8 Berpura-pura

"Jason... Kau sudah terlalu tua, biar aku saja yang membawa semua pupuk itu. Duduk saja dengan santai." Perintah Ella

"Pagi Bu, aku sudah merapikan semua ruang baca Mr. Huxley. Dan Ibu, aku juga sudah buatkan sarapan untukmu." Laras memandang putrinya dengan bingung.

"Belinda (Memandang curiga), aku sudah membantumu membersihkan semua sayuran dan buah. Kau hanya tinggal mengelolanya saja Ok." Tunjuk Ella ke arah sayuran dan buah yang sudah bersih di atas meja dapur.

"Jason, sudah kubilang aku saja yang membawa Hercules jalan, kau duduk saja disana dan nikmati hari tuamu." Ucap Ella kesal, "Apa Kau ingin mengambil jatah PENSIUNKU? ELLA!!"

"Alvin... senang melihatmu , apa ada yang bisa kubantu?" Tanya Ella bersemangat, Alvin hanya melirik dengan curiga.

Belinda dan Laras menatap Ella dari jendela dapur yang letaknya berhadapan dengan halaman belakang.

Menatap Ella yang terlalu bersemangat membantu Jason di kebun bunga milik keluarga Huxley.

"Ada apa dengannya?" tanya Belinda, mulai menata sayurannya ke dalam kulkas.

"Entahlah, hari ini dia bangun sangat pagi. Padahal ini hari libur, bahkan dia sudah mulai merapikan dan membereskan semuanya." Ucap Laras yang juga bingung.

Belinda meletakkan sekeranjang apel disampingnya, kembali menatap Laras dengan kesal.

"Kau ini ibunya, tapi kau kurang peka." Ucap Belinda,

"Apa?"

"Kudengar dari Jason, semalam ia pergi dengan teman prianya. Dan itu pertama kalinya. Apa dia tidak mengatakan sesuatu?" Tanya Belinda. Dan Laras hanya menggelengkan kepalanya, masih sambil memegang secangkir teh yang Ella buat untuknya.

"Pasti terjadi sesuatu, anak itu selalu begitu bukan?" Belinda membalikkan badannya, dan masih sibuk memilih sayuran apa yang harus ia buat untuk keluarga Huxley.

"Selalu menutupi masalahnya, dengan semua semangat dan keceriannya." Belinda melanjutkan ucapannya.

Laras kembali melihat Ella di kebun bungan bersama Jason.

"Oh ya Laras, kau pasti ingat kan besok ulang tahun Tuan Edward. Untungnya Bobby besok sudah masuk, katanya ada kolega penting yang akan datang." Ucap Belinda.

Ella duduk dengan meluruskan kakinya, memandang beberapa bunga yang sudah mulai tumbuh. Ia pun puas dengan hasil pekerjaannya hari ini.

Jason pun duduk di kursi kecilnya, ikut menatap kebun bunga yang indah.

"Jadi kau tidak mau bercerita? Bagaimana kencan pertamamu?" Tanya Jason.

"Apa? Oh soal kemarin, itu bukanlah sebuah kencan Jason." Ucap Ella tegas, dan kembali ia merasakan kesal mengingat kejadiannya dengan George.

"Ella, apa kau lupa besok ulang tahun Tuan Edward. Biasanya kau akan menanyakan kepadaku, hadiah apa yang bagus untuk tuan Edward." Ucap Jason kembali.

"Justru karena itu Jason, justru karena aku ingat besok ulang tahunnya." Ucap Ella dengan lirih.

"Tuan Edward, selamat ulang tahun yang ke-11." Ucap Ella kecil memberikan sepasang kaos kasi dengan gambar seekor kelinci. Edward hanya memandang diam, dan tidak suka.

"Tuan Edward, selamat ulang tahun yang ke-12." Ucap Ella kecil memberikan sebuah kue ulang tahun buatannya. Walaupun dekorasinya yang berantakan. "Aku akan membuangnya!" Ucap Edward.

"Tuan Edward, selamat ulang tahun yang ke-13." Ucap Ella kecil memberikan sepasang sarung tangan berwarna hijau. Edward hanya menyentuh dengan ujung jarinya, kemudian meninggalkannya di meja kamarnya.

Setiap tahun, Ella selalu memberikan kado ulang tahun kepada Edward. Walau ia tau, Edward Huxley tidak pernah menyukai pemberiannya.

Ulang tahun terakhirnya, ia memberikan Edward sebuah miniatur patung kuda berwarna hitam, dan mengatakan bahwa patung kuda itu adalah Hercules.

Tapi Edward Huxley selalu bersikap sama, sombing dan dingin.

"Pagi Mrs. Huxley, pagi Nona Clarissa." Sapa Ella sopan.

"Pagi Ella, kulihat kau sudah berolahraga pagi ini ya." Ucap Mrs. Huxley melihat Ella yang sudah bekeringat dan bajunya yang sudah penuh dengan noda tanah.

Ella baru saja tiba di pintu depan sambil membawa tumpukan pupuk.

"Hanya sedikit meluangkan waktu untuk melakukan hobbi bersama Jason, Mrs. Huxley." Ella berusaha merendah.

"Ibu, apa benar besok keluarga Smith akan datang?" Tanya Clarissa tidak peduli dengan Ella yang menyapanya.

"Benar sekali sayang." Ucap Mrs. Huxley. "Mmm aku harus memilih baju yang bagus." Ucap Clarissa serius.

"Aku dengar, putri mereka juga akan datang. Abigail?" Tanya Clarissa kembali.

Mrs. Huxley hanya mengangguk, dan mobil limo hitam sudah tiba di hadapan mereka.

Ella meletakkan pupuknya, dan dengan cepat membukakan pintu mobil untuk mereka berdua.

"Selamat bersenang-senang." Ucap Ella dengan riang, walau dia tau Mrs. Huxley dan Clarissa tidak akan mendengarnya.

Ella sudah melihat mobil Limo itu mejauh dan meninggalkan mansion. Ella kembali menatap pupuknya, yang akan ia pindahkan ke bagian belakang rumah.

Baru saja ia menunduk untuk mengambil pupuknya, ia sudah melihat sepasang kaki lengkap dengan sepatu hitam yang mengkilat.

Ella pun mendongak, dan melihat Edward Huxley sudah ada di depannya. Seketika ia langsung mengingat kejadiannya bersama Edward semalam.

Edward pun ikut diam dan memandang Ella, Ella bahkan langsung menggigit bibirnya sendiri dengan bingung.

Ella bisa merasakan detak jantungnya berdetak dengan cepat.

"Pagi Tuan Edward." Sapa Ella dengan canggung.

Edward mengangkat tangan kanannya, membuka telapak tangannya seperti ingin menyentuh wajah Ella dan ingin sekaki menyeka noda tanah yang menempel di wajah Ella.

"Edward ayo kita bergegas." Mr. Huxley sudah muncul dari belakang Edward dengan tiba-tiba.

"Pagi Mr. Huxley." Ella langsung memberi hormat dengan canggung. Mr.Huxley pun ikut terkejut melihat Ella.

"Pagi Ella." Jawab Mr. Huxley dengan memberikan senyuman.

Limo hitam pun sudah muncul di depan mereka, lagi-lagi Ella melakukan hal yang sama. Ia pun membantu membukakan pintu untuk pria yang ada di depannya.

"Terimakasih Ella." Ucap sang supir, karena Ella membantu pekerjaannya.

Ella masih berdiri di samping mobil, dan Edward melewati dirinya dan masuk kedalam mobil tanpa melihatnya sedetikpun.

Ada perasaan kecewa yang ia rasakan, saat Edward yang cuek dengan dirinya. Seharusnya Ella sudah terbiasa dengan sikap Edward Huxley, tapi kali ini berbeda.

***

Sore itu Ella sudah merapikan dirinya, ia baru saja ingin mengunjungi Hercules. Tapi berpaspasan dengan Alvin yang langsung memanggilnya. "Ella.."

"Ya Alvin,"

"Bisa kau bantu aku? Floretta hari ini sakit. Ruang Anggar belum kubersihkan, laras ibumu sedang membersihkan area kolam renang, Helen masih sibuk dengan semua taplak dan gordennya. Dan Aku harus masih mengecek beberapa daftar bingkisan, hidangan penutup, dekorasi.."

"Alvin cukup... OK, aku akan membantumu." Ella langsung memotong ucapan Alvin dan meninggalkannya.

"Tumben sekali, dia tidak meminta double pembayaran?" Gumam Alvin.

Ella sudah mengambil beberapa lap khusus dan pembersih khusus. Mulai merapikan dari rak senjata, membersihkan lantai tanding, dan peralatan lainnya.

Sekitar satu jam ia bisa membersihkan ruangan itu sendiri.

Ia melirik ke arah rak senjata dan memandang salah satu senjata favoritnya, Ella mengambil salah satunya.

Ia mulai memainkannya dengan beberapa gerakan yang ia pelajari.

"Dasar, kau pikir kau pria paling tampan?" Ella mulai mengumpat kesal dan membayangkan wajah Edward, sesekali ia membersihkan senjata itu dengan lap khusus yang ia bawa.

"Seenaknya saja menggoda!! Lalu setelahnya, kau akan bersama dengan wanita lain??!" Ella semakin kesal.

ia mulai beralih ke pedang berikutnya, dan mulai memainkannya lagi.

"Kau pikir aku akan mudah langsung jatuh ke pelukanmu, Hhh kau pikir kau siapa??" Ucap Ella, kali ini ia kembali memainkan pedangnya. Mengarahkan dengan lincah, seakan-akan ada musuh yang bertarung dan menantang di hadapannya.

"Rasakan dulu pedangku, baru kau boleh menciumku." Ucap Ella kesal, kali ini ia mengambil gerakan menghindari pedang lawan dan memutar badannya.

Edward Huxley, sedang berdiri menatapnya dengan tajam di pintu masuk ruang Anggar. Ella langsung menurunkan pedangnya, yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.

"Tuan EDWARD??" Ucap Ella terkejut, ia bisa melihat Edward yang masih mengenakan pakaian yang sama.

Ella pun menelan ludahnya sendiri.

"Kenapa anda ada disini tuan?" Tanya Ella lagi takut.

Edward berjalan mendekat, "ini rumahku, kenapa? Apa aku tidak boleh ada disini?" Ucap Edward, tapi sebenarnya Edward sendiri yang menanyakan kepada Alvin dimana Ella berada, ketika ia baru saja pulang bersama ayahnya.

(Aduhh... apa dia mendengar semuanya ya.. wajah Ella semakin panik)

"Harusnya aku yang bertanya, kau sedang kesal dengan siapa? Aku bisa mendengar jelas semua umpatanmu Ella?" Edward sudah berada dekat dengannya.

"Maaf tuan Edward, tugas saya sudah selesai. Saya akan kembali..." Ucap Ella langsung membalikkan badan. Tapi Edward Huxley langsung menghadang jalannha, membuat Ella langsung menatap dengan kaget dan bingung.

"Tuan Edward, tolong berikan saya jalan."

"Kenapa Ella, kenapa kau seperti menghindar?" Tanya Edward.

"Maaf tuan, saya hanya ingin menyelesaikan tugas saya. Saya yakin Jason...."

"Ella, apa karena semalam? Jelas sekali kau membalas ciumanku semalam." Edward mengambil pedang yang Ella pegang, dan melempar ke sampingnya.

"Tuan? Saya yakin semalam sebuah kesalahan. Maafkan saya..." Ella berdalih, dan Edward memandang kesal Ella.

Edward memegang kedua bahu Ella dengan erat. Mereka saling menatap dalam diam.

Ella menatap dengan ngeri dan takut, "Tuan?" Ucap Ella.

Mata Edward bergerak-gerak memandang wajah Ella yang sudah membuat tidurnya tidak nyenyak belakangan ini.

"Kenapa Ella, kau menolakku?" Tanya Edward dengan nada angkuh dan wajahnya yang sangar.

"Saya hanya tidak ingin anda mempermainkan perasaan saya." Jawab Ella.

Edward langsung mengendurkan pegangannya. Ella menarik nafasnya, ia pun mulai melangkahkan kakinya dan ingin meninggalkan Edward dengan cepat. Dan kembali, Edward menarik lengan Ella.

"Jangan pergi, kau bahkan belum menjawab pertanyaanku." Ucap Edward. "Kau menolakku Ella?"

Edward mendorong tubuh Ella, menyudutkannya ke sisi dinding. Tangannya mulai membentuk benteng, sehingga Ella pun seperti terkurung dalam benteng tangan Edward.

"TUAN EDWARD!!" Teriak Ella dengan kesal,

Edward langsung mencium paksa Ella dengan kasar, Ella tidak merasakan adanya kelembutan dalam ciuman Edward yang menggila.

Ella benar-benar tidak menyukai sikap Edward. Dan ia pun mendorong keras Edward, yang langsung terpental dan jatuh.

"Edward Huxley!! Jangan anda pikir saya sama dengan wanita-wanita yang pernah anda temui, atau bahkan anda tiduri. Saya memang tidak sekaya atau setenar anda, dan saya memang seorang pelayan. Tapi saya masih punya harga diri." Ella sudah sangat kesal, untuk pertama kalinya ia menyebut nama majikannya tanpa embel-embel tuan.

"Saya harap anda bisa bersikap layaknya seorang pria bermartabat." Ucap Ella langsung membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Edward.

"Hhh... Ella Amber, kita lihat berapa lama kau akan membohongi perasaanmu."

-----------

"Arrgghhhh.... aku benar-benar ingin membunuhnya..." Ucap Ella kesal, dan menatap Hercules yang sudah ia ajak keluar kandang. Hercules hanya meringkik.

"Kau tau Hercules, Edward Huxley tidak pernah serius dengan satu orang wanita pun. Dan sekarang dia pikir, karena aku pelayan aku bisa dibodohi begitu saja."

Ella sudah hampir satu jam mencurahkan semua perasaannya pada Hercules.

Pikirannya benar-benar sedang kacau, emosinya sedang meluap-luap tidak jelas.

Ia pun tidak lama bermain dengan Hercules, dengan segera memasukkan Hercules ke kandangnya kembali. Dan kembali ia melamun tidak jelas.

avataravatar
Next chapter