15 15. Tidak Tahu

Night king : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 15. Tidak Tahu

Lin Pan terus saja bertanya, tetapi Lin Hua selalu menjawab dirinya baik-baik saja. Lin Pan bersikeras untuk membawa Lin Hua menemui Dokter. Akan tetapi, Lin Hua menolaknya dengan alasan keselamatan Lin Tian. Saat ini yang menjadi prioritas utama mereka tentu saja adalah Lin Tian.

Keduanya masih berdebat di sana, saat itulah suara gumaman pelan dari Lin Tian seketika membuat Lin Pan melupakan masalah yang terjadi pada Lin Hua, dan begitu juga dengan gadis ayu itu. Walaupun kakinya masih terasa sakit, tetapi Lin Hua begitu bersemangat untuk menemui Lin Tian.

Ada suara gumaman pelan terdengar dari sana, perlahan Lin Tian mulai membuka matanya. Lin Hua dan Lin Pan sangat antusias melihat perkembangan dari Lin Tian.

"Scorpio ..." Hal yang pertama kali Lin Pan katakan adalah 'Scorpio' seketika itu juga Lin Tian langsung bertanya.

"Scorpio? Siapa itu? Nama apa itu?" tanyanya seraya beringsut dan berada dalam posisi duduk.

Lin Pan menaikkan sebelah alisnya terkejut mendengar pertanyaan tersebut. "Apakah kau tidak mengingat siapa itu Scorpio?"

Lin Tian menggeleng, "Tidak ... Siapa dia? Aku baru pertama kali mendengarnya? Apakah Scorpio itu nama seseorang yang mungkin saja dia mengenalku, tetapi diriku tidak mengenal dia?"

Pertanyaan Lin Tian membuat kepala Lin Pan semakin sakit. Dia memijat keningnya dan memilih untuk menjauh dari ranjang Lin Tian. Lin Hua sama terkejutnya dengan Lin Pan, sesungguhnya dia tidak menduga ini akan terjadi.

Sebelum masuk rumah sakit, Lin Hua merasa bahwa sikap Lin Tian baik-baik saja, tidak banyak berubah, walaupun agak sedikit aneh diawalnya, tetapi semuanya masih seperti Lin Tian yang dikenalnya.

Lalu, mengapa setelah dilarikan ke rumah sakit dan tersadar, seketika Lin Tian berubah, seolah menjadi seseorang yang lupa akan jati dirinya?

Lin Hua meletakkan tangan kanannya di kening Lin Tian, "Kau tidak sedang demam, tapi mengapa?"

Lin Hua tidak dapat melanjutkan kalimatnya, kata-katanya terjeda dan sulit untuk bisa menggambarkannya. Lin Tian yang merasa tidak nyama segera menyingkirkan tangan Lin Hua dari keningnya.

Lin Hua mengerutkan keningnya, berpikir kalau dugaannya ini tidaklah salah, Lin Tian benar-benar amnesia atau semacamnya.

"Kau ini siapa, Nona? Mengapa kau berani sekali menyentuh diriku?" tanya Lin Tian sedikit menaikkan nada bicaranya.

Lin Hua semakin dibuat geleng-geleng kepala, sejak tadi, bahkan beberapa jam lalu dirinya selalu berada di sisi Lin Tian. Akan tetapi, sekarang pemuda itu seolah lupa kepada dirinya.

Lin Pan terus mengusap keningnya, dia terlihat mondar-mandir seperti setrikaan. Tentu saja ada banyak pertanyaan dalam benaknya karena sebelum ini terjadi, tidak pernah kejadian hal seperti ini apa lagi sampai melupakan jati diri.

"Kalian ini siapa? Apa yang terjadi dengan diriku, mengapa aku berada di tempat ini?"

Pertanyaan Lin Tian semakin menguatkan dugaan kalau dirinya benar-benar mengalami amnesia. Lin Hua yakin sesuatu telah terjadi pada Lin Tian yang membuat isi kepalanya menjadi bermasalah.

Ketika duo Lin tersebut merasa kebingungan, saat itulah Lin Xiao datang bersama dengan seorang Dokter. Dokter tersebut tanpa sengaja berpapasan dengan Lin Xiao saat hendak ke ruangan tersebut.

"Mari Dokter!" kata Lin Xiao yang lebih dulu mempersilahkan Dokter itu masuk.

Lin Pan langsung bereaksi saat melihat Dokter yang dipanggilnya itu telah datang. Lin Hua memberi ruang pada Dokter tersebut agar bisa memeriksa Lin Tian kembali.

"Kau siapa?" tanya Lin Tian, di waktu yang bersamaan saat Dokter itu mulai menyentuh tangannya.

"Menyingkir dariku!" pinta Lin Tian dengan ketus, "Saya tidak mengenal Anda dan kalian," timpalnya seraya memandang satu persatu orang yang ada di sana.

Ada perasaan takut yang terpancar jelas dari sorot mata Lin Tian saat Dokter itu mulai memeriksanya. Namun, Dokter tersebut berusaha meyakinkan Lin Tian bahwa dirinya tidak perlu cemas.

"Tenang, Tuan Lin Tian. Saya hanya akan melakukan pemeriksaan kecil saja. Jadi, mohon untuk tetap tenang."

Begitulah yang Dokter itu katakan. Lin Tian mencoba untuk mengikuti perkataan Dokter tersebut. Saat ini dirinya masih tetap tenang karena Dokter itu tidak membuat dirinya dalam bahaya.

Sejak kedatangan Dokter itu, Lin Tian mencoba menganalisa sampai di mana kemampuan yang Dokter itu miliki.

"Apakah kau seorang Tabib?" tanyanya dengan polos yang seketika saja mengundang gelak tawa yang begitu menggelitik.

"Tabib katamu? Hahaha ... Di zaman modern seperti ini kau memanggilnya dengan sebutan Tabib? Hahaha ... Aku ingin tertawa," kata Lin Xiao dengan nada mengejek.

Lin Hua buru-buru mencubit pinggang Lin Xiao karena pemuda itu sangat suka berbicara ceplas-ceplos. Dokter yang sedang memeriksa Lin Tian pun sedikit menahan tawa karena dirinya tahu bahwa Lin Tian berasal dari keluarga modern tentu saja gaya bicaranya pun seharusnya mengikuti zaman.

"Apa itu modern?" Lin Tian kembali melontarkan pertanyaan dan lagi-lagi membuat Lin Xiao tidak dapat menahan air matanya dikarenakan terus saja tertawa.

"Pertanyaan darimu itu membuat perutku sakit. Sungguh kau terlihat begitu polos," timpal Lin Xiao seraya memegangi perutnya yang mulai keram akibat terus menerus tertawa.

Lin Hua kembali mencubit pinggangnya, dia merasa geram atas tingkah laku Lin Xiao yang tidak bisa diam itu. Sementara itu Lin Pan mengelah napas dari waktu ke waktu. Kepalanya sungguh semakin sakit saat mendengar pertanyaannya yang terus Lin Tian lontarkan.

Dokter pun tidak tahu harus berbuat apa. Belum pernah dia menemukan pasien dengan kasus yang seperti Lin Tian ini.

Lin Tian pun tampak menggaruk-garuk kepalanya, dirinya merasa bingung mengapa semua orang memandangnya dengan tatapan yang aneh, terutama pemuda yang sejak tadi tertawa itu. Ada hal yang Lin Tian lihat dalam ingatan pemilik tubuhnya itu.

Pemuda yang sejak tadi tertawa itu adalah Lin Xiao dan wanita yang sejak tadi diam memerhatikannya adalah Lin Hua. Lin Tian dapat mengingat kedua orang tersebut. Namun, tidak dengan pria dewasa yang sejak tadi ikut menatapnya.

Tatapan Lin Tian berada dalam garis lurus dengan pria dewasa tersebut yang tidak lain adalah Lin Pan. Namun, Lin Tian tidak bisa mengingat dengan jelas pastinya siapa pria dewasa tersebut.

"Dokter, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lin Hua, mendekatkan dirinya pada pria yang mengenakan jubah putih sebagai ciri khas seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis.

Dokter itu pun tertegun, terpaku seraya berpikir serta menganalisa apa yang sedang dialami oleh Lin Tian.

Kasus seperti ini bisa dikatakan sebagai amnesia. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan yang terus Lin Tian lontarkan sepertinya tidak mengarah pada amnesia pada umumnya.

"Sebaiknya kita menjalani pemeriksaan lanjutan agar kita semua mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Tuan Lin Tian."

Saran Dokter pun langsung disetujui Lin Hua karena dirinya juga penasaran apa yang membuat Lin Tian berubah. Terutama pada ingatannya yang sepertinya sangat kacau.

Dokter itu mendekati Lin Tian sekali lagi.

"Katakan, siapa nama Anda?"

avataravatar
Next chapter