10 Alfred Lewis

"Ella?!!"

Khristy sudah kesal dan menutup paksa pintu loker milik Ella. Dan Ella hanya membalasnya dengan sebuah tatapan seram.

"Kau tidak membalas pesanku, bahkan kau tidak menjawab teleponku." Ucap Khristy kesal.

"Jadi apa yang terjadi? Bagaimana dengan kencanmu? Biar kutebak, tidak berjalan lancar bukan." Ucap Khristy kembali.

"Lihat kan, kau saja sudah memiliki jawabannya. Kenapa kau masih terus bertanya, aku sedang tidak ingin mengingatnya lagi." Ucap Ella kesal, dan mulai berjalan ke arah luar sekolah.

"Hai Ella, Babe ada apa? Apa aku mengganggu kalian?" Calvin tiba-tiba muncul, dan merangkul Khristy yang masih penasaran dengan Ella.

"Apa ini soal George? Ha... sudah kuduga. Bahkan hari ini dia tidak masuk. Jadi ada apa Ella?" Ucap Calvin menyeringai.

"Errgghhh... kalian ini benar-benar!!" Ella sudah melengos pergi ke arah luar sekolah, tapi Kristy dan Calvin masih terus mengekorinya.

"Apa ?!! apa kau serius dengan ucapanmu??" Akhirnya Kristy dan Calvin sudah mendapatkan cerita lengkap dari Ella, tapi tanpa bagian cerita Edward Huxley.

"Untung saja hanya sebuah ciuman yang kau berikan kepadanya, sudah kubilang bukan!! Dia tidak seperti yang dibayangkan." Ucap Kristy kesal.

"Kristy!! Itu ciuman pertamaku, dan ia berhasil mendapatkannya." Ella membela dirinya sendiri, kedua temannya masih saja menyalahkannya.

"Aku sudah coba memperingatkanmu, bukan maksudku lewat pacarku aku memperingatkanmu Ella." Calvin memperjelas pernyataan kekasihnya.

"Pantas saja hari ini dia tidak masuk. Apa dia takut?" Kristy mulai meminum air colanya dengan cepat.

Mereka bertiga sedang meluangkan waktu di taman sekolah, menikmati siang yang tidak begitu panas saat itu.

"Apa kau ingin aku memberikannya sedikit pelajarannya Ella? Katakan saja, bagian mana yang ingin kau patahkan?" Tanya Calvin dengan serius.

"Tidak Calvin, ingat kau baru saja selesai dengan detensimu. Dan jangan berbuat masalah lagi." Ella menekankan intonasinya.

"Hei itu karena lelaki itu menyatakan cinta pada kekasihku!" Balas Calvin.

"Dia hanya meminjam buku catatanku Calvin!! dan kau malah memberikan sebuah pukulan di wajahnya. Dan copot antingmu, kau tampak semakin brutal!" Kristy sudah dengan kesal dan mencopot paksa anting kecil yang berada di telinga kiri Calvin.

"Auuwww, itu sakit Kristy. Dan jelas sekali laki-laki aneh itu memang menggodamu." Calvin masih terus mengusap-ngusap telinganya.

"Bagaimana, aku bisa suka denganmu?? Aku rasa aku dikutuk." Kristy mengucapkan lebih kesal.

"Maaf Ella, apa aku mengganggumu?" Seorang pria berkacamata dengan rambut cokelat gelap dan sangat klimis tiba-tiba muncul.

Calvin dan Kristy sudah berhenti bertengkar, dan menatap pria kutu buku yang ada di hadapan mereka.

"Hai Ron, kurasa ini bukan grup belajarmu." Sindir Calvin dan Kristy langsung menyikut dan melotot ke arah pacarnya.

"Hai Calvin, aku rasa ini juga grup berandalan sepertimu." Ron balas menyindir.

"Kau!!" Calvin yang sudah ingin melayangkan pikulannya, langsung ditahan oleh Kristy.

"Calvin, tahan Emosimu!!" Perintah Kristy, dan secara otomatis Calvin langsung menurut.

"Ada apa Ron?" Tanya Ella bingung.

"Mmm... mengenai itu... Aku masih membutuhkan orang untuk kelompokku, apa kau ingat tadi Miss. Bianca meminta kita untuk membuat kelompok belajar untuk tugas kita." Ron memperjelas.

Ella hanya menatap dengan bingung, dan kembali mengingat pelajaran Matematikanya.

"Ahh.. Pasti kau sudah memiliki kelompok sendiri." Tebak Ron.

"Sejujurnya belum. " Jawab Ella.

"Ah senang mendengarnya, apa kau mau bergabung dengan kelompok ku?" Tanya Ron dengan sangat antusias.

Ella terdiam sebentar, dan tampak berpikir.

"Kenapa tidak.. Dan apa bisa Kristy juga ikut?" Tanya Ela kembali menunjuk ke arah temannya.

"Apa kau bercanda??" Bisik Kristy ke arah Ella.

Ron menatap Kristy, kemudian ke arah Calvin yang masih menahan emosinya. Ia pu memandang kembali Ella yang berada di depannya.

"Tentu saja, itu bukan masalah."

"Terimakasih, senang kau mau bergabung dengan kelompokku. Aku tau kau murid yang pintar." Puji Ron.

"Terimakasih Ron." Ucap Ella, tapi ia masih bingung dengan Ron yang masih berdiri dan belum meninggalkan mereka bertiga.

"Jadi??" Tanya Ella.

"Ee... boleh aku minta nomor teleponmu?" Tanya Ron aneh, dan Ella langsung terkejut.

"Maaf, aku tidak bermaksud apapun. Hanya keperluan untuk kelompok belajar kita, aku akan membuat grup chat." Ron memperjelas.

Ella pun memberikan nomor teleponnya, begitu juga dengan temannya Kristy itupun secara terpaksa. Setelahnya Ron sudah benar-benar meninggalkan mereka bertiga.

"Kelihatan sekali, si kacamata itu menyukaimu Ella. Bahkan dia tidak lebih baik dari George." Calvin sudah mulai mencurahkan kekesalannya.

"Kenapa, kau harus membawa-bawaku Ella, aku tidak peduli kalau nilai matematikaku jelek." Kristy pun ikut-ikutan kesal.

"Ayolah.. setidaknya Ron bukan bajingan seperti seorang George." Ucap Ella.

"Permisi, Ella?" Terdengar suara seorang pria memanggil dari balik punggung mereka.

"Ron!! Sekarang apa lagi." Ucap Kristy kesal.

Tapi bukan Ron yang memanggil, seorang pria dengan rambut hitamnya.

Ella mengenalinya, pria yang membawa mobil mustang merah, pria yang bertanya kepadanya pasa saat perayaan di kediaman keluarga Huxley, pria yang bersimpati kepadanya karena membawa alat pancing baru milik Edward.

Ella dan Alfred sudah berada di sebuah kedai kopi kecil yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka. Ella sendiri sebenarnya masih bingung kenapa pria itu meminta dengan sopan kepada Ella agar bisa bersamanya.

"Maaf, kalau aku tidak sopan. Sepertinya kita belum pernah berkenalan secara formal sama sekali. Perkenalkan aku Alfred Lewis, dan kau juga sudah pernah bertemu dengan adikku John Lewis. Dia yang selalu bersama dengan George." Ucap Alfred.

Ella langsung mengerti maksud tujuan Alfred.

"Apa ini karena kejadian Jumat malam kemarin." Tebak Ella dengan yakin.

"Kau memang gadis yang pintar, sebelumnya aku meminta maaf atas perbuatan adikku. Aku sudah mendengar semua ceritanya, dan itupun karena aku memergoki adikku pulang dengan babak belur." Ucap Alfred.

Ella tidak suka dengan arah pembicaraan mereka, ia pun menegakkan posisi duduknya. Berharap, dia tidak terlihat seperti wanita yang lemah, jika Alfred berusaha ingin mengancamnya – itu yang dipikirkan oleh Ella saat itu.

"Apa maksud anda tuan Alfred." Ella masih bersikap sopan.

"Panggil saja aku Alfred, sungguh. Kumohon, jangan samakan aku dengan Edward." Ucap Alfred.

"Sebelumnya, aku benar-benar tidak tau atas kelakuan mereka. Tapi setelah aku mendesak mereka, itu benar-benar memalukan. Dan tenang saja, aku sedang menghukum mereka. Dan itu termaksud dengan George." Alfred melanjutkan penjelasannya.

Ella mengeluarkan tiga buah ponsel dari dalam tasnya, dan ia letakkan di atas meja. Alfred langsung tertegun memandangnya.

"Apa karena ini?" Tanya Ella bersikap dingin.

"Tenang saja, semua hal yang tidak pantas sudah kuhapus. Tadinya, hari ini aku ingin mengembalikan. Sayang sekali, George tidak masuk." Ella memperhatikan Alfred yang sudah mengambil salah satu ponsel.

"Tapi suatu kebetulan, kau datang Alfred. Jadi aku bisa menitipkannya kepadamu, dan tidak perlu repot-repot untuk terus membawanya." Sindir Ella.

"Kau mau kemana?" Tanya Alfred bingung, karena Ella sudah mulai bersiap-siap untuk pergi.

"Aku harus bekerja, kau tau kan aku pelayan di keluarga Huxley. Banyak tugas yang harus aku kerjakan." Ucap Ella ketus.

"Jadi... Apa kau tidak akan menuntut ganti rugi atau tidak akan memperpanjang masalah ini?" Tanya Alfred kembali.

Ella menatap dengan bingung, sedangkan tasnya sudah ia selempangkan di sisi pinggangnya.

"Untuk apa? Daripada kau sibuk mengkhawatirkanku, lebih baik kau mendidik adikmu untuk menjadi orang yang lebih berguna. Aku bingung, kenapa orang-orang seperti kalian selalu melakukan sesuatu yang tidak berguna.. Ahh karena kalian pikir uang akan menyelesaikan semua masalah bukan." Sindir Ella kembali.

"Maaf, bukan itu maksudku." Jawab Alfred.

Tapi Ella tampak tidak peduli, ia dengan santai tanpa merasa bersalah. Langsung saja meninggalkan Alfred, karena dirinya juga masih kesal dengan kejadian Jumat malam kemarin.

avataravatar
Next chapter