1 Berat

Aku berjalan melewati tempat itu. Tempatnya gelap, sunyi, dingin, dan seram, apa lagi ini malam. Banyak tanah yang berbentuk gundukan, terdengar juga suara long-longan anjing. Hanya ada beberapa orang yang melintas disitu.

Yap benar, kuburan, aku baru saja melewati kuburan yang konon kabarnya banyak cerita penampakan.

Ngomong-ngomong, perkenalkan, nama ku putri. Orang-orang selalu berlari dan berteriak histeris saat bertemu dengan ku. Itu membuatku bingung.

Ah ya, aku baru saja melewati kuburan itu, aku kembali teringat dengan sesuatu yang pernah terjadi padaku, setelah diriku selesai berkunjung di makam ibuku.

.

.

.

"Ayah ayo kita pulang, aku sudah lapar" ujar seorang anak kecil perempuan, berumur 6 tahun, dengan rambut hitam panjang sebahu. Menarik-narik tangan sang ayah sambil merintih, memintanya untuk segera pulang karena dirinya sudah sangat lapar.

"Baiklah, ayo putri" sang ayah menggandeng anaknya berjalan menuju tempat sepeda motornya terparkir. Anehnya putri berjalan dengan kaki terseret, tubuhnya seperti mengangkat sesuatu yang sangat berat.

"Putri kau baik-baik saja sayang?" Tanya ayah, ia membungkuk, mensejajarkan tingginya dengan sang anak.

"Berat ayah, berat, kakiku sakit" mata putri berkaca-kaca, tubuhnya bergemetar dengan kaki sedikit menekuk seperti membawa beban berat.

Sang ayah yang panik pun membawanya ke suatu tempat seperti rumah tua besar peninggalan jaman Belanda, tetapi hanya dua tingkat. Tempatnya gelap hanya terdapat beberapa lilin di terasnya.

Putri sebenarnya ketakutan dan sangat ingin pulang, tapi ia tetap mengikuti ayahnya.

Putri mengikuti ayahnya menaiki anak tangga berkali-kali.

Ketika sampai di ruangan yang mereka tuju, sang ayah membuka pintu ruangan dan terlihatlah seorang pria paruh baya yang duduk bersila menghadap sebuah lilin didepannya.

"Mbah, anak saya tiba-tiba merasa keberatan, seperti ada yang menaiki punggung nya, apakah Mbah mengetahui ada apa dengan anak saya?"

Mbah dukun itu hanya diam, menatap tajam bercampur sinis ke ayahnya putri. "Inikan sudah sesuai kesepakatan kita, dan kau sudah berjanji!" Mbah dukun malah melanjutkan ritual membaca mantra nya

Sang ayah menelan ludahnya, keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya "kesepakatan apa ya Mbah?" Mengerutkan dahi, memasang wajah kebingungan. Entah sang ayah lupa atau dia berlagak bodoh.

Putri yang sedari tadi diam mulai merasa bosan dan ikut bingung. sang ayah yang tidak fokus tidak sadar kalau anaknya berlari keluar ruangan itu.

.

.

.

Putri membuka salah satu ruangan di rumah tua itu, isinya hanya lukisan tua bergambar seorang wanita Belanda berwarna putih, berwajah sedih, berbaju putih. Putri merinding seketika saat melihat sesosok wanita di lukisan berubah menjadi berwajah seram, wajahnya berdarah-darah, tubuhnya kurus dan terlihat seperti tulang saja. Putri mulai berlari saat tangan wanita itu keluar dari lukisan berusaha menarik putri kedalam lukisan.

.

.

.

"Putri, kau dimana nak?" Ayah putri berlari mengecek ruangan satu persatu, hingga ia masuk keruangan yang berisikan lukisan tua tersebut.

Dilihatnya anak perempuannya itu sedang ditarik masuk ke lukisan, darah keluar dari tubuhnya, mulut nya terbuka seolah meminta pertolongan. Sang ayah kaget seketika melihatnya.

"Sesuai perjanjian kan?" Sang dukun berjalan dengan tongkatnya ke arah ayah putri, dan tersenyum sinis "kau kaya raya, dan keluarga mu kau jadikan tumbal"

ayah putri membulatkan matanya, saat rumah tua itu menghilang secara tiba-tiba, dirinya terjatuh dari atas membentur tanah dan kepalanya pecah.

Beberapa warga sekitar yang melihatnya langsung memanggil ambulans dan polisi. Mereka takut menghampiri

.

.

.

Yah begitulah ceritanya.

Hehe, kalau kalian bertanya kenapa diriku masih bisa hidup sampai sekarang

End

______________________________________________

End for this chapter, gimana? Serem gk? Cukup untuk permulaan?

Jujur aku sedikit takut pas ngebayangin, tapi kalau kalian gk tau takut apa gk? mungkin karena aku emang penakut:), ke kamar mandi malem² aja takut, padahal kamar mandi Deket ma kamar ortu, ditambah ku juga satu rumah ma keluarga, tapi masih takut :)

Hehe makasih udh baca, serem gk?

avataravatar