62 Bayangan Hitam Pengantin

Bulan demi bulan berlalu. 

Alfred bersungguh-sungguh menunjukkan kesetiannya kepada Ella. Laki-laki itu mematahkan semua ucapan Alan Smith, bahwa ia tidak pernah berniat untuk melukai Ella.

Ya, Alfred sudah mengetahui dari Ella siapa Alan Smith. 

Seorang ayah yang tidak pernah Ella harapkan. Tapi Alfred pun tidak pernah keberatan dengan latar belakang Ella yang berliku-liku.

Ella sudah disibukkan dengan pekerjaannya. Jadwal yang diberikan Nancy sungguh padat, pekerjaannya sebagai model sudah menyita waktu dan perhatiannya.

Ella masih berkomunikasih dengan sahabatnya Calvin dan Luna, dan anehnya dua orang tersebut tidak pernah berpacaran sama sekali. Walaupun Calvin tahu bagaimana perasaan Luna kepada dirinya.

"Jadi Ella? Kapan kau libur? Sudah lama sekali kita tidak bertemu?" Suara Calvin begitu bersemangat saat menanyakan kabarnya, bahkan Ella harus sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Kau sudah menerima undangannya?" Tanya Ella.

"Apa? Undangan? Undangan apa yang kau maksud, Ella?" Tanya Calvin bingung.

"Mmm... mungkin nanti kalau kau sudah menerima undangannya, itu adalah waktu yang tepat untuk kita berkumpul. Aku sudah mengirimnya kemarin, harusnya kau bisa menerimanya hari ini."

"Tunggu, Ella? Apa yang kau maksud adalah undangan pernikahan?" Tanya Calvin lagi.

"Mmm.... ya... Setelah meyakinkan Nancy bahwa aku tidak akan merusak kontrak kerjaku. Dan meyakinkan bahwa aku tidak akan langsung memiliki anak. Dia pun memberikan ijin untukku menikah."

"Tunggu... Nancy? Kau meminta ijin pada wanita itu, memang dia ibumu, Ella? Bagaimana bisa kau meminta ijin padanya, tapi kau tidak memberitahuku terlebih dahulu!" Calvin tampak kesal.

"Kenapa aku harus meminta ijinmu, Calvin?" Tanya Ella bingung dan sedikit menertawakan pernyataan Calvin yang aneh menurutnya. 

Calvin tidak langsung menjawab pertanyaan Ella, jelas sekali dia sedang terdiam dan memikirkan perkataan apa yang harus ia ucapkan.

"Karena aku sahabatmu, Ella! Kau harusnya memberitahuku, bukan!" jawab Calvin lugas.

"Bukankah aku sedang memberitahumu, Calvin! Dan ada apa sih dengan kau? Apa kau mabuk?" 

Usai perdebatannya dengan Calvin, Ella memulai sesi pemotretannya yang cukup panjang. Memang sebuah keputusan berat, bahkan Alan Smith berkali-kali menentang keputusannya. Dan Ella tetap pada pendiriannya.

Hubungan Ella dan Alan Smith, tidak bisa dibilang semakin memburuk. Tapi tidak dibilang semakin membaik juga. Ella hanya sedikit berusaha untuk memaafkan sikap Alan selama ini. Ella berusaha untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi pada dirinya selama ini.

"Jadi, Ella? Apa kau bercanda, kau akan cuti selama satu minggu?" Teriak Nancy memegangi surat pengajuan cuti Ella, tatapannya penuh ketidaksukaan akan pengajuan cuti Ella.

"Nancy..! Ayolah, kau sudah menyetujuinya bukan? Kau sendiri yang mengatakan padaku, jika aku boleh menikah." Jawab Ella dengan sebuah senyuman percaya diri.

"Oh... Ella." Nancy berdiri dari kursi kerjanya, berdiri berhadapan dengan Ella. 

Ruang kantor Nancy sedikit lebih rapi. Setidaknya tidak terlalu penuh dengan banyaknya patung manekin yang biasa ia jajarkan dengan banyak.

"Ella, kau masih terlalu muda. Karirmu masih sangat panjang, kau masih memiliki masa depan yang cerah." Ucap Nancy dengan gaya bicara yang berlebihan.

"Maksudmu, Nancy?"

"Menikah, hanya akan membatasi gerakmu. Kau akan bertemunya setiap hari, tidak bahkan setiap saat kau akan melihat wajah pria itu. Belum lagi dengan segala proses adaptasi yang harus kalian lakukan. Apa kau yakin bisa menjalani kehidupan seperti itu, Ella?"

"Itu sebabnya kau masih melajang, Nancy? Di usiamu yang sudah tidak terbilang muda ini? Apa karena pemikiranmu yang terlalu sempit, sehingga kau takut dengan suatu hubungan yang serius?" Sindir Ella.

"Ha? Hahahaha... Terserah saja kau Ella. Aku sudah memperingatimu, dan jangan sampai kau menyesalinya nanti dikemudian hari," balas Nancy dengan ketus.

Ella membalikkan badannya, tersenyum puas karena Nancy sudah menerima formulir cutinya. 

"Dan Ella.." Panggil Nancy kembali.

"Ya.."

"Aku sudah mempersiapkan gaun untukmu, anggap saja itu hadiah dariku. Dan berhentilah tersenyum seperti itu!" ucap Nancy dengan malu-malu.

***

"Bagaimana denganmu? Apa kau sudah mengajukan cutimu, Dokter Alfred Lewis?" Tanya Ella menggoda. Tangan kanannya sedang memegangi ponsel, dan tangan kirinya sedang sibuk mengepaki beberapa barang pribadi milik Ella. 

"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah mengurus semuanya. Apa kau sudah melihat rumahnya? Apa kau suka, Ella?" Tanya Alfred.

"Ku akui, itu terlalu besar. Bahkan untuk kita berdua, tapi apa kau yakin kita akan pindah kesana setelah menikah nanti?"

"Bukankah kau ingin sesuatu yang lebih privasi? Dimana lagi kau bisa temukan mansion besar, di tengah kota London. Dengan taman yang luas dan pemandangan indah." Ucap Alfred dengan bangga.

"Tapi apa kau yakin tidak akan apa-apa? Maksudku bukankah itu rumah keluargamu Alfred, dan bagaimana dengan adikmu?" Tanya Ella ragu.

"Kau sudah melihatnya bukan, tempat itu sangat cocok dengan keinginan kita berdua. Dan mengenai John, kau tenang saja aku sudah memberikan pengertian kepadanya. Dia akan segera kembali dari Los Angeles. Dan dia sama sekali tidak berkeberatan jika kita tinggal disana nantinya."

"Yah... sepertinya ini hanya kekhawatiranku saja. Aku hanya menginginkan sebuah perayaan kecil dan sederhana, dan... ternyata kau pun suka dengan ideku. Aku memang menyukai aman belakangmu, dan taman itu benar-benar sangat bagus," puji Ella.

"Baiklah, berarti kau tidak perlu khawatir lagi bukan? Tidurlah dengan cepat, dan jangan lupa untuk memimpikan aku." Goda Alfred dengan sengaja.

Ella menutup ponselnya, katakan saja dia sedang di mabuk asmara. Sebut saja ia wanita yang dengan mudah melupakan seseorang. Tapi kenyataannya Ella hanya senang, bahwa masih ada orang yang mencintainya dan perlahan ia bisa membalas perasaan Alfred Lewis.

***

Menjelang pernikahan mereka, Ella dan Alfred semakin disibukkan dengan pekerjaan  masing-masing.

Ella membuat daftar teman-teman yang harus ia undang, termasuk dengan teman-teman sebelumnya di Fogue. Termasuk dengan Doris, walau ia tahu wanita itu mungkin saja tidak akan datang.

Ella memang merencanakan sebuah perayaan kecil, dia tidak mendambakan sebuah pernikahan megah. Karena dia memang bukan tipikal orang seperti itu, ia hanya bisa berharap bahwa telah menemukan tambatan hatinya pada pangeran yang selama ini ia cari.

Calvin dan Luna seringkali datang ke apartemen Ella, membantunya untuk mempersiapkan segala sesuatu menjelang hari pernikahan mereka. Daftar makanan, bunga, daftar minuman, dan masih banyak lagi.

Nancy benar-benar membuatkan setelan gaun dan jas sebagai hadiah pernikahan Ella. Tatapan takjub Ella berikan pada gaun pengantin yang berada di hadapannya saat itu. 

"Bagus bukan?" Ucap Lucy melihat gaun Ella yang berdiri kokoh pada sebuah patung hitam.

  Lucy yang sudah merapikan diri ikut membayangkan gaun itu pada tubuhnya. Ella yang sedang duduk mendongak menatap Lucy dan Liu.

"Ella, ini hari terakhir kau melajang. Apa kau tidak ingin mengadakan pesta lajangmu?" Ucap Liu dengan menggoda.

"Kau akan menyesal, jika tidak melihat pria tampan lainnya di luar sana," goda Liu lagi.

"Aku pikir tidak, Liu. Terimakasih. Aku tidak mau terlihat mabuk pada hari yang amat penting." Tolak Ella halus. Liu langsung saja memeluk Ella, sedangkan Lucy terperanjat bingung.

"Kau sungguh beruntung Ella, aku bahkan selalu putus dengan kekasihku dalam tiga minggu. Semoga kau selalu berbahagia." Ucap Liu kembali.

"Pastikan besok kalian datang, OK. Dan jangan terlalu banyak minum malam ini." Ucap Ella, Nancy pun mengacungkan jempolnya dan berjalan meninggalkan Ella dalam ruangan tersebut.

"Hhh... Fiuh... Ella.. Apakah benar ini akhir ceritamu. Seorang Putri yang menemukan pangerannya dan hidup dengan bahagia selamanya?" Ucap Ella pada dirinya sendiri dan kembali melamun. 

Suara dering ponsel terdengar nyaring, dan Ella langsung mengangkat telponnya ketika melihat nama Luna.

"Ahh Luna? Maafkan aku," ucap Ella merasa bersalah.

"Ella apa kau lupa? Kalau kami akan datang malam ini ke tempatmu. Dan kau masih berada di tempat kerjamu Ella?" Ucap Luna Kesal.

"Tunggu aku sepuluh menit lagi, OK. Aku akan segera datang, dan bukankah kau datang bersama Calvin?"

"Yeahh... Dia berada disampingku," jawab Luna.

"Bilang aku sangat kesal padanya, karena sudah menunggunya dua jam disini." Bisik Calvin pada Luna, tapi bisikannya terlalu kencang hingga Ella pun bisa mendengar dengan jelas.

"Ahhh... anak itu. Apa dia sedang mencoba untuk bersikap konyol?" sahut Ella.

***

Ella, Calvin dan Luna sudah tiba pagi sekali di sebuah mansion besar milik keluarga Lewis, bahkan matahari pun belum benar-benar terbit ketika mereka tiba di kediaman tersebut.

Para pelayan rumah tangga dari Keluarga Lewis sudah menyambut mereka bertiga, Ella diarahkan pada sebuah kamar yang sangat luas.

"Silahkan Mrs. Lewis." Seorang pelayan wanita menghampiri, "Mr. Alfred berpesan agar anda bisa menggunakan kamar ini." Ucap pelayan wanita tersebut.

"Terimaksih, Beatrix," jawab Ella dengan senyum simpulnya. 

"Apa anda membutuhkan bantuan saya untuk menyiapkan gaun anda?" Tanya Beatrix dengan sopan. 

Ella pun melihat ke arah Luna, "Tidak perlu, temanku yang akan membantuku."

"Wah... wah... Ella. Belum apa-apa kau sudah dipanggil sebagai Nyonya Lewis." Sindir Luna, dan memandang takjub kamar Ella.

"Lihat betapa luasnya kamar ini, ini tempat dimana kau akan menghabiskan malammu dengan Alfred."

Calvin langsung saja terbatuk mendengarnya, dan wajahnya memerah karena ia benar-benar tersedak dengan air liurnya sendiri. Luna hanya memandangi dengan curiga.

"Kau tidak apa-apa, Calvin?" Tanya Ella khawatir. Calvin merentangkan tangan kanannya dan berharap Ella tidak bergerak mendekati dirinya. Ella pun berhenti melangkah.

"Ahh... Lebih baik aku keluar dan bersiap-siap. Bulu kudukku menjadi merinding mendengar obrolan kalian yang terlalu... sebut saja intim." Ucap Calvin dan benar saja ia langsung berjalan kearah luar kamar.

"Ada apa dengannya, semenjak kemarin dia menjadi aneh?" Gumam Ella bingung.

"Hmm... kadang aku berpikir, kalau Calvin sebenarnya menyukaimu, Ella. Mungkin itu sebabnya dia tidak pernah membalas cintaku."

Ucap Luna memperhatikan pintu kamar Ella, membayangkan Calvin yang beberapa saat yang lalu masih berdiri disana.

Ella pun ikut tersedak dan kaget dengan pemikiran Luna. "Apa kau sudah tidak waras Luna, Calvin? Suka denganku? Hah...hah.... Kau benar-benar sudah sinting." Jawab Ella.

"Apa aku perlu melakukan riset dan penelitian dulu, agar kau percaya padaku?" Ucap Luna dengan polos. Ella pun tersenyum lebar kearah Luna.

"Luna apa kau lupa, hari ini adalah hari pernikahanku. Apa kita bisa fokus pada penampilanku hari ini?"

"Ahh... ya.. kau benar. Baiklah... kita bisa memulai sekarang."

***

Alfred benar-benar terlihat gagah dengan setelan jas hitamnya, rambutnya sudah ditata dengan rapi. Berdiri tegap di depan altar, memandangi Ella yang sudah bergandengan tangan dengan Calvin yang mengiringi langkahnya.

Alan Smith, tentunya tidak datang. Dan bahkan Ella tidak pelu repot-repot untuk mengundangnya, karena pria itu dengan tegas menentang pernikahan Ella.

Walaupun secara biologis Ella adalah putri kandungnya, tapi secara hukum Ella sudah tidak memiliki ayah. Jadi kehadiran Alan tidak akan menghambat pernikahannya hari itu.

Ella dengan gaun Chiffon putihnya yang panjang, dan mengikuti garis lekuk tubuh. Sebuah gaun indah tanpan lengan yang dan belahan dadanya yang dibuat sedikit menurun.

Rambut Ella disanggul dengan rapi, Luna menambahkan beberapa asesoris mutiara pada rambut Ella. Membuat penampilan Ella terlihat cantik dan berbeda.

Ella dan Calvin berjalan di atas karpet merah dengan perlahan, setidaknya ada sekitar lima puluh orang yang hadir pada saat itu.

Memang sebuah pernikahan yang sederhara, tapi hati Ella tetap berbunga-bunga.

Ella bisa melihat John- adik Alfred menatapnya tanpa ada sebuah senyuman yang ditampilkan, tapi ada seseorang yang sangat ia kenal berada di sebelah John.

Bahkan Calvin pun menyadarinya, kedua mata itu memandang sosok wanita yang mereka kenal.

"Kristy?" Ucap Ella dengan yakin, dan Calvin pun ikut mendengar ucapan Ella. 

Tentu saja kehadiran Kristy tidak menghentikan langkah mereka, Calvin tetap mengantarkan Ella sampai depan Altar. Dan Alfred pun langsung menyambut dengan sebuah senyum yang mempesona.

Kedua insan tersebut saling memandang dalam perasaan mereka yang berbunga-bunga, mereka duduk bersanding di depan mimbar buatan yang sengaja sudah disiapkan untuk acara hari itu.

Upacara pernikahan pun dimulai dan dipimpin oleh pendeta yang sudah memulai ritualnya.

Hari yang cerah dan matahari bersinar terang pagi hari itu, tapi suasananya cukup sejuk. Dan setelah proses yang cukup panjang Ella dan Alfred akhirnya resmi menikah.

Acara pun bergeser pada jamuan makanan dan minuman.

Ella dan Alfred menyapa tamu undangan mereka yang terus menerus memberikan ucapan selamat pada mereka.

Di kejauhan Kristy berjalan mendekati Ella, wajahnya tersenyum manis melihat Ella yang sedang berbahagia saat itu.

"Ella, selamat atas pernikahanmu." Ucap Kristy dengan canggung.

"Kristy, aku tidak menyangka kau akan datang. Setelah selama ini kau menghilang."

"Ella, apa kau baik-baik saja jika aku meninggalkanmu sebentar? Aku dan John akan menyapa kerabat kami disana," Alfred memotong pembicaraan dan menunjuk ke arah yang tidak jauh di depan mereka.

"Tentu saja, tidak apa-apa Alfred." Jawab Ella, dan Alfred langsung saja mengecup bibir Ella dengan cepat. Ella tampak malu dengan Alfred yang saat ini sudah tidak malu menciumnya di depan umum.

"Aku tahu ini terdengar aneh, dan mungkin kau tidak percaya. Tapi ayahku benar-benar mengambil alih semua komunikasiku, apalagi yang berhubungan dengan Calvin. Dan maaf Ella, aku pun tidak diijinkan untuk menghubungimu." Lanjut Kristy masih tampak canggung.

"Aku bertemu dengan John di LA, dia bercerita mengenai pernikahanmu dan Alfred. Dan aku benar-benar tidak tahan untuk segera bertemu denganmu Ella."

"Kristy, apa kau tahu bagaimana Calvin berjuang selama ini? Bagaimana dia sangat hancur dengan kepergianmu. Apa semua itu cukup untuk dijadikan alasan, agar kau bisa dibenarkan untuk bersikap seperti ini," Ella memandang sedih pada temannya.

"Semua ini memang salahku, Ella," Ucap Kristy putus asa.

"Mungkin ada baiknya jika kau menghampiri Calvin," tunjuk Ella ke arah Calvin yang sedang berbincang dengan Luna, Liu dan Lucy. Ella semakin melotot ke arah Kristy, 

"Baiklah..." ucap Kristy.

Alfred selesai berbincang dengan kerabatnya, tidak henti-hentinya ia selalu merangkul, memegangi tangan Ella dan mencium bibir istrinya dengan sangat sering.

Ella pun harus terbiasa dengan serangan Alfred yang tiba-tiba, dan sejujurnya dia sedikit canggung dengan sikap Alfred yang kelewat romantis.

Acara pernikahan yang cukup menguras tenaga akhirnya selesai pada sore itu, para tamu undangan mulai pergi satu persatu. Tersisa Luna, Calvin, Kristy dan John yang masih berada di kediaman rumah Lewis.

"Ella, apa kau butuh bantuanku untuk melepaskan gaunmu?" Luna menawarkan pertolongannya, dan Ella paham dengan situasi Luna saat ini. 

"Apa kau yakin ingin membantuku Luna?"

Luna mengangguk dengan cepat, dan Alfred pun berjalan mendekat ke arah Ella.

"Sepertinya aku juga harus mengganti pakaianku. Mmm.. tadinya aku berharap aku yang membantumu melepaskan gaunmu, Ella," ucap Alfred dengan menggoda.

Wajah Ella langsung memerah, "Alfred..!"

"Tapi melihat situasinya sekarang (Alfred melihat Luna, Calvin dan Khristy bergantian). Lebih baik jika aku bersama dengan adikku. Kita bertemu di kamar saja nanti, OK" Ucap Alfred masih menggoda Ella.

"Pengantin baru sudah sangat terburu-buru sekali." Sindir Luna memperhatikan Alfred yang sudah menghilang dengan adiknya John memasuki kediaman.

"Baiklah, bagaimana kalau aku membantumu memilihkan baju tidur yang cocok denganmu, Ella." Luna mulai menyeret langkah Ella ke arah kamar. Walaupun Ella tahu, Luna bersikap seperti itu hanya untuk menghindari Calvin dan Kristy.

***

Ella sudah rapi dengan gaun tidurnya, dan sudah melepas semua pernak pernik yang ia kenakan pada saat gaun pengantinnya masih menempel pada dirinya.

"Baiklah Ella, aku akan tinggalkan kau sekarang ini. Kau tahu Alfred menyediakan kamar untukku dan Calvin menginap malam ini," Ucap Luna dengan pelan, berbicara dari balik pintu.

Hanya kepalanya yang menyembul, dan sudah siap untuk menutup pintu.

"Kami tidak akan mengganggu malam pengantinmu," bisik Luna, dan setelahnya dia menutup pintu sebelum Ella sempat untuk membalas ucapan Luna.

"Fiuhh.... OK Ella, tarik napasmu, dan bersantailah, kau sudah menjadi Nyonya Lewis saat ini. Hmm..?" Ella menertawakan dirinya dan menatap jam dinding di kamar yang luas tersebut.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Entah mengapa Ella merasakan tangannya menjadi dingin, dan ada perasaan tidak enak yang ia rasakan saat ini.

Berkali-kali Ella menarik napasnya, dengan amat panjang. Menunggu Alfred yang akan tiba dari balik pintu tersebut, Ella berjalan ke arah jendela.

Langit malam itu sangat indah, Ella menarik kursi kecil dan ia dekatkan ke arah jendela besar yang menghadap langsung ke arah pemandangan malam.

Gaun tidur Ella terlalu tipis, tapi Ella ingin sekali merasakan suasana malam yang cerah dan melihat bintang-bintang yang mengerlip dengan indah.

Ella menarik selimutnya, dan ia tutupi di seluruh tubuhnya yang mungil.

Duduk di kursi tersebut, dan membuka satu sisi jendela. Udara malam langsung tercium, dan Ella merasa ada bau bunga yang ikut tercium.

Ella menempelkan kedua tangannya di sisi jendela, dan bertopang dagu memandang pemandangan malam yang indah.

"Hhh... hari yang sangat melelahkan," Gumamnya. Dia semakin merekatkan selimutnya.

  Angin malam yang bertiup membuat Ella menutup matanya untuk sebentar. Tapi ternyata kelelahan malam itu, membuatnya tertidur cukup lama.

***

Ella terbangun karena batuk yang menyerangnya dengan tiba-tiba. Membuka matanya, dan barulah ia sadar kalau ia terlalu lama berdiam diri di depan jendela yang terbuka.

Ella merentangkan kedua tangannya, merasa pegal pada area lengannya. Matanya melirik ke arah jam dinding. Langsung saja ia bangkit dan tidak percaya.

"Apa?! "

Jarum jam menunjukkan ke angka satu, Ella menatap kembali ke arah jendela dan melihat pemandangan malam.

Berarti ia sudah tertidur hingga tiga jam lamanya, Ella menatap ke arah sekelilingnya dan tidak melihat kehadiran Alfred berada dalam kamarnya.

Sungguh aneh baginya, Apakah Alfred tidak tahu dimana kamar Ella saat ini. Ella mengambil jaket cokelatnya yang ia letakkan di meja rias sebelumnya. Menutupi tubuhnya dari gaun tidurnya yang tipis.

Ella berjalan ke arah luar kamar, suasana mansion tampak sepi dan sunyi. Semua orang tampaknya sudah tertidur dengan lelap, Ella mulai berjalan ke arah ruang keluarga, ruang belajar, ruang tamu dan ruangan lainnya yang bisa ia temukan.

Akan tetapi ia tidak bisa menemukan kehadiran Alfred, dan ia sudah mengitari mansion tersebut selama setengah jam. Ella pun memutuskan berjalan ke arah kamar Luna dan mengetuk pintu kamar dengan pelan.

Tidak ada respon, kembali Ella mengetuknya dengan keras dan suara yang ditimbulkan menjadi nyaring. Terdengar suara langkah yang mendekat, pintu pun perlahan terbuka. Wajah Kristy yang terlihat masih mengantuk, memperhatikan Ella yang berada di depannya.

"Kristy apa yang kau lakukan di kamar, Luna?" Tanya Ella.

"Aku tidak bisa pulang malam ini, dan Luna mau berbagi kamar denganku," jawab Kristy dengan menguap lebar. Tapi langsung saja matanya menjadi terbuka lebar, dan tersadar karena kehadiran Ella.

"Dan kau,Ella? APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN DISINI?" Tanta Kristy dengan lantang, bahkan Luna pun terbangun mendengar teriakan Kristy. Dia tergopoh-gopoh mendekat pada  keramaian di depan pintu kamar.

"Ada apa? Apa ini sudah pagi?" Tanya Luna dalam keadaan mengantuk dan bingung.

"Ella? Apa yang sedang kau lakukan disini? Ini kan malam pengantinmu?" Tanya Luna kembali.

"Aku tidak bisa menemukan Alfred, apa kalian tahu dimana dia sekarang?"

"Apa?"

Ucap Luna dan Kristy bersamaan.

***

Ella duduk di sofa panjang berwarna cokelat tua, Calvin tampak sedang berpikir. John hanya menatap dengan tatapan datar, sedangkan kristy dan Luna berada di samping Ella yang sedari tadi tidak berhenti menghubungi ponsel Alfred.

Sayangnya, sambungan mereka tidak bisa dilakukan. Karena ponsel Alfred tidak aktif, Ella semakin menggerakkan kakinya dan semakin berpikir bingung.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Beatrix kepala pelayan, menyiapkan teh hangat untuk mereka semua yang masih lelah dan terlihat bingung.

"Hei.. John! Apa Alfred tidak mengatakan apapun kepadamu? Bukankah kau yang terkahir kali bersamanya?" Tanya Calvin dengan frustasi.

"Tidak ada, setelah berbincang kecil, Alfred mengatakan akan berganti pakaian, dia pergi dari kamarku dan mengatakan bahwa dia akan menemuimu, Ella." Ucap John dengan suara yang datar.

"Ha..? Apa-apaan ini? Apa Alfred sedang diculik?!" Ucap Calvin asal saja. Luna langsung saja menendang kaki Calvin yang tidak jauh dari posisi duduknya. Dia melotot kesal padanya.

"Tenanglah Ella, aku yakin Alfred dalam keadaan yang baik-baik saja. Kita pun tidak bisa melaporkan kepada polisi, karena untuk melaporkan orang yang hilang harus menunggu hingga dua puluh empat jam," Luna memberikan penjelasan, dia mencoba untuk bisa menenangkan Ella.

"Tapi tetap saja, INI TIDAK BENAR!! Ini kan malam pertama mereka setelah menikah? Mengapa pria itu pergi begitu saja. Kalau seperti ini dia tampak seperti seorang pengecut!" Ucap Calvin kesal dan lantang.

"Jaga bicaramu, Calvin! Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Alfred, dimana keberadaannya pun tidak jelas!Jadi kau tidak boleh mengambil kesimpulan dengan cepat seperti itu." Hardik John membela kakaknya.

Ella masih saja diam, ucapan Calvin ada benarnya. Tapi apa benar Alfred sengaja melakukan ini kepadanya? 

Tapi ucapan John juga ada benarnya, saat ini Ella tidak tau apa yang sedang terjadi pada kondisi suaminya.

avataravatar
Next chapter