolnya, dan matanya masih sibuk ke arah layar kasir.

Ella sudah mulai mengsortir dan mengecek kembali semua pesanan yang siap dikirim. Setelahnya ia pun kembali disibukkan dengan merapikan rak majalah yang berada di area depan toko.

Ella sudah mulai memajang, dan ia sudah mulai terlatih dan sudah mulai terbiasa dengan pekerjaannya.

"Luna bisa aku besok datang siang?" Tanya Ella yang sudah selesai dengan pekerjaannya,

"Kenapa kau tanya aku??.ijinlah ke Barnard." Jawab Luna ketus.

"Mmm.. besok aku ingin mendaftar kuliahku." Ella mencoba memberikan penjelasan,

"Aku rasa tidak jadi masalah."

Ella pun menyeringai senang, dan langsung memeluk Luna. "Ella, apa kau sekarang jadi suka dengan wanita?" Ucap Luna yang tidak suka Ella memeluknya.

"Permisi, apa bisa anda membantu saya mencarikan buku reffrensi karya Alexander." Seorang prian tersenyum ke arah mereka berdua.

Ella langsung membalikkan badannya, dan melihat Alfred sedang berdiri memandanginya.

"Ella.... ella?? Bisa kau bantu dia mendapatkan bukunya?? Atau harus aku juga yang turun tangan?" Ucapan Luna langsung membuyarkan lamunan Ella.

Ella mengarahkan Alfred mencari buku yang ia cari di deretan rak yang tinggi dan berada di belakang, tentunya Alfred membuntutinya dari belakang.

"Mmm... sebentar aku akan carikan untukmu Alfred." Ucap Ella dan masih terus meraba-raba buku yang tersusun dan berjejer dengan rapi.

Alfred pun melakukan hal yang sama yang dilakukan Ella, sampai akhirnya jari mereka saling bertemu dan terhenti di satu titik.

Ella langsung saja menarik tangannya sendiri, sedangkan Alfred tidak terlihat canggung dan mengambil buku yang sudah ia temukan.

"Kau bisa langsung membayarnya di kasir." Ucap Ella yang bingung harus mengatakan apa.

"Ella.." Alfred menatapnya.

"Ya..?"

"Apa kau ada waktu senggang nanti? Aku ingin kita bisa berbicara, apa kau keberatan?" Tanya Alfred.

"Jam kerjaku masih empat jam lagi Alfred, apa kau mau menunggu?"

Dan benar saja Alfred menunggunya, dan benar-benar menunggunya di dalam toko buku tersebut. Luna tampak heran, walau ia sendiri pun tidak melarang. Sedangkan Ella, benar-benar canggung.

Alfred sedang duduk di sudut ruangan, memang toko buku tersebut menyediakan kursi dan meja khusus untuk para pembeli yang ingin membaca buku yang telah mereka beli.

Ella tentunya menghindari area tersebut, walau dia tau mata mereka berdua seringkali bertemu.

"Luna, apa tidak apa-apa aku tinggal?" Tanya Ella yang mulai bersiap-siap.

"Mmm....? Ini sudah jam pulangmu bukan? Pulanglah. Lagi pula pacarmu sudah menunggu lama disanan.." Luna melirik ke arah Alfred yang juga melihat kearah mereka, dan memberikan sebuah senyuman.

"Luna dia bukan pacarku," Ucap Ella dengan serius dan kesal.

Alfred mengendarai mobilnya dengan Ella yang ikut bersamanya, Ia mengajak Ella untuk makan malam di sebuah restoran kecil yang letaknya searah dengan jalan pulang rumah Ella.

Restoran tersebut terkenal dengan sajian roast meats mereka yang lezat dan enak, dan mereka berdua pun memutuskan untuk memesan menu tersebut.

"Ella, maafkan kalau hari ini aku terlalu menganggumu." Ucap Alfred membuka topik pembicaran mereka,

"Tidak apa-apa Alfred, aku yakin pastinya yang ingin kau sampaikan pastilah penting." Ucap Ella.

"Tapi bagaimana kau bisa tau tempat kerjaku?" Tanya Ella yang baru menyadari.

"Maaf, aku mengintip data pribadimu saat kau mengisinya di rumah sakit. Aku harap kau tidak marah." Jawab Alfred dan matanya masih menatap wajah Ella.

"Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu Ella, mengenai masalah aku tidak memberitahukanmu soal penyakit ibumu. Dan aku benar-benar menyesalinya." Alfred meneruska kalimatnya, dan Ella hanya bisa menghela nafasnya dengan kesal.

"Aku tidak tau kalau Edward tidak memberitahumu. Seandainya saja..."

"Alfred... Kumohon.." Ucap Ella yang mendengar kata Edward saja sudah membuat ubun-ubunnya menjadi panas.

"Alfred aku sudah memaafkanmu, karena aku bukan tipe orang yang memendam." Ella memberikan senyumannya, dan berharap pria itu percaya padanya.

"Ah?? Kau..memaafkanku Ella?" Alfred berucap lagi dan tidak percaya,

"Alfred, mungkin ini sudah jalan yang terbaik untukku dan ibuku. Aku yakin, kau juga tidak bermaksud jahat."

"Ella, kau benar-benar gadis yang memiliki hati yang baik. Aku tidak heran kalau Edward menjadikanmu sebagai pacarnya." Pujian Alfred tidak membuat hati Ella senang, ia malah merasa aneh dengan Alfred yang bersikap seperti itu.

"Alfred.. aku bukanlah pacar atau apapun itu yang berhubungan dengan Edward. Aku hanya ingin memperjelas saja, dan aku harap kau tidak lagi mengkaitkanku dengannya lagi. Aku tau kalian berteman.." Ella jelas sekali menolak pernyataan Alfred.

Alfred tampak bingung, tapi jauh di lubuk hatinya ia seperti merasakan ada peluang untuk memenangkan hati Ella.

"Alfred??" Suara Ela mulai membuyarkan lamunannya.

"Ah iya maaf Ella, maafkan sekali lagi karena aku pikir kalian... yah.. begitu.. Aku sendiri mengenal Edward sudah cukup lama, ia juniorku di universitas yang sama."

"Ahh.. Ella maafkan. Lagi-lagi aku mulai membicarakannya.."

"Berapa umurmu Alfred?" Tanya Ella begitu saja, agar bisa terlepas dari topik Edward Huxley.

"Aku.. aku duapuluh empat tahun." Jawab Alfred tampak malu.

"Woouww.. kau dokter termuda yang pernah aku temui." Puji Ella.

"Yah aku bekerja keras selama ini untuk mendapatkan gelar dokterku."

Ella dan Alfred, untuk pertama kalinya mereka bisa berbincang dengan lepas. Ella baru menyadari, bahwa Alfred sangat berbeda dengan Edward.

Pria itu sangat ramah, bahkan ia kembali menceritakan kisah lucunya yang pernah ia alami selama menjadi dokter.

Alfred tentunya mengantar Ella sampai depan pintu rumahnya. Malam sudah semakin larut, dan udara pun menjadi semakin dingin. Ella bahkan berkali-kali menggosokkan tangannya, dan meniup telapak tangannya agar menjadi hangat.

"Sepertinya aku harus segera masuk Alfred, terimakasih untuk makan malamnya." Ucap Ella,

"Harusnya aku yang berterimakasih Ella, kau sudah mau menyempatkan waktumu untukku." Jawab Alfred.

Tidak lama pintu rumah terbuka, Ella hampir lupa kalau temannya sedang menumpang hidup di rumahnya.

Alfred memandang sinis ke arah Calvin, yang tampak berantakan. Terlihat ada beberapa noda tepung di wajahnya.

"Ella kau sudah pulang?" Ucap Calvin, dan Ella melotot ke arah Calvin karena ia merasa temannya sudah mengacak-ngacak dapurnya.

"Apa yang kau lakukan Calvin?" Tanya Ella.

"Aku?? Aku sedang memasak. Aku lapar dan aku memasak. Dan kau?? Apa yang kau lakukan?" Calvin balik bertanya dan melirik ke arah Alfred.

"Wah...wah... kau sedang berpacaran ya?" Ledek Calvin sambil meletakkan tangannya di pundak Ella.

"Cepat sekali kau berbalik dari Edward? Tapi pacar barumu boleh juga." Ucap Calvin dan berbicara terlalu dekat dengan wajah Ella.

Ella langsung saja merentangkan tangannya dengan sengaja, dan menekan pipi Calvin dengan kuat. Karena ia tau temannya akan terus berceloteh jika tidak dihentikan.

"Maafkan aku Alfred, temanku ini memang senang sekali berbicara dan kau tidak perlu mendengarkan omongannya." Ucap Ella masih dengan kesal.

"Ohh.. Jadi dia temanmu. Tapi kenapa dia bisa ada dirumahmu?" Tanya Alfred dan masih memandang tidak suka ke arah Calvin.

"Cerita yang panjang, dia hanya akan disini untuk beberapa hari saja." Jawab Ella.

"Ella kau janji padaku bukan beberapa hari, tapi dua minggu." Calvin masih saja mengganggu.

"Kau ini!!"

"Baiklah Ella, aku harap kau baik-baik saja dengan temanmu. Hubungi aku jika kau perlu bantuanku. Aku harus pamit dulu, karena aku masih harus bertugas." Ucap Alfred, pria itu pun memberikan lambaian tangan dari dalam mobilnya. Dan mobilnya perlahan sudah mulai menghilang.

"Wah... terlihat sekali pria itu menyukaimu Ella." Ucap Calvin masih menggoda Ella.

Ella tidak peduli dengan ucapan temannya dan langsung saja masuk kedalam rumahnya.

"Calvin!!!"

"Apa yang kau lakukan dengan DAPURKU!!!" Teriak Ella dengan kesal, karena ia sudah melihat dapurnya yang amat berantakan.

"Kan tadi sudah kubilang, kalau aku sedang memasak."

avataravatar
Next chapter