Naraya menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Ah, tidak, lebih tepatnya dia menelungkup kan tubuh serta wajahnya. Memang rasanya sulit bernapas dan hanya ada kegelapan di sini, tapi biarlah, Naraya merasa lebih nyaman dan aman begini.
Terutama dengan suasana hatinya yang sudah hancur lebur. Sudahlah dia memikirkan bagaimana nasib Renjana, dan kini dia bertengkar dengan Sakha. Sangat-sangat menyebalkan. Bagaimana bisa ada hari yang semenyebalkan ini? Coba katakan, adakah hari yang lebih menyebalkan daripada hari ini?
Naraya menendang kasur. Dia diam saja, tidak menangis atau apa. Tapi dia tetap mengomel dan marah-marah di dalam hatinya.
Perempuan itu begitu cukup lama. Hingga akhirnya dia merasa kehabisan napas dan membalikkan tubuhnya. Napas Naraya terengah-engah, kehabisan napas karena wajahnya ditutupi oleh bantal.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com