2 Sebuah pernyataan (Pembukaan bagian 2)

"Ojamasimasu."

Hari ini sepulang sekolah aku kembali berkunjung kerumah Fujihara-san untuk meminjam Novel. Seperti sebelumnya saat masuk kerumahnya semua terasa gelap dan sepi. Fujihara-san menyalakan lampu ruangan yang berada dibalik pintu masuk dan sekejap ruangan menjadi terang.

Fujihara-san melepaskan sepatunya asal-asalan dan langsung menuju ke tangga. Akupun bergegas melepaskan sepatuku dan menaruh nya di rak bersama dengan sepatu Fujihara-san. Kemudian aku naik ke lantai atas meninggalkan ruangan yang sepi dibawah.

Saat aku sampai diatas Fujihara masih berada didepan pintu kamarnya.

"Kazuki-kun, silahkan masuk duluan ke kamarku. Aku ingin mengambil beberapa makanan dari dapur."

"Ehh... Kenapa tidak sekalian tadi saat dibawah? Dasar."

Lalu aku masuk duluan ke kamar Fujihara-san.

Seperti saat berkunjung sebelumnya, kamar nya terlihat berantakan. banyak sekali sampah makanan berserakan dilantai, Komputer masih menyala, bahkan ada bekas pakaian dilantai. Sepertinya dia buru-buru berangkat tadi pagi.

"Dasar, aku harus merapihkan kamarnya supaya terlihat bagus."

---

"Maaf membuatmu menunggu lama Kazuki-kun."

Fujihara-san masuk ke kamar membawa nasi omelet, mie cup, dan dua gelas air minum beserta teko kaca berisi air. Dia meletakan makanan dan minuman yang telah dia bawa di meja kecil yang ada di kamarnya.

"Kamu pasti lapar Kazuki-kun, makanlah dulu omelet buatanku."

Fujihara-san menyodorkan makanan yang dia buat kearahku, lalu dia melihat sekeliling kamarnya karena menyadari sesuatu.

"Umm..., Kazuki-kun..."

Aku menoleh kearah Fujihara saat aku baru saja ingin memakan suapan pertamaku.

"I-iya? Ada apa Fujihara-san."

Fujihara-san lalu berkata dengan malu-malu.

"Apakah kau yang merapihkan kamarku?"

"Iyaa."

"T-terimakasih..."

Wajah Fujihara terlihat manis saat mengeluarkan ekspresi malu seperti itu. Aku lalu menelan makanan yang ku kunyah.

"Sama-sama."

Fujihara lalu mulai makan mie dengan garpu, dia meniup mie nya terlebih dahulu.

"Anu—, kenapa kau memakan mie sedangkan aku memakan omeletnya?"

Fujihara-san menghisap masuk mie kedalam mulutnya, lalu mengunyahnya.

"Aku lebih suka mie ini, lebih mudah dibuat daripada harus memasak. Hampir setiap hari aku memakannya."

"Dilihat dari sampah mie yang berserakan dikamarmu sepertinya kau memang sering memakannya. Sebaiknya kamu tidak sering-sering memakannya, tidak sehat."

"Kenapa kamu menasihatiku seperti itu."

"Karena aku peduli padamu."

Fujihara berhenti menggunyah, mukanya terlihat memerah.

"Sebagai seorang teman sudah seharusnya kita saling peduli."

"Ehh—? Ternyata Kazuki-kun menganggapku seperti itu ya, tidak kusangka."

Fujihara-san tersenyum malu sambil menunduk kebawah, dia terus memakan mie nya seperti itu sampai habis.

---

Kami berdiam diri sebentar saat selesai makan. Rasanya agak canggung. Fujihara-san lalu bangun dari duduknya.

"Kazuki-kun, aku akan mengambilkan Light Novel yang ingin kau pinjam."

Fujihara-san kemudian mencari Novel yang ingin aku pinjam di rak bukunya. Setelah ketemu dia kembali duduk dibawah dan menaruhnya diatas meja.

"Wahh, terimakasih banyak Fujihara-san."

Aku mengambil buku tersebut kemudian mengecek isinya, benar ini bukunya, bahkan didalamnya terdapat beberapa gambar ilustrasi.

"Oh iya Fujihara-san, ada hal yang ingin kutanyakan."

"Apa itu?"

"Umm—, apa kau tinggal seorang diri dirumah?"

"Sebenarnya aku tinggal bertiga bersama Ibu dan Onee-san (Kakak perempuan), hanya saja mereka suka pulang malam. Ibuku pergi bekerja pagi hari saat aku masih tidur, dan pulang jam 8 malam. Sedangkan Onee-san pergi kuliah setelah itu bermain kerumah temannya hingga jam 7 malam."

"Pantas saja kamu sering sendirian dirumah. Pasti kamu memasak makanan sendiri, hebatnya."

Fujihara-san terlihat malu.

"T-tidak juga. Aku hanya bisa memasak beberapa makanan."

"Tapi nasi omelet mu sungguh enak, aku menyukainya."

"Ehh—, itu tidak benar."

Fujihara-san sepertinya malu dengan pujianku.

"Itu benar kok, makanan mu sungguh enak."

"B-begitu ya—, Aku senang mendengarnya."

Fujihara-san terlihat malu dan tersenyum sendiri, kawaii.

"Umm, kalau begitu kemana ayahmu?"

"..."

Fujihara-san hanya terdiam mendengar pertanyaanku barusan, sepertinya aku salah bertanya.

"M-maaf sepertinya aku salah bicara."

"Ehh—, t-tidak seperti itu kok. Aku hanya teringat Ayahku, dia bercerai dengan Ibuku saat aku kelas 6 SD."

Fujihara-san terlihat murung, tidak kusangka dia seorang anak broken home.

"Anu—, Fujihara-san, maafkan pertanyaanku barusan ya. Aku tidak bermaksud seperti itu."

"T-tidak apa-apa kok Kazuki-kun, aku baik-baik saja. dengan keadaanku sekarang."

Fujihara-san kembali tersenyum.

"Kalau begitu aku pamit pulang ya Fujihara-san, hari sudah sore."

"Sudah ingin pulang ya..."

Fujihara-san terlihat sedih saat aku ingin pulang.

"Kalau begitu akan kuantarkan kau sampai bawah."

"Baiklah."

Kemudian kami berdua berdiri meninggalkan kamar dan turun kebawah. Fujihara-san mengantarkanku sampai didepan tempat aku menaruh sepatu. Aku pun duduk memakai sepatu, lalu berdiri pamit setelahnya.

"Terimakasih untuk hari ini ya Fujihara-san, Novel mu kupinjam dulu sementara."

Aku teringat sesuatu kemudian mengambil Handphone dari saku celanaku.

"Fujihara-san, bolehkah aku meminta ID Line mu? Supaya kita bisa mengobrol saat aku sampai dirumah."

"Ide yang bagus."

Fujihara-san tersenyum dan mengambil Handphone ku saat kusodorkan padanya. Dia lalu menuliskan ID Line nya kemudian mengembalikan Handphoneku.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya Fujihara-san, Jaa ne....(selamat tinggal)"

"Jaa ne..."

---

Malam Hari. Dikamar Kazuki.

Aku berbaring dikasur yang nyaman sambil menatap layar Handphone. Kemudian aku melihat-lihat akun milik Fujihara-san. Foto Profile miliknya bergambar anime. Selain itu isi timeline nya cuma sekedar share dan pamer game yang dia mainkan. Dia juga menshare hal-hal berbau anime di timelinenya. Dia tidak memiliki like di postingannya dan dia tidak mengupload foto-foto pribadinya. Tidak seperti gadis remaja pada umumnya yang suka berfoto.

"Tidak salah lagi, ini memang akun miliknya."

Akupun mencoba untuk mengirimnya pesan.

Yamada Kazuki :

"Hallo Fujihara-san, ini aku Kazuki."

MiyuChan :

"Yo Kazuki kun! Senang bisa bicara denganmu."

MiyuChan mengirim stiker.

Fujihara-san saat yang kutemui langsung dan di Line sikapnya agak berbeda. Sepertinya dia lebih luasa berbicara di Line. Dia bahkan terus mengirimi ku stiker anime.

Yamada Kazuki :

"Novelmu akan kukembalikan hari senin ya Fujihara-san."

MiyuChan :

"baiklah, tidak perlu buru-buru membacanya."

"Kamu bisa mengembalikannya kapanpun kamu selesai."

MiyuChan mengirim stiker.

Orang ini jauh lebih ceria saat aku chat.

---

2 Hari Kemudian. Hari Senin. Didalam kelas Fujihara.

"Fujihara-san, ini Novel milikmu."

Aku berdiri disamping meja Fujihara-san dan mengembalikan Novelnya.

"Apa kamu memiliki rekomendasi Anime lainnya Fujihara-san?"

"Umm... Aku tidak terlalu pandai memberikanmu rekomendasi Anime, kalau kamu mau kamu bisa datang kerumahku lagi dan memilih beberapa DVD Anime."

"Hmm Baiklah kalau begitu."

Fujihara-san memasukan Novelnya ke tas, lalu diam di bangkunya.

"Anu... Fujihara-san, apa kamu tidak ingin kemana-mana saat jam istirahat?"

"Kemana?"

"Umm... pergi ke perpustakaan mencari buku misalnya."

"Aku sedang tidak ingin pergi ke perpustakaan."

" ...Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi ke kantin?"

"Uang jajanku minggu ini habis untuk TopUp game online."

"Ehh... Kau menghabiskan uang mu untuk itu?"

Gawat, aku mulai kehabisan ide untuk mengajaknya keluar dari kelas.

"Umm... bagaimana kalau aku traktir kau mie cup kesukaanmu."

"Ehh..."

Ini bagus, dia tidak akan menolak kalau kuajak makan mie.

"Bagaimana Fujihara-san, apa kamu mau?"

" ... M-mau," ucap Fujihara dengan wajah memerah berpaling dari hadapanku.

---

Dikantin. Saat jam istirahat.

Aku baru saja selesai mengantri untuk membeli dua mie cup dan menghampiri Fujihara-san dibelakang. Fujihara-san bilang dia tidak suka mengantri dikeramaian dan hanya ingin menungguku membeli makanan.

"Kazuki-kun, ayo kita makan ditempat sepi saja."

"Ehh... kenapa?"

"Aku tidak suka disini, terlalu ramai dan berisik."

Kalau begini aku jadi bingung harus makan dimana lagi selain dikantin. Fujihara-san tidak suka makan disini, bagaimana ini. Apakah ada tempat yang cocok untuk dia makan selain dikelas.

Lalu aku terpikirkan satu tempat yang tidak begitu ramai.

"Ayo kita pergi makan di atap sekolah."

Setelah itu aku dan Fujihara-san pergi ke bagian atap sekolah. Di sekolah kami atap sekolahnya selalu dibuka saat jam istirahat untuk siswa bersantai, namun saat jam pelajaran akan dikunci supaya tidak ada siswa yang bolos kesana.

Kami sampai dibagian atap sekolah. Diatas terdapat beberapa orang sedang makan, mengobrol, dan berkumpul. Meskipun begitu atap sekolah adalah tempat yang cocok untuk aku dan Fujihara-san makan. Disini tidak seramai dikantin dan suasananya tenang.

Aku dan Fujihara-san duduk dibawah memakan mie yang tadi sudah dibeli.

"Hei Fujihara-san, kenapa kamu tidak berkumpul bersama teman-temanmu saat istirahat?"

"Temanku yang mana?" kata Fujihara-san sambil menelan mie yang ada dimulutnya perlahan.

"Temanmu yang mana saja tentunya, bisa teman sekelas, atau teman diluar kelas."

Fujihara menelan semua mie yang ada dimulutnya.

"Aku tidak mengenal mereka, lagipula gadis dikelasku biasanya hanya berkumpul membicarakan gosip atau membicarakan Senpai-senpai (Senior) yang tampan."

Aku menelan mie dimulutku sebelum aku lanjut bicara.

"Jangan-jangan kamu tidak mengingat nama-nama teman sekelasmu?!"

"Baka~! (bodoh) Kamu pikir aku tidak bisa mengingat nama teman sekelasku," jawab Fujihara-san dengan nada kesal yang lucu.

Dia lalu menggelembungkan pipinya dan malingkan pandangannya dariku.

Tidak kusangka gadis pendiam dikelas seperti Fujihara bisa kesal sambil berkata 'Baka' dengan ekspresi selucu itu. Akupun tertawa memikirkannya.

"Apanya yang lucu, huft~!" kata Fujihara sambil menggelembungkan pipinya.

"Ehh~ bukan apa-apa kok," aku mengelak perkataannya.

---

Seminggu kemudian, hari senin. Jam pulang sekolah.

Sudah dua minggu semenjak aku bertemu dengan Fujihara-san, aku sudah sangat akrab dengannya. Aku sering ke kelasnya saat jam istirahat untuk mengobrol ataupun pergi ke atap sekolah untuk makan berdua dengannya. Saat jam pulang sekolah aku sering pergi ke kelasnya untuk mengajak dia pulang bersama, dan biasanya aku bermain dulu kerumahnya. Dalam seminggu aku bermain sekitar tiga kali kerumahnya.

Sekarang sudah jam pulang sekolah. Seperti biasa aku pergi ke kelas Fujihara untuk mengajak dia pulang bersama. Kulihat dia sendirian dikelasnya sedang mengerjakan sesuatu.

Aku berdiri disamping dan menyapanya.

"Hai Fujihara-san, apa yang sedang kamu kerjakan?"

Fujihara-san lalu menoleh kearahku sambil memasang raut wajah sedih.

"K-kazuki-kun... bisakah kamu membantuku mengerjakan soal matematika ini... Hiks~"

"Ehh... kenapa bisa kamu belum selesai mengerjakannya?"

"Aku tidak mengerti sama sekali, hu~hu~hu~"

"Dasar, harusnya kamu bertanya pada teman disampingmu."

"Aku sudah mencobanya, tapi aku malu mengatakannya..."

Malang sekali nasibnya.

"Baiklah, sini biar aku bantu kamu mengerjakannya."

Kemudian aku melihat soal matematikanya.

Hmm sudah kuduga, soal ini sama percis dengan tugas yang diberikan Sensei (Guru) padaku tadi.

"Persamaan linier 7x+23=4x-1 memiliki nilai x yaitu..."

Kemudian aku mengerjakan rumus soal tersebut dengan Pulpen dimeja Fujihara-san.

7x+23=4x-1

7x-4x=-1-23

3x=-24

x = -24/3

x= -8

"Ketemu, hasil dari nilai x adalah -8!"

"Sugoii (Luar biasa) Kazuki-kun, kamu bisa mengerjakan soalnya."

"Ahh, persamaan Linier sudah dijelaskan oleh Sensei, jadi aku lumayan paham."

Sebenarnya aku sudah mengerjakan soal ini sebelumnya.

"Baiklah, sekarang soal selanjutnya. Akan kubantu kamu menyelesaikan semua soal ini."

Setelah itu aku membantu Fujihara-san mengerjakan semua soal. Kemudian setelah selesai aku menemani Fujhara-san menyerahkan tugasnya ke ruang guru.

"Terimakasih Kazuki-kun—, tanpamu pasti aku tidak akan menyelesaikan soalnya." Kata Fujihara-san sambil tersipu malu saat keluar dari ruang guru.

"Sudahlah, kamu tidak perlu berterimakasih seperti itu."

"Aku hanya tidak enak, kau sampai rela membantuku mengerjakan soal."

"Tenang saja, tidak usah dipikirkan. Lebih baik kita pergi pulang bersama."

"B-baik..."

Kemudian kami berdua berjalan beriringan meninggalkan bangunan sekolah. Fujihara-san tidak mengatakan sepatah katapun setelah itu. Mungkin dia masih merasa tidak enakan kepadaku.

Kemudian aku menghentikan langkahku saat sedang menuju gerbang sekolah. Fujihara juga ikut menghentikan langkahnya.

"Hei Fujihara-san, apa kamu sedang tidak enak badan? Atau kamu sedang mencemaskan sesuatu?"

Kenyataan nya akulah yang mencemaskan dia.

"T-tidak apa-apa kok Kazuki-kun, tidak perlu mencemaskanku."

"Kalau sesuatu yang mengganjal pikiranmu kamu bisa mengatakan nya padaku..."

"K-kenapa—, apa kamu mencemaskanku...?"

"Tentu aku mencemaskanmu..."

"—Karena kita teman?"

Fujihara-san mengatakannya sambil menatapku ragu-ragu. Apa dia mengharapkan sesuatu dariku. Sebelumnya dia tidak pernah bicara seserius itu padaku.

"—karena aku menyukaimu,"

Oh gawat, kenapa aku mengatakan hal seperti itu. Sepertinya aku terlalu serius hingga keceplosan.

Fujihara hanya terdiam mendengar perkataan ku barusan. Aku tidak bisa melihat raut wajahnya karena dia tiba-tiba menoleh kesamping.

"—kau serius menyukaiku?" Tanya Fujihara-san serius dengan raut wajah memelas.

Aku bisa melihatnya, dia menoleh padaku. Raut wajah itu, dia mengharapkan sesuatu dari perkataan ku. Fujihara-san, pipinya memerah dan matanya berkaca-kaca menatapku. Dia menatapku seperti seorang gadis kecil polos yang menginginkan permen.

"Aku serius Fujihara-san, —aku menyukaimu."

Aku mencoba mengatakan jujur perasaan ku padanya.

"Aku menyukaimu, —maukah kamu menjadi pacarku?"

"..."

Fujihara-san hanya diam saat aku tanya, seluruh wajahnya memerah.

"Tidak mau ya—,"

"—Aku mau kok, jadi pacarnya Kazuki-kun."

Fujihara akhirnya menjawabnya, meskipun agak malu-malu.

"Benarkah itu Fujihara?"

"Iya," jawab Fujihara-san sambil tersenyum.

"..."

Sekarang malah aku yang terdiam dan malu mendengar perkataan nya itu. Ini pertama kalinya aku menyatakan perasaan ku pada seorang gadis, aku berhasil melakukan nya. Tapi sekarang aku malah terlalu malu untuk bicara sepatah kata setelah Fujihara-san menjawab nya.

"Kazuki-kun?"

"Eh iya—," aku semakin gugup.

"Kazuki-kun sejak kapan menyukai ku?"

"Itu—, sejak aku bermain dan mengobrol banyak denganmu setiap hari."

"Aku juga—, aku menyukai Kazuki-kun. Kamu begitu mempedulikan dan memperhatikan diriku."

"Ehh—, aku hanya tidak ingin kamu terus kesepian seperti itu..."

"Uluh Kazuki-kun, daripada kamu terus mencemaskanku seperti itu lebih baik kita segera pergi kerumah ku. Ayo kita rayakan hari ini dengan bermain game dirumahku."

Kata-kata Fujihara membuatku jadi lebih bersemangat lagi.

"Yosh, kalau begitu mari kita rayakan hari ini dirumahmu!"

"Iya, Kazuki-kun..."

Fujihara-san tersenyum bahagia.

Hari ini adalah hari yang berkesan buatku. Hari dimana aku jadian dengan Fujihara-san. Kamipun memutuskan untuk bermain game dirumahnya. Begitulah, cerita cinta kami berdua dimulai dari sini.

Cerita tentang aku dan pacar no life ku.

avataravatar