82 Karena Aku Masih Mencintaimu, Ella!

Rasanya baru saja ia menghadapi masalah, belum sempat dirinya menghilangkan penat dipikirannya. Sudah ada hal lain yang harus ia hadapi saat ini.

Seorang pria yang tidak pernah ia sangka akan ia temui kembali, warna rambutnya masih seperti dulu. Cokelat terang, dengan potongan rambut yang berbeda.

Mata hijaunya yang indah menatap Ella yang baru saja tiba, bahkan Ella harus berpegangan pada sisi counter karena sedikit terkejut dengan siapa yang datang menemuinya.

"Ella.. ternyata benar memang kau. Ada yang mengatakan bahwa kau tidak masuk hari ini, syukurlah kita bisa bertemu."

Edward Huxley, pria yang pernah ada dihatinya, pria yang selama bertahun-tahun menjadi majikannya, dan selama bertahun-tahun juga Ella sering berada disampingnya.

"Edward? Edward..!!??"

Ella masih tidak percaya dengan penglihatannya, tapi apa yang dilihatnya adalah asli dan nyata. Ella langsung membalikkan tubuhnya, berencana untuk meninggalkan pria tersebut dengan segera.

Edward dengan cepat meraih tangan Ella, memeganginya dengan amat kuat. Membuat Ella berbalik badan dan ikut balik menatap wajah pria itu.

Ada perasaan aneh saat menatapi wajah Edward, Ella sendiri tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Senangkah? Sedihkah?

"Aku mohon, kau jangan terus menghindariku. Aku hanya ingin bertemu denganmu, walaupun itu sebentar. Kumohon." Ucap Edward dan masih terus menggenggam erat tangan wanita yang masih amat ia cintai.

***

Tidak baik bagi Ella jika harus berlama-lama dengan Edward ditempat Nancy, pastinya rumor aneh akan dengan cepat beredar luas. Belum ditambah dengan keluarnya Ella dari tempat kerjanya.

Niat baik Edward diterima oleh Ella, sebuah makan malam menjadi alasan Edward untuk mengundangnya. Sebuah tempat untuk mereka agar bisa berbincang dengan leluasa.

Bahkan Ella menerima tawaran Edward, untuk berada dalam satu mobil dengannya. Apa yang sedang ia pikirkan? Ella apa kau masih terbuai dengan rasa cintamu yang sudah kau pendam?

Sepanjang perjalanan batin Ella terus bergejolak, walaupun ia tau keputusannya saat ini salah.

Dia dan Edward sudah dalam kondisi yang berbeda, tapi mengapa takdir masih saja mempertemukan mereka berdua?

Edward menutup buku menunya, melirik kearah pramusaji yang masih berdiri diantara mereka.

"Hanya ini saja tuan?" Tanya pelayan tersebut dengan sopan.

"Apa kau ingin tambahan lainnya, Ella?" Edward balik bertanya,

"Tidak ada, terimakasih." Ucap Ella seraya mengusapkan kedua tangannya, suhu udara malam itu semakin dingin, dan dia lupa kalau mantelnya ia tinggalkan didalam mobil.

"Sebentar, aku akan..."

Ucapan Ella terhenti ketika Edward sudah bangkit seraya melepaskan jasnya, dengan kepeduliannya yang besar saat itu pada Ella. Edward tidak ragu memberikan dan menutupi bahu Ella dengan jasnya sendiri.

Edward menyingkap rambut Ella, sedikit menunduk kearah telinga dan bahu kanan Ella. "Aku harap ini bisa membuatmu menjadi lebih hangat." Bisik Edward.

Pria itu tidak langsung menegakkan tubuhnya, wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah Ella. Ella bahkan tidak berani untuk menengok kearahnya, ia yakin jika saja hal itu terjadi. Mungkin kedua bibir itu akan bertemu, Ella langsung sedikit menyentakkan bahunya.

"Terimakasih Edward, aku rasa ini tidak perlu..." Ucap Ella dan memegangi jas Edward untuk segera ia lepas dan kembalikan.

Lagi dan lagi, pria itu membuat Ella tidak mengerti dan membuatnya terus terpaku dengan perasaaan yang aneh. Edward kali ini memegangi tangan kiri Ella yang berada dibahu kanan Ella.

Ella merasa jantungnya berdegup kencang, ketika tangan itu lagi-lagi bersentuhan. Dan Edward masih saja belum melepaskan pegangannya. "Ella, kau masih saja keras kepala." Ucap Edward.

Ella langsung melepas paksa pegangan tangannya, tingkah lakunya menjadi sangat mudah untuk ditebak. Edward tersenyum melihat sikap Ella, dan kembali duduk di kursinya.

Tidak lama pramusaji datang dan menyiapkan hidangan roast meat yang masih panas, pramusaji itu meletakkan dengan hati-hati dan membuka tutup saji yang langsung ia bawa kembali.

Ella tampak canggung dengan Edward yang terus saja menatapnya, ia hanya bisa menunduk menatap hidangan yang ada dihadapannya. Tiba-tiba saja, Ella merasa perutnya sudah sangat penuh.

"Apa yang ingin kau bicarakan Edward?" Tanya Ella, dan sudah mulai mengiris dagingnya dengan perlahan, Edward pun mengikutinya yang sudah mulai menyantap makan malam mereka.

"Sudah kukatakan, aku hanya ingin bertemu denganmu. Apakah itu salah?" Edward memberikan sebuah senyuman yang terlalu manis untuknya.

"Edward.. kau dan Abigail, aku dan Alfred. Kita seharusnya tidak berada disini. Apa kau paham dengan situasi kita saat ini" Jelas Ella.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan kita bertemu? Apa kita melakukan sesuatu yang tidak seharusnya?" Tanya Edward lagi, masih dengan intonasi suara yang terlalu ramah.

"Edward.. kau tidak bisa seperti ini..."

"Abigail sudah melahirkan.. seorang putra.." Potong Edward tiba-tiba. Seketika pisau iris Ella tergelincir dari jarinya, dan membuat bunyi klontang yang nyaring.

Edward masih mengamati reaksi Ella yang terkejut dan untuk beberapa detik pandangannya menjadi kosong.

"EMmm....Selamat... selamat atas kelahiran putramu." Ucap Ella pelan, tapi kenapa lagi-lagi ada perasaan yang aneh. Kali ini Ella tiba-tiba merasa bersalah dengan keputusannya untuk menerima ajakan Edward.

"Terimakasih." Balas Edward, dan memasukkan irisan kecil daging ke dalam mulutnya.

"Ku dengar kau sudah berhenti bekerja?" Tanya Edward kembali, dan lagi sebuah senyuman ia tampilkan dihadapan Ella.

"Kau mengetahuinya?"

"Anggap saja aku mengetahuinya secara tidak sengaja, saat aku datang tadi salah seorang temanmu mengatakan bahwa kau telah mengundurkan diri." Jawab Edward.

"Ahh.. Liu.. pasti gosip itu sudah menyebar cepat." Ella bergumam pada dirinya sendiri.

"Lagi pula ini bukan urusanmu Edward. Dan... Hhh...." Ella menarik nafasnya dengan kesal.

"Dan apa?" Tanya Edward penasaran.

"Dan .... Dan kau tidak bisa datang begitu saja untuk menemuiku. Kau harus tau kalau aku....." Ella menggigit bibirnya sendiri, pikirannya sedang sibuk mencari penjelasan yang tepat. "Sudahlah.... aku sedang tidak ingin berdebat denganmu."

"Aku dengar Alfred sudah kembali." Ucap Edward, menyilangkan kedua tangannya dan kembali menatap Ella dengan sorot mata hijaunya yang tajam.

"Tunggu.. apa maksudmu kembali?? Apa kau juga tahu kalau sebelumnya Alfred menghilang?" Tanya Ella, dahinya sudah mengkerut dengan pertanyaannya sendiri.

"Anggap saja aku mengetahuinya dengan tidak sengaja." Jawab Edward.

"Hahhh....?? Aku benar-benar tidak percaya!! Apa kau selama ini memata-mataiku, Edward Huxley??" Ella lebih kesal lagi karena pria itu hanya diam.

"Sudah cukup dengan permainanmu Edward Huxley, dan kalau sampai aku menangkap basah orang-orangmu. Akan kupastikan mereka berakhir ditanganku sendiri." Ancam Ella sungguh-sungguh, ia bahkan telah berdiri dan melepas jas Edward yang berada dibahunya. Dengan kesal melempar ke arah sisi kursi.

"Ella ini tidak seperti yang kau bayangkan, Alfred tidak mencintaimu." Edward mulai menjelaskan, dan sudah tidak ada lagi sebuah senyuman di wajahnya.

"Apa maksudmu Alfred tidak mencintaiku??"

"Karena aku yang mencintaimu Ella, Aku!!" Balas Edward dan ikut beranjak dari kursinya. Ella langsung saja melangkahkan kakinya dengan kesal.

Tapi Edward lagi-lagi meraih paksa tangannya, membuat Ella kembali menatap wajah itu.

"Dan kau Ella? Apa kau masih mencintaiku?" Tanya Edward tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Kau SINTING Edward!!"

Edward tidak membalas umpatan Ella, pria itu dengan memaksa meraih pinggang Ella. Dan ketika Ella sudah berada cukup dekat dengannya, langsung saja pria itu melumat bibir Ella yang terlihat tidak terbentengi.

Ella merasakan lagi, perasaan aneh itu. Ketika Edward mencumbunya dengan paksa, perasaan yang sangat sulit untuk dijelaskan.

Seperti ada air panas yang sedang mendidih didalam tubuhnya, Ella langsung melayangkan sebuah tamparan di pipi pria yang baru saja memaksanya.

Edward memegangi pipinya, bahkan kali ini malah terkekeh. "Tamparanmu kali ini berbeda Ella."

"Kau benar-benar SINTING."

Ella meninggalkan makan malamnya dengan wajah memerah, memutuskan untuk pulang tanpa harus kembali ke agensi dan mengambil mobilnya.

Ia sudah berada dalam sebuah taxi, terus menatap ke arah luar jendela. Bahkan wajahnya terlalu dekat dengan kaca jendela, ia hanya memperhatikan lampu-lampu jalan dan suasana kota London di malam hari.

Tapi sebenarnya terlalu banyak hal yang berada dipikirannya saat ini,

"Kau bodoh Ella.." ucapnya sangat pelan pada dirinya sendiri. Mengetukkan dahinya dengan jari jemarinya.

"Kau Bodoh Ella, kau tidak boleh kembali jatuh cinta dengannya. Tidak... tidak boleh."

avataravatar
Next chapter