16 Kekasih kontrak

Ketukkan pintu mulai terdengar, kedua mata mereka berdua mulai terbuka secara perlahan. Mereka saling berpandangan, lalu melepas pelukkan dan berbalik badan dengan rasa malu. Kemudian dia teringat akan hasil ujian yang belum sempat dia lihat. Kembali membuka sebuah situs di layar ponselnya, lalu melihat hasilnya. Dan ternyata dia pun lulus, seketika dia tersenyum lebar. Kebahagiaan terukir jelas di wajahnya, melihat hal itu Sarah penasaran lalu ia bertanya.

"Ada apa?"

"Aku lulus ujian masuk universitas," kata Fadil menatap wajah Sarah dengan rasa bangga.

"Wah selamat!"

"Thanks Sarah. Kamu tunggu disini, aku harus mengabari hal ini pada kedua orang tuaku." Ujarnya sembari beranjak dari tempat tidurnya.

Pemuda itu berjalan dengan rasa bangga, menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk pada sebuah bangku, terbuat dari kayu di teras depan. Kedua orang tuanya sedang menikmati, kupatahu sembari menghirup udara pagi. Dia duduk tepat di samping kedua orang tuanya.

Melihat raut wajahnya, kedua orang tuanya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka pun lalu bertanya, lalu Fadil pun menjawab bahwa dirinya lulus tes masuk universitas swasta di kota Cawang.

Mereka berdua senang, mendengar putranya lulus tes masu universitas. Kemudian mereka memberi semangat, pada putranya agar tidak mundur dalam pilihannya. Semangat pemuda mulai bergejolak dalam hatinya, menyambut lembaran baru yang akan segera menanti dirinya.

Dia melihat informasi seputar OSPEK (Orientasi Studi Dan Pengenalan Kampus), pada situs kampus yang sudah tertera pada layar ponselnya. Fadil melakukan screenshot, sehingga tak perlu capek-capek mencatatnya.

Kemudian Fadil bersiap-siap untuk mandi. Dia mengambil selembar handuk tanpa melepas baju, lalu pergi ke kamar mandi meninggalkan Sarah seorang diri dalam kamar. Selesai mandi dia kembali memasuki kamarnya, Sarah yang langsung paham dengan apa yang akan di lakukannya langsung berbalik badan. Baju kaos oren, di balik kemeja merah bermotif kotak, dan cenala jins biru telah dia gunakan. Semprotan parfum pada sekujur tubuhnya, hingga aroma harum tercium seluruh ruangan.

Sarah mengendus aroma tersebut, sembari memperhatikannya yang sedang bercermin. Fadil pun balik badan lalu menanyakan tentang penampilannya. Gadis itu memuji penampilannya, membuat Fadil senang mendengarnya.

"Bagaimana dengan situasi di luar? Apa sudah aman?"

"Oh kamu mau mandi?"

"Iya, tubuhku rasanya kurang segar jika tidak mandi di pagi hari. Bosan rasanya jika harus mandi siang terus menerus."

" Situasi di luar aman. Kedua orang tuaku sekarang berada di warung, adikku belum bangun dari tidurnya. Ini haduknya," Ucapnya lalu memberikan handuk baru berwarna hijau.

Tanpa membuang-buanga waktu, Sarah mengambil handuk di tangannya lalu berjalan cepat masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air sejuk membasahi tubuhnya, memberikan kesegaran pada tubuhnya. Dia menggunakan sabun batang, untuk membersihkan tubuhnya. Rasanya dia seperti terlahir kembali, ketika guyuran air mulai membilas tubuhnya. Rambutnya yang panjang, ia bersihkan menggunakan shampo sesuai diajarkan oleh Fadil.

Suara gadis mengetuk pintu, telah mengejutkan dirinya lalu seketika ia pun panik. Padahal dia sedang memanjakan dirinya, namun sepertinya waktu tak merestuinya. Sarah pun terdiam, namun ketukkan pintu kamar mandi semakin keras.

"Ayo cepetan dong! Sebentar lagi keluar nih!" Ucapnya tak tahan untuk segera memenuhi panggilan alam.

Dengan cepat Sarah mengelap tubuhnya, lalu dia berjalan keluar sembari menunduk. Tina pun yang sudah tak tahan, dan dia masuk begitu saja tanpa memperdulikan sosok di dalam. Tina berjongkok, pandangannya menatap ke depan mengingat sosok wanita yang baru saja keluar. Mengingat jumlah anggota keluarganya, lalu setelah dia sadar ia pun terdiam.

Sementara itu lantai mulai basah oleh langkah kakinya, namun dia terus berjalan sangat cepat agar keberadaanya tidak di ketahui. Sarah pun masuk ke dalam kamar dan ia menutup pintu dengan sangat cepat. Kedatangan Sarah membuat Fadil sedikit terkejut, lalu ia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.

Kedua matanya tak berkedip, ketika Sarah dengan kecerobohannya membuka handuk. Raut wajahnya memerah, dia langsung membalikkan badan sembari menutup wajahnya dengan bantal. Begitu juga dengan Sarah, ketika pemuda itu sempat melihat sekilas dirinya tanpa sehelai benang pun.

Rambutnya yang panjang sudah ia tata, baju dan selendang merah telah dia kenakan. Meskipun bajunya, tak di cuci selama seratus tahun sekali pun. Baju itu terus mengeluarkan aroma bunga, yang memanjakan penciuman orang di sekitarnya.

Bagaikan larong di malam hari, menempel pada cahaya lampu dan itu adalah perumpamaan Fadil setiap kali memeluknya. Meskipun ini terdengar tidak sopan, tapi memang benar adanya. Seluruh makhluk hidup akan tertarik, pada sesuatu yang dia suka. Mereka akan berupaya apapun, untuk mendapatkan keinginannya walau menggungakan jalan yang salah. Di balik bantal yang menutupi wajahnya, dia penasaran apakah Sarah sudah mengenakan baju? Secara perlahan dia membuka bantal tersebut. Fadil sedikit terkejut, melihat raut wajahnya dekat sekali dengannya.

"Kamu melihatnyakan?" Tanya Gadis itu mengintrogasi pemuda itu, dengan raut wajah merah merona.

"Mana mungkin aku melihatnya," ucapnya membantah tunduhan Sarah pada dirinya.

"Pembohong, aku lihat sendiri kamu mengintipku dalam beberapa detik."

Fadil memalingkan wajah, dengan raut wajah merah padam mengingat beberapa pemandangan indah yang ia lihat dalam beberapa detik. Kebohongan terpancar jelas pada kedua bola matanya, gadis itu semakin malu dan juga kesal atas sikap genit yang ia terima selama ini. Kemudian dia menjambak rambut Fadil, lalu menggerakkan kepalanya sembari meluapkan rasa malu yang ia alami. Puas menjambak rambutnya, gadis itu memukul Fadil dengan bantal.

"Dasar lelaki genit, sudah tiga kali menciumku tanpa izin, memelukku, dan sekarang mengintipku. Bagaimana kamu bertanggung jawab?!" Ujarnya sembari terus memukulnya dengan bantal.

"Ampun, iya ampun," ucapnya agar gadis itu berhenti memukulnya.

"Pokoknya aku nikah! Nikah!" Ucapnya memejamkan mata dengan raut wajah memerah.

"Hah?! Ampun aku akan bertanggung jawab, tapi jangan ekstream begitu." Timbalnya menahan malu dari apa yang dia dengar.

"Baiklah jika kamu ingin bertanggung jawab. Perlakukan aku, selama setengah tahun sebagai kekasihmu. Maka akan kulupakan segala perlakuan," ucapnya dengan malu-malu.

"Hah!"

"Hah! Hah! Bapakmu bilang hah! Aku serius dasar genit," ucapnya pada Fadil dengan raut wajah semakin memerah.

"Dengan kamu mengajukan hal itu, membuatmu terlihat lebih genit?"

"Apa kamu bilang?!" Gadis itu melototi dirinya, sehingga Fadil pada akhirnya terdiam.

Dan akhirnya, mereka berdua resmi menjalani hubungan sebagai kekasih kontrak. Pemuda itu sangat senang, akhirnya status jomblo telah berakhir walau hanya sementara. Meskipun begitu, Sarah sempat berkata jika dia jatuh cinta dengan wanita lain dirinya tidak masalah. Bahkan gadis itu menawarkan bantuan, jika itu di perlukan. Mendengar hal itu Fadil merasa seperti, seorang pria yang menggantungkan perasaan wanita. Dirinya sendiri tak tau, bagaimana hubungan mereka ke depan.

Yang jelas pemuda itu bertekat, untuk berlatih menjadi seorang kekasih yang baik dan juga suami untuk pasangannya di masa depan. Baru saja dia memikirkan hal itu, Sarah mengatakan hal yang sama. Mengenai kelanjutan kisahnya, mereka berdua pun tidak tau. Mereka lebih memilih untuk menjalaninya. Setelah siap, Fadil dan Sarah dengan wujudnya tidak terlihat berjalan ke luar. Di kedua tangan Fadil memegang sebuah helm hitam, beserta sarung tangan hitam yang ia kenakan.

Sepasang sepatuh abu kaos kaki putih semata kaki, membuat dirinya merasa keren. Mereka berdua menaiki motor, dan melaju kendaraan menuju pasar besar yang berlokasi sekitar playoper Cikampek. Disana, terdapat berbagai jenis penjual dengan kualitas dan harga yang bervariasi. Fadil melaju kendaraannya, melintasi jalur pantura sembari berhati-hati. Mereka di kejutkan, dengan jalan berlubang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.

Pemuda itu, melirik sejenak ke arah lubang tersebut sembari mengelus dada. Sarah mengingatkannya agar berhati-hati dalam berkendara, tanpa menjawab Fadil pun menganggukkan kepala. Mobil bus mulai terlihat di kaca spion motonya. Bus itu melaju sangat kencang, lalu Sang Supir membunyikan klakson. Suara yang begitu menggema telah mengejutkan mereka berdua. Spontan berbagai macam kata binatang, terucap dari mulut mereka berdua. Mobil bus itu seolah tuli, lalu melintasi mereka berdua begitu saja.

Baru saja menjalani hubungan, sebagai kekasih kontrak mereka malah di hadapkan masalah di jalan. Mungkin itu adalah sebuah hidangan pembuka, sebelum menghadapi masalah sesungguhnya. Sekian lama di perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di playover. Fadi memarkirkan kendaraanya, di depan kedai baso langganan ibunya. Kemudian mereka berjalan memasuki pasar. Sarah pun melihat kesana kemari, memandangi suasana pasar yang cukup ramai.

Slip dress bermotif floral, kemeja putih dan sepasang sepatu yang Sarah kenakan, membuat para lelaki secara diam-diam mencuri pandangan. Parasnya yang cantik dan ramah membuat para penjual tersenyum. Satu persatu barang, untuk keperluas OSPEK telah Fadil dapatkan. Sembari membeli, Sarah mempelajari sistem pemasaran disini. Siapa tau dia bisa membantu kesayangannya dalam berdagang. Kesayangan yang sempat terucap di dalam hati membuatnya salah tingkah.

Dirinya tak percaya, bahwa kini hubungannya dengan Fadil adalah sepasang kekasih. Tapi dia pun sadar, bahwa hubungan asmara dengannya hanya sebatas kontrak. Jika suatu saat kontraknya telah berakhir, dia pun bertekat tidak akan ada yang berubah diantara mereka berdua. Selama status kontrak berlangsung, Sarah akan menunjukkan performa terbaik sebagai seorang kekasih. Dengan begitu, siapa tau dia bisa mengenalnya lebih jauh dan juga kalau bisa memikat hatinya.

Jalanan becek, serta aroma ikan dan juga hal yang tidak menyenangkan lainnya, tak mengurungkan niat mereka berdua, untuk mendapatkan barang yang di cari. Panasnya sinar mentari serta kepala terasa pening, tidak menghentikan kedua kaki mereka untuk terus melangkah.

"Maaf Sarah sudah mengajakmu kemari."

"Tidak masalah, sekalian aku mempelajari kegiatan jual beli disini."

"Sehabis belanja, kuteraktir makan baso."

"Iya sayang."

Mendengar hal itu raut wajahnya memerah, tak kuasa menahan rasa malu dan kebahagian yang dia rasakan. Sarah tersenyum manis kepadanya, lalu dia memeluk tangan kanannya layaknya seorang kekasih sungguhan. Kedua tangan mereka saling berpegangan, nuansa romantis telah mengubah suasana di sekitarnya. Segala hal, yang tidak menyenangkan disini seketika menghilang, berganti dengan nuansa romantis dan kebahagiaan.

avataravatar
Next chapter