3 Bekerja Keras

Ella menikmati tidur siangnya di atas pohon, angin yang tertiup menghempaskan beberapa helaian rambutnya yang terlepas dari kepangannya.

"Ella, apa kau sudah mempersiapkan kuda milik Tuan Edrwad?" Seorang pria paruh baya, meneriakinya dari bawah pohon.

"Hari ini bukan jadwalnya, Jason. Setauku lusa." Ella memberikan penjelasannya, "Apa kau tadi tidak mendengar Alvin, tuan muda ingin berkuda sekarang. Cepat turun, sekarang. Ingat kau disini untuk bekerja bukan untuk tidur." Ucap Jason kesal.

Ella mengambil buku pelajarannya yang ia letakkan di atas wajahnya, untuk menghalangi sinar matahari. Mata bulatnya mulai melirik ke arah Jason yang masih menatap dengan kesal, Ella meloncat dengan lincah tanpa gagal.

Jason sedikit takjub, tapi dengan cepat ia menutupinya di hadapan Ella. Gadis cilik itu sudah tumbuh dengan dewasa, saat ini usianya menginjak delapan belas tahun. Ella pun bekerja paruh waktu di keluarga Huxley, seusai sekolah. Membantu Jason mengurus kebun dan beberapa kuda milik keluarga Huxley.

"Dengan lompatan seperti itu, harusnya kau menjadi pemain sirkus. Ketimbang bekerja disini." Sindir Jason, Ella pun mengambil tali tambang dan sekop yang ia letakkan di sisi pohon.

"Kau iri bukan Jason, karena kau akan segera pesiun. Dan aku akan menggantikan tempatmu." Ella sudah dengan sigap meletakkan tambang di bahunya, dan membawa sekop yang cukup berat yang ia senderkan di punggungnya.

"Ayo Hercules, kemari. Hai tampan apa kabarmu?" Ucap Ella mengelus kuda hitam besar yang gagah, ia pun mengelus rambut kuda tersebut dengan pelan. Hercules sedikit mendekatkan mulutnya ke arah wajah Ella, kuda itu sangat jinak dengannya.

"Sekarang saatnya bermain, OK. Apa kau siap?" Tanya Ella memandang mata hitam sang kuda. Kuda itu sedikit meringkik, sangat senang bisa keluar dari kandangnya.

Edward Huxley, pria tampan berusia duapuluh satu tahun. Sedang duduk santai menikmati jus apelnya, Edward sudah siap memakai semua peralatan kudanya. Wajahnya lebih sangar dari biasanya, entah apa yang membuatnya kesal.

"Selama siang, tuan." Ella tidak pernah berani menatap langsung majikannya, ia selalu menunduk sopan. Ella masih mengingat sekali pertemuan pertamanya dengan majikannya, dan itu tidak meninggalkan kesan yang bagus.

Tapi untuk urusan berkuda, Edward mempercayakan kuda-kuda kesayangannya kepada Ella agar dirawat dengan baik. Dan Edward, selalu menyuruh Ella untuk selalu siap menemaninya berkuda. Agar dia tidak repot-repot berteriak untuk memanggilnya.

"Hercules, sudah siap tuan." Ucap Ella kembali.

"Tampaknya kau benar-benar merawatnya dengan baik." Puji Edward, walalupun masih terdengar angkuh. Edward pun menatap Hercules, menepuknya dengan perlahan seolah-olah ia juga memberikan pujian kepada Hercules.

Edward mulai menaiki kudanya, Keluarga Huxley memiliki lahan belakang yang luas. Letaknya agak sedikit berjauhan dengan mansion mewah mereka.

Ella masih menatap takjub Hercules, tapi ia tidak berani menatap majikannya.

Baginya Edward, layaknya seorang yang tidak boleh disentuh. Edward memiliki, temperamen yang tidak mudah diatur.

Pernah sekali Ella, salah merawat kuda-kuda kesayangannya. Edward menghukumnya untuk tidur di kandang jerami selama semalam, pernah juga Edward memotong gaji Ella hanya karena dia tidak sengaja bertabrakan dengannya, dan masih banyak lagi hukuman yang pernah ia terima.

Dibalik wajahnya yang tampan, Edward sebenarnya adalah seorang mosnter yang menakutkan. Orang yang angkuh, sangat egois, dan tidak memiliki perasaan.

Wanita muda cantik dan tinggi dengan rambut pirangnya, tiba-tiba muncul. Ikut memandang Edward yang masih berkuda. "Siang Nona Rose." Sapa Ella sopan, memandang kekasih Edward yang seperti seorang model.

"Siang Ella, apa sudah lama Edward berkuda?" Tanya Rose, Ella memperhatikan Rose menggunakan pakaian yang cukup terbuka di bagian dadanya, dengan celana yang terlalu ketat menurut Ella.

"Hampir satu jam tuan berkuda." Jawab Ella.

Edward sadar dengan kehadiran kekasihnya, ia pun memelankan langkah kuda dan menghampiri Rose yang tersenyum menggoda ke arahnya.

Edward turun dari kudanya, seperti biasa Ella sudah siap memberikan sebotol air mineral.

"Silahkan tuan." Ucap Ella menyodorkan botol minum, Edward dengan cepat mengambil tanpa melihat wajah Ella.

"Sayang, aku dengar ada yang membuatmu kesal hari ini?" tanya Rose dengan membusungkan dadanya. Ella langsung menyambar tali kekang yang diberikan oleh Edward.

"Kau tau soal itu?" Tanya Edward tidak percaya, Rose menyentuh pipi Edward dengan kedua tangannya. Pandangannya masih menggoda Edward yang masih berkeringat,

"Jangan terlalu kesal OK, kan ada aku disini. Bagaimana kalau kita sedikit berpesta." Ucap Rose menggoda dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Edward.

"Hmm.. Kau memang benar-benar tau bagaimana membuatku senang bukan?" Ucap Edward.

"Aku dengar kedua orang tuamu sedang bepergian ke luar kota. Bukankah waktunya sangat tepat?" Rose kembali menggoda, dan mengecup sekali ke arah bibir Edward.

Edward hanya menyeringai lebar, ia pun sudah mulai terpancing dengan godaan Rose. Dengan cepat ia membalas ciuman Rose, dan mereka sudah mulai asik bergerumul dalam ciuman mereka.

Ella pelan-pelan langsung berjalan mundur, meninggalkan majikan dan kekasihnya yang masih asik dan sibuk dengan kemesraan mereka.

Hercules sudah ia kembalikan ke kandangnya.

"Oh... Edward bagaimana kalau kita berpesta?" Ella mencoba menirukan suara dan gaya Rose.

"Oh... , Kau memang benar-benar tau bagaimana membuatku senang bukan." Kali ini Ella menirukan suara Edward.

Hercules meringkik melihat Ella, "Itu terlihat lucu bukan." Ucap Ella.

"Ayo kita bertaruh, berapa lama Rose akan bertahan?" Ella menatap Hercules, "Satu bulan, lihat saja. Bulan depan tuan akan menggandeng wanita baru lagi."

"Kau ingat terakhir Martha, bahkan ia hanya bertahan dua minggu. Mungkin karena dadanya yang tidak sebesar Rose." Ella tertawa geli mendengar ucapannya. Hercules kembali meringkik, seakan mengiyakan pernyataan Ella.

"Kalau aku? aku hanya ingin seorang pangeran tampan yang mencintaiku apa adanya. Seperti dongeng Cinderella."

"Kau tau Hercules, nama belakangnya mirip dengan ku bukan?" Ella tersenyum puas. Menyenderkan dirinya di sisi kandang, menatap kaosnya yang sudah mulai kotor dengan tanah.

"Hhh?? Tapi mana ada pangeran tampan yang mau denganku. Lihat aku, menyedihkan bukan." Ucap Ella menatap Hercules, yang kembali meringkik pelan.

"Setidaknya, aku ingin membuat ibuku bahagia terlebih dahulu." Ella kembali menatap Hercules.

avataravatar
Next chapter