38 Apa? Kau... Simpanan Ayahku?

Hari ini adalah hari yang sangat sibuk untuk Ella, pagi sekali ia harus mengurus cuti kuliahnya. Setelahnya ia juga harus menyelasaikan semua adminsitrasi dan memberikan data-data penting.

Dengan tergesa-gesa ia pun harus pergi ke Fogue Tower, yang berada di pusat kota London.

Ella dengan secepat kilat berdandan dan mengganti pakaiannya menjadi sangat formal. Dalam setiap langkah kakinya, berkali-kali ia mengambil oksigen yang ada di sekitarnya.

"Tenang Ella, kau sudah duapuluh tahun! Tidak... tidak... bahkan tahun ini kau berusia duapuluh satu tahun. Pasti kau bisa melewati wawancara hari ini dengan mudah."

Ella duduk dengan gelisah, memperhatikan orang-orang yang terus melewati dirinya. Fogue tower, gedung dengan tiga puluh lantai itu terlihat sangat mewah, fashion dan trendy.

Wajar saja, sebuah majalah fashion bergengsi yang sangat terkenal di Britania dan kawasan Eropa.

Ella bahkan terkesima dengan para karyawannya yang terlihat sangat modis, dan Ella mengeluh pada dirinya sendiri kenapa dia tidak membeli pakaian baru untuk interviewnya hari ini.

"Aacchhhh...." Pekik Ella kesal, ia memang terlihat seperti karyawan kantoran. Rok sepan hitam yang terlalu ketat dengan belahan samping dan panjang melebihi lututnya, dan sebuah kemeja dengan corak hitam putih ber-vertikal.

"Pakaian ini tidak bisa disebut sebagai pakaian yang trendy atau fashionable." Batin Ella kembali berkeluh kesal. Ella memandang dirinya pada kaca yang tidak jauh dari hadapannya,

"Hahh... Bahkan aku terlihat seperti seorang guru yang ingin mengajar dengan rambut yang disanggul?!"

Ella langsung saja melepas sanggulan rambut, membiarkan rambut hitamnya yang panjang terurai. Akibat sanggulannya, rambutnya jadi mengembang dan tampak bergelombang alami.

Merapikan kembali rambut dengan tangannya, lalu ia tersenyum pada kaca yang berada jauh didepannya.

"Miss. Amber?"

Ucap seorang wanita berkacamata dengan bingkainya yang berwarna ungu cerah. Wanita itu tersenyum aneh, karena melihat tingkah laku Ella yang juga aneh - menurutnya.

"Silahkan ikut saya.. sebelah sini."

Ella mengikuti arahan wanita tersebut, ia merasa gerogi dan tangannya mulai dingin. Dalam hatinya terus berdoa, agar interviewnya bisa berjalan lancar dengan hari ini.

Ella tiba-tiba teringat pesan Calvin, mengatakan ia tidak perlu khawatir dengan interview hari ini. 

("Aneh sekali??" Menurutnya..)

Wanita berkacamata itu sudah meninggalkan Ella yang berada dalam ruangan kerja milik seseorang.

"Selamat siang Miss. Amber."

Wanita berambut merah terang dengan panjang sebahu, tersenyum lebar ke arah dirinya. Ella tidak menyangka bahwa Aaron Prime adalah seorang wanita berusia empat puluhan.

"Silahkan duduk!" Perintah wanita tersebut, menunjuk ke arah kursi yang kosong yang berada di depannya. Ella dengan canggung duduk di kursinya, posisi tubuhnya terlalu tegak. Wanita itu terkekeh melihat Ella yang sangat gerogi.

"Apa ini wawancara pertama yang pernah anda lakukan, Miss. Amber?" Tanyanya.

"Iya... Ah tidak. Maksudku, ini interview yang berbeda pastinya dengan aku yang pernah bekerja paruh waktu di toko buku kecil di Bristol," jawab Ella menjelaskan. 

"Wow, ternyata kau tinggal di Bristol? Pastinya kau menempuh jarak yang jauh untuk pergi ke tempat ini? Kau sekarang berada di London, bagaimana kalau nanti kau di terima? Apa kau akan tetap tinggal di Bristol?" tanya wanita itu lagi.

"Mengenai itu...  aku sudah memikirkannya, aku akan menyewa apartement yang dekat dengan Fogue Tower. Bahkan aku sudah mengambil cuti kuliah yang sangat lama. Walaupun dosen pembimbingku mengatakan aku tetap bisa menyelesaikan kuliah dengan cepat." Ucap Ella dengan pasti dan bangga.

"Oo... Ok..  terdengar bagus. Kaua terdengar sangat antusias untuk bekerja disini sepertinya ya?"

"Ya, tentu saja. Karena aku sangat suka dengan sesuatu yang baru dan penuh dengan tantangan," perkataan Ella semakin meyakinkan.

"Tapi... apakah kau siap dengan bekerja dibawah tekanan?" Senyum wanita tersebut menghilang, dan memandangi Ella dengan sorot matanya yang tajam.

"Kita tidak akan tau sebelum kita mencobanya bukan, Mrs. Aaron?" jawab Ella tanpa ragu. Wanita itu langsung tertawa mendengar perkataan Ella, sedangkan Ella menyimak bingung.

Apakah jawaban Ella ada yang salah saat itu?

"Ada apa Mrs. Aaron?" Tanya Ella bingung.

"Maafkan aku Ella, karena aku lupa memperkenalkan namaku." Ucap wanita tersebut, masih menahan tawanya. 

"Sangat aneh, kalau kau menganggapku sebagai Aaron Prime. Padahal kau sendiri yang mengirim email langsung kepada Mr. Aaron, bukan?"

Ella membuka mulutnya dan mulai bingung harus berkata apa, tak lama ia pun tersadar dengan papan nama yang berada di sudut meja. Tertera sebuah nama seorang wanita, dan jelas bukan nama Aaron Prime yang tertera.

"Perkenalkan namaku adalah Amanda Chloe. Panggil aku Amanda. Aku kepala HRD disini." Ucap Amanda dan menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Ella... Ella Amber." Ucap Ella dan membalas jabat tangan Amanda.

"Jadi Ella, apa kau tidak tahu dengan siapa kau mengirim lamaran emailmu?" Tanya Amanda kembali dan masih dengan topik yang sama, Ella menggeleng dengan perlahan.

"Sungguh? Kau tidak tahu kalau kau mengirim email lamaran langsung kepada CEO Fogue?" Amanda bertanya dan semakin tidak percaya, ketika Ella kembali menggelengkan kepalanya.

"Uhm... aneh sekali, aku pikir kau seorang kenalan atau kerabatnya."

Ella semakin menggeleng dengan cepat, ia tidak tahu harus memberikan jawaban apa kepada Amanda. 

Agar kepala HRD itu busa percaya bahwa ia benar-benar tidak mengenal, dan tidak tahu siapa itu Aaron Prime. Karena Calvin juga tidak menceritakan apapun soal ini kepadanya.

***

Satu Minggu Sebelumnya, Fogue Tower - Ruang Kantor Aaron Prime.

Calvin dengan lenggang merentangkan kedua tangannya, merasa pegal dengan perjalanan yang cukup jauh. Ia benar-benar menghabiskan waktu tiga jam untuk kembali ke London.

Setelah membuat sedikit keributan dengan beberapa petugas keamanan, ia akhirnya harus mengeluarkan jurus saktinya dan mengucapkan kalau ia adalah anak tunggal dari Keluarga Prime.

Calvin mengetukkan jari jemarinya, merasakan kursi besar yang empuk dan selalu diduduki oleh ayahnya. Calvin memperhatikan ruangan yang terlalu luas, hanya untuk satu orang.

Calvin pun mengeluarkan suara desisan dari mulutnya, seakan dia tidak suka berlama-lama di tempat tersebut.

Seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun, masuk ke dalam ruangan tersebut. Ditemani dengan seorang pria dengan jas hitam berpostur tegap dan tinggi.

"Kau boleh tunggu di luar," ucap Aaron, dan pria besar itu menunduk dan menuruti perintah Aaron. 

Aaron berjalan mendekati mejanya, dan menyingkirkan kesal pada kaki Calvin yang berada di atas mejanya.

"Kenapa? Apa kau sudah kalah dengan perkataanmu sendiri?!" Cibir Aaron, sambil berjalan mendekati kursi tamu yang berada tidak jauh dari mejanya.

"Hhh..! Bukan karena itu aku datang kesini," jawab Calvin mendengus sambil tertawa kesal.

"Lalu apa? Setelah kabur dari rumah pamanmu, ku dengar kau membuka bisnismu sendiri?" Aaron kembali menyindir.

"Ya sebuah bisnis kecil-kecilan. Tidak sebesar milikmu tentunya," balas Calvin dengan bangga bercerita mengenai bisnisya sendiri.

"Jadi apa tujuanmu datang kesini? Hanya untuk membuat kekacauan di lobi utama dengan para penjaga?"

Calvin menyeringai lebar. "Hei... Apakah kau masih menganggapku anak?"

"Bukankah kau yang tidak menganggapku sebagai Ayahmu, Calvin?" Aaron balik bertanya dan melihat mata putranya yang berbinar dengan licik.

***Flashback end

Ella tidak tahu harus senang atau kesal, hari ini dia melakukan wawancara yang cukup aneh. Bukan karena Amanda banyak bertanya mengenai pekerjaannya, tapi karena Amanda bertanya kenapa Ella bisa mengenal Aaron Prime? dan kenapa Aaron Prime sangat menginginkan Ella untuk bisa bergabung dengan Fogue?

Bahkan Ella yang tadinya menyangka akan ada test yang sulit, ternyata wawancara yang ia hadapi hanya seputar pembicaraan....

Kapan dan dimana dia mengenal Aaron Prime?

Bagaimana dia bisa mendapatkan email Aaron Prime?

Apa ada hubungan khusus antara dia dan Aaron Prime?

Yang lebih anehnya lagi, ketika Ella menyebutkan nama Calvin. Amanda baru bisa menghentikan semua pertanyaannya kepada Ella.

"Ohh jadi kau teman Calvin. Putra tunggal dari Aaron Prime?"

Putra?? Apa?? Selama ini temannya membohonginya!! Bukankah Calvin mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal sejak lama. Tapi mengapa tiba-tiba... semua cerita Calvin menjadi berbeda.

Ella baru saja tiba, masuk kedalam toko kecil dengan wajah galaknya. 

"CALVIN...!!!!"

Teriak Ella nyaring, matanya mulai mencari keberadaan temannya yang membuat Ella sangat kesal. 

Untungnya hanya ada beberapa pengunjung yang sedang berada disana. Memperhatikan Ella dengan bingung, wajah Ella sudah mulai memanas saking kesalnya.

"Joe!! Dimana Calvin?" Tanya Ella melirik ke arah kasir, petugas kasir menelan ludahnya sendiri dan telunjuknya mengarah ke atas – menandakan Calvin sedang berada di lantai atas.

Ella langsung saja melenggang pergi, tanpa mengucapkan terima kasih kepada Joe – si penjaga kasir. Ella sudah berada di lantai atas, dan ia tidak hanya melihat Calvin.

Luna juga berada bersamanya, Luna sedang mengenakan pakaian terbaru milik Calvin, dan sedang berpose di layar putih milik Calvin.

"Luna?! Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Ella bingung, dan lupa tujuannya adalah bertanya kepada Calvin mengenai hal penting. 

"Menjadi model untuk Calvin. Apa kau tidak melihat aku yang sedang bergaya?" Ucap Luna masih mempertahankan posenya.

"Hei Ella, bukankah jadwal fotomu hari sabtu nanti? Dan bagaimana dengan wawancaramu barusan?" tanya Calvin tersenyum singkat, kembali memberikan arahan pada Luna yang masih berpose.

"Calvin! Kenapa kau BERBOHONG??!!"

Luna sudah berhenti dari posenya, karena melihat Ella yang sudah mencak-mencak marah.

"Apanya yang berbohong? Aku tidak berbohong! Memangnya kau datang ke taman bermain, kau datang ke Fogue Tower, kan? Dan kau diterima bekerja disana,bukan?! Hhh... seharusnya kau berterimakasih padaku, Ella." Calvin masih terus mengelak.

Luna berjalan mendekat, dan berdiri di antara mereka berdua. Ella langsung menarik tangan Luna.

"Luna kau tidak boleh menjadi model Calvin! tidak... tidak... bahkan kau tidak boleh dekat dengan pria psikopat ini."

"Kenapa tidak? Aku sedang cuti. Barnard sudah memiliki karyawan pria baru." Ucap Luna, sayangnya ucapannya tidak dihiraukan antara Ella dan Calvin.

"Apa kau sinting, Ella!!! Luna kemari." Calvin menarik tangan Luna, mendekatkan tubuh Luna ke arahnya sendiri. Ella semakin kesal dengan tingkah laku Calvin.

"Calvin, kenapa selama ini kau berbohong? Kau bilang kedua orangtuamu meninggal?? Nyatanya Aaron Prime itu adalah ayahmu, kan!!" Ucap Ella kesal.

Calvin hanya mengerucutkan bibirnya, dan tidak suka Ella sudah mengetahui rahasianya lebih cepat dari dugaannya.

"Apa?" Ucap Luna amat pelan.

"Auuuww..... kau berani memukulku Ella. Padahal aku yang membantumu, untuk bisa masuk kesana!!" Pekik Calvin karena Ella sebenarnya bukan memukul tapi mendorong dengan kuat.

"Luna! jangan kau mau dekat dengan pria pembohong ini!! Bahkan kita tidak tahu siapa dirinya sebenarnya? Jangan-jangan dia seorang pembunuh berdarah dingin." Ella mulai menuding lagi, kali ini Ella sudah memegangi tripod dan siap ia lemparkan ke arah temannya.

"Kenapa KAU JADI MARAH-MARAH, SIH!!! KAU WANITA GILA!!!" Ejek Calvin,

"Apa!! Kenapa kau bilang aku marah??!! Rencanaku adalah bergabung dengan Fogue, dengan tidak terlalu mencolok."

"DAN SEKARANG KAU TAU??? CALVIN!!"

"Semua orang sudah membicarakan bahwa aku adalah simpanan ayahmu!! DAN KAU MEMBUAT POSISIKU TERLALU MENCOLOK!!!"

Calvin langsung saja tertawa terbahak-bahak, "Apa simpanan ayahku.. Wahahahaha.... Kau bukan tipe ayahku Ella. Dan AKU TIDAK MAU memiliki IBU TIRI sepertimu, Ella!!" Calvin kembali tertawa dengan geli.

"Kau ini!!!" Ella sudah melempar kesal tripod yang ia pegang, walaupun Calvin dengan mudah menghindarinya.

Luna masih menatap bergantian antara Ella dan Calvin, berpikir siapa yang akan menang dalam pertarungan sengit ini.

"Ella!! Itu harganya sangat mahal..! Kau tidak boleh melempar barang-barangku!! Atau akan ku laporkan kau pada polisi." Ancam Calvin dan masih menjaga jarak dari Ella yang tidak kuasa menahan tendangannya.

"Apa kau mau aku memeganginya, Ella?" Ucap Luna dengan ekspresi datar. Calvin langsung tidak percaya dan menatap Luna dengan ngeri.

"Luna..? Kenapa kau malah membela Ella? Kau bilang kau suka padaku??" ucapa Calvin kesal.

"Karena aku tahu Ella tidak mungkin berbohong. Kalau pun aku suka padamu, bukan berarti aku juga harus membelamu, kan?" jawab Luna dengan diplomatis.

Ella tertawa senang mendengar ucapan Luna. "Lihat kan... Apa kau masih belum mau menceritakan yang sebenarnya??" Kali ini Ella melirik-lirik kesekelilingnya, menyeringai dengan licik ketika melihat salah satu kamera Calvin yang tidak dalam posisi aman.

"Apa yang akan kau lakukan? Tidak... Ella....tidak dengan kamera itu... Ayo letakkan kembali!"

Ella sudah dengan cepat meraih kamera tersebut, Calvin hanya bisa mengejar Ella dan menghadangnya. Bersiap-siap menangkap kalau Ella akan melempar kamera berharga yang sangat ia cintai.

"Permainan bisbolmu sangat payah Calvin, aku jamin kau tidak akan bisa menangkap lemparanku," ancam Ella. Sedangkan Luna masih asik dan santai menikmati perseturuan dua sahabat tersebut.

"Aaaarrrggghh.... OK...Ok... Ella Amber kau menang kali ini," teriak Calvin kesal dan frustasi.

Kedua orang tersebut akhirnya bisa duduk dengan damai dan tenang, masih mencoba mendinginkan kepala masing-masing, Luna membantu membuatkan dua gelas cokelat panas untuk mereka berdua.

"Kau harus meminta maaf pada paman dan bibimu. Mereka pasti resah dengan kepergianmu selama dua tahun lebih ini. Terimakasih Luna." Ella mengambil gelasnya, dan mulai menikmati minuman hangat tersebut.

"Sudahlah Ella, itupun sudah dua tahun lebih. Mereka juga pasti melupakanku... dan... Aaaaauuuwww... Luna kenapa kau memukulku?" Calvin dan Ella cukup terkejut karena Luna mengetuk kepala Calvin dengan nampan yang ia pegang.

"Apa perlu alasan untuk mengetuk kepalamu Calvin? Dengarkanlah, Ella!" ucap Luna dengan ekspresi datarnya. 

Calvin semakin memanyunkan wajahnya, sepertinya Luna pun tidak berpihak kepadanya. Sedangkan Ella menyeringai puas, melihat temannya yang sudah tersudut dan tidak bisa berkelit lagi.

avataravatar
Next chapter