1 Bab 1

Seminggu sebelumnya..

"Alya.." lirih seorang lelaki paruh baya kepada putrinya yang bernama Ayla, yang tak sengaja tertidur di sebelahnya. Beliau terkulai lemas dengan beberapa alat infus yang menempel di tangan kanannya, alat bantu pernafasan yang menempel di hidungnya serta alat pembaca detak jantungnya.

Sore tadi adalah hal yang sangat menyedihkan untuk Ayla karena sang Ayah harus mengalami kecelakaan tabrak lari yang membuat hidup sang Ayah berada di antara hidup dan mati. Dunia gadis itu seakan hancur berkeping- keping mendengar berita tentang Ayahnya itu. Ayla sangat takut kalau harus kehilangan satu- satunya orang tua yang ia miliki saat ini. Sejak ibunya meninggal Ayla hanya punya Ayah dan Kakaknya- Damar.

"Ada apa, Yah, maaf Ayla ketiduran." ucap gadis itu sambil mengangkat kepalanya sambil perlahan membuka matanya dan memfokuskan pandangannya untuk menatap Ayahnya.

"Damar mana?" tanya Sang Ayah.

"Kak Damar masih belum pulang, Yah. Apa Ayah butuh sesuatu?" tanya Ayla yang sudah mulai setengah sadar.

"Ayla, mulai sekarang kamu jangan diri baik- baik ya, harus lebih mandiri jangan pernah sekali pun kamu menyusahkan orang lain." lirih Sang Ayah yang membuat hati Ayla gusar mendengarnya. Air matanya sangat ingin sekali menetes begitu mendengar ucapan beliau namun ia tahan karena tak ingin menunjukkan kesedihannya.

"Iya, Yah. Ayah enggak usah khawatirkan Ayla, Ayah harus sembuh." pinta gadis itu dengan air mata yang masih ia tahan.

"Jangan pernah ribut lagi sama Kak Damar ya." tambah beliau yang tanpa sadar membuat tangis gadis itu pecah seketika. Kali ini ia tak bisa berkata apa - apa lagi selain menganggukkan kepala.

"Ayah, enggak akan bisa terus temani Ayla sampai nanti jadi Ayla baik- baik ya, Nak."

"Kenapa Ayah bicara seperti ini sama Ayla? Apa Ayah udah enggak sayang Ayla lagi?" tanya gadis itu dengan air matanya yang semakin mengalir deras.

"Ayah.. Ayla.." teriak seorang pemuda yang baru masuk ke dalam ruang gawat darurat. Lelaki itu berlari mendekati keduanya dengan nafas terengah- engah.

"Damar.." lirih sang Ayah yang semakin lemas. Lelaki itu menoleh ke arah adiknya yang sedang menangis terisak- isak.

"Ayah kenapa, La?" tanya lelaki itu namun Ayla tak bisa menjawab apa pun karena ia tak tahu apakah kondisi sang Ayah seperti dugaannya. Karena gadis itu sendiri mati- matian menolak hal buruk yang akan terjadi pada Ayahnya.

"Damar, Kamu jaga Ayla buat Ayah. Jangan sering ribut lagi atau pun melukai hati adikmu ya, Nak." pinta sang Ayah kepada anak lelakinya itu.

"Iya, Yah, sekarang Ayah istirahat ya." pinta Damar namun selang beberapa detik beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

"Ayahh.. Ayaahh.." teriak Damar yang begitu histeris ketika melihat Ayahnya sudah tidak bernafas. Ayla pun yang melihatnya beranjak bangkit dan memeluk Ayahnya. Beberapa perawat dan dokter berdatangan saat mendengar teriakan Damar. Mereka pun menghampiri tempat tidur Ayahnya lalu memeriksa urat nadi, detak jantung serta nafas Ayah mereka. Perawat dan dokter itu pun sempat menggunakan alat pacu jantung sebelum akhirnya mereka menutup seluruh tubuh Ayahnya dengan sebuah kain.

Kedua kaki Damar melemas kalau mengetahui Sang Ayah sudah pergi untuk selama - lamanya. Di hari itu menjadi hari yang sangat menyedihkan untuk keduanya. Entah bagaimana mereka harus menjalani kehidupan selanjutnya.

Disisi lain kehidupan Damar yang serba kesusahan itu pun juga harus di uji dengan bangkrutnya usaha yang sedang ia rintis. Selain itu Damar juga harus menafkahi istri dan anaknya. Entah bagaimana nantinya ia akan mengurus Ayla dan kuliahnya.

Setelah kemarin Damar sibuk mengurus segala urusan yang terkait dengan pemakaman sang Ayah dan juga pengajian untuk mengirim doa untuk Ayahnya. Damar duduk di kursi teras rumahnya, ia membuang nafas frustasi karena ia masih terpikir bagaimana harus menjalani kehidupannya ke depannya nanti.

"Mas.." lirih istrinya yang baru saja keluar dari dalam rumah menghampiri suaminya yang sedang duduk di kursi teras. wanita itu duduk di sebelah sang suami.

"Kenapa, De? apa anak- anak dan Ayla sudah tidur?" tanya Damar kepada istrinya.

"Sudah, Mas. Mas kenapa enggak langsung tidur? masih pusing ya?" tanya Icha istrinya.

"Mas, bingung, De." ucap Damar gusar sambil mengusap wajahnya.

"Yang sabar ya, Mas." seru Istrinya sambil menggenggam tangan sang suami.

"Mas harus bagaimana ya? Usaha Mas bangkrut. anak- anak masih butuh biaya dan sekarang di tambah Ayla. jujur Mas sudah kehabisan uang untuk menghidupi kalian." jelas Damar.

"Bagaimana kalau kita pinjam uang ke Pak Handoko." usul Icha yang membuat suaminya menoleh karena terkejut. pasalnya Pak Handoko adalah salah seorang rentenir yang sangat terkenal di desa mereka dan juga di kenal sebagai orang yang sangat kejam.

"Enggaklah, Mas enggak mau. lagian apa yang mau kita gadaikan?" tolak Damar mentah- mentah.

"Kita gadaikan saja rumah bapak, Mas. buat sementara saja sampai keadaan keuangan kita membaik." tambah Icha.

"Kamu makin ngawur saja, sudah jangan aneh- aneh." seru Damar.

"Ya sudah kalau begitu, Mas, lagian aku cuma kasih saran dari pada kamu pusing mikirin hal ini sampai kepalamu mau pecah." seru Icha lagi yang kesal karena suaminya tak mau menerima usulnya. Padahal keadaan keluarganya saat ini dibilang sudah sangat sulit untuk bertahan hidup.

"Ayo lebih baik kita tidur saja, besok Mas akan pikirkan cara untuk kita bertahan hidup. semoga saja besok ada jalan lain." Seru Damar seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah. Icha pun mengikuti sang suami dari belakang masih dengan rasa kesalnya.

sementara itu di sisi lain tanpa sadar Ayla yang terbangun karena haus sempat mendengar obrolan keduanya. gadis itu seakan merasa bersalah karena keberadaannya hanya menambah beban sang Kakak. Ayla ingin sekali membantu tapi apa yang harus ia lakukan untuk membantu keuangan keluarga sang Kakak. ia yang tadinya haus akhirnya kembali ke kamar saat ia tahu kalau Kakaknya ingin kembali masuk ke dalam rumah.

di dalam kamar Ayla mulai terpikir untuk mencari kerja sambilan besok. ia ingin mencari uang untum membayar kuliahnya sendiri dan juga sedikit membantu sang Kakak. Ayla yang notabennya anak bontot dan tak pernah melakukan pekerjaan kasar karena selalu di manja sang Ayah. esok mau tak mau iya harus mencari pekerjaan sesuai kemampuannya walau ia tak punya pengalaman bahkan kemampuan apa pun yang ia banggakan saat melamar kerja.

Hai buat kalian yang enggak sengaja mampir dan baca ceritaku jangan lupa tinggalkan komentar dan ratenya. jika berkenan kalian bisa follow igki @iinyourosul2807 untuk tahu kapan updatenya. semoga kalian suka ya sama cerita aku. Kamsamida.

avataravatar
Next chapter