webnovel

10. Kegagalan

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 10: Kegagalan

Di tempat terpisah, ruangan yang cukup luas, dipenuhi oleh rak-rak buku serta barang-barang mewah lainnya.

BRAK ...

Sebuah meja pun dijadikan sebagai pelampiasan kemarahan oleh seorang pria dewasa, memakai jas hitam dan kemeja yang biru.

"Kalian tidak berguna, membunuh satu orang saja tidak bisa!"

DOR ...

DOR ...

Dia mengangkat senjatanya, menarik pelatuknya dan satu persatu menembak orang-orang yang ada di hadapannya. Peluru itu menembus kepala sampai isi kepalanya pun keluar dan mereka tewas saat itu juga.

Di antara empat orang, hanya tersisa satu orang yang masih bernapas. Namun, kehidupannya juga tidak akan bisa bertahan lama.

"Katakan padaku, siapa yang sudah membantu Kucing Kampung itu dari kalian semua? Bagaimana bisa dia tetap hidup sementara jumlah kalian sangat banyak?" tanya pria pemilik senjata api tersebut.

Tatapannya begitu dingin pada anak buahnya yang hanya tersisa satu orang tersebut. Pria yang usianya kira-kira di bawah tiga puluh tahun itu menelan ludahnya. Kakinya bergetar ketika melihat satu persatu rekannya terbunuh dengan cara yang sangat tidak manusiawi itu.

"Cepat katakan!" bentak pria dewasa pemilik senjata api tersebut.

"Iiya ... Tuan!" Pria tiga puluh tahun itu menjadi gagap, sulit baginya untuk mengatakan banyak kalimat di bawah tekanan, apa lagi melihat rekan-rekannya yang tewas karena tidak bisa memberikan jawaban yang dapat memuaskan hatinya.

Pria tiga puluh tahun tersebut menelan ludahnya untuk yang kesekian kalinya, dia mengelah napas dari waktu ke waktu, mencoba menenangkan diri serta pikiran agar kalimat yang diucapkan dapat disampaikan dengan baik olehnya.

"Cepat! Atau ...."

DOR ...

Pria pemilik senjata itu melepaskan tembakan ke udara yang mengenai langit-langit. Pria tiga puluhan tahun itu semakin takut dibuatnya. Bibirnya kelut, kata-katanya tertahan di ujung tenggorokan sehingga dia sulit untuk mengucapkannya.

"Iya ... Tuan!"

Dia mencoba mengelah napas kembali, menenangkan hatinya dan berpikir jika ini bukan akhir dari kehidupannya.

"Kami tidak bisa membunuhnya karena dia sangat kuat dan juga dia dibantu oleh seorang ... Ga ..."

DOR ...

Belum sempat dia mengakhiri kata-katanya, peluru sudah lebih dulu bersarang di kepalanya. Sama halnya dengan rekan-rekannya yang lain, dia juga tewas dengan isi kepala yang keluar semua.

"Dasar lambat, tidak berguna!" umpat pria pemilik senjata itu dengan kesal. "Kalian memang pantas mati. Membunuh satu orang saja tidak bisa!"

Cih ...

Dia membuang ludahnya ke sembarang tempat. Tidak lama kemudian pria pemilik senjata itu berkata, "Cepat singkirkan mayat mereka dari tempat ini!"

Dia memerintahkan kepada lima pria lainnya yang sama-sama berada di sana untuk membawa semua mayat dari ruangannya.

Tanpa berbasa-basi lagi, kelima pria berotot besar dan bertubuh tinggi dengan rata-rata tinggi 190 cm itu segera menggotong mayat tersebut. Ketika semuanya sudah berhasil.

Brak ...

Pria dewasa itu menjatuhkan semua barang-barang yang ada di mejanya. Dia memecahkan vas bunga yang harganya tentu saja tidak murah.

Hanya tinggal dirinya seorang diri di sana, tanpa teman atau sahabat. Bagaimana dirinya memiliki banyak teman dia saja sangat suka membunuh. Buktinya, empat orang baru saja dia habisi nyawanya dengan cara yang begitu mengerikan.

Namanya adalah Hwang Xi Han. Pemilik perusahaan FL Entertainment sekaligus pewaris tunggal FL Group. Dirinya tidak memiliki saudara dan hanya tinggal seorang diri saja karena kedua orang tuanya sudah tewas, itu pun dia yang sudah membunuh mereka dengan cara yang tidak manusiawi.

Kehidupan sehari-hari Hwang Xi Han hanya dipenuhi dengan aksi membunuh. Dia tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa orang lain andai orang tersebut melakukan kesalahan. Sama halnya seperti keempat pria yang tadi. Mereka adalah orang-orang yang Hwang Xi Han perintahkan untuk membunuh seseorang, tetapi mereka gagal untuk menjalankan tugas tersebut. Sehingga, nyawa mereka yang dihabisi oleh Hwang Xi Han.

"Ini adalah yang kesepuluh kalinya aku mencoba membunuh Kucing Kampung itu, tetapi dia masih saja hidup. Sungguh keberuntungan yang bagus." Dia menyeringai, bibirnya tersungging saat menyebut nama 'Kucing Hitam' benar yang dikatakan orang, kalau seekor kucing memiliki tujuh nyawa yang membuatnya sulit untuk dibunuh.

Sepertinya anggapan itu memang benar adanya, seberapa kerasnya Hwang Xi Han mencoba untuk membunuh 'Kucing Hitam' tetap saja, Kucing Hitam masih bisa bernapas dengan bebas.

Hwang Xi Han meraih benda pintarnya yang ada di sofa, dia mencari satu nomor di antara banyaknya kontak yang disimpannya. Hwang Xi Han menekan satu nomor yang bertuliskan 'Malaikat Maut' tidak lama kemudian suara pun berdering dari ponselnya.

Cukup lama bagi Hwang Xi jawaban dari panggilannya tersebut. Beberapa detik kemudian, barulah suara bariton terdengar dari seseorang yang jauh di sana.

"Cepat kau habisi Kucing Hitam itu. Jangan kau biarkan dia hidup. Mengerti! Aku tidak ingin sampai orang lain mengetahuinya. Jadi lakukan ini dengan bersih. Paham! Jangan sampai gagal!"

Hwang Xi Han langsung mengakhiri sambungan teleponnya tanpa mendengar ucapan dari seseorang yang baru saja dihubunginya itu. Dia cukup percaya diri, kalau orang yang dinamainya dengan 'Malaikat Maut' akan bisa menghabisi nyawa 'Kucing Hitam' seperti yang dia inginkan.

"Dia tidak boleh hidup lebih lama dari ini. Bagaimanapun caranya dia harus tiada atau aku ..."

Hwang Xi Han menggenggam sebuah gelas yang masih berisikan air, lalu meneguk airnya sampai habis, selanjutnya dia melemparkan gelas tersebut ke lantai hingga menciptakan suara yang begitu menyayat hati.

****

Di rumah sakit, di salah satu ruangan yang dijadikan untuk tempat pemulihan pasien. Di sana sudah ada Lin Hua dan Lin Xiao. Keduanya tampak menggeleng-gelengkan kepala, sambil melipat tangan di dada.

Keduanya bagaikan tersambar petir di siang hari. Bagaimana tidak? Duo Lin ini dibuat kehabisan kata-kata dengan apa yang saat ini mereka lihat.

Lin Tian, dia tampak baik-baik saja sekarang bahkan sangat baik. Hanya saja selera makannya meningkatkan.

Kembali ke waktu tiga puluh menit yang lalu, saat Lin Tian dibawa masuk ke ruang untuk menjalani pemeriksaan, ketika salah satu Dokter memasuki ruangan, saat itu juga Lin Tian tersadar.

Dia langsung berada dalam posisi duduk, "Aku lapar. Bawakan aku makanan. Cepat!" perintahnya dengan nada yang tinggi. Sontak saja membuat Dokter dan perawat yang ada di sana terkejut.

Bukan hanya mereka, tetapi Lin Hua dan Lin Xiao pun sama terkejut dibuatnya. Lin Hua yang sudah sangat cemas dan menangis di sepanjang jalan, serta Lin Xiao yang bersusah payah untuk mencari jalan agar cepat sampai ke rumah sakit dengan mudah, pada akhirnya dibuat geram oleh Lin Tian.

Saat ini Lin Tian tengah asyik mengunyah dan mengisi perutnya. Dia dihadapkan dengan berbagai jenis makanan, mulai dari sayur hingga daging serta buah-buahan tersaji di sana. Tentu itu semua Lin Tian yang memintanya.

Dokter dan perawat sempat menolak permintaan tersebut, tetapi dengan nama besar yang Lin Tian, Lin Hua serta Lin Xiao miliki, maka siapa pun orangnya maka mereka akan patuh pada setiap perintah Lin bersaudara itu. Pada akhirnya Dokter dan Staf rumah sakit membawakan berbagai macam makanan sesuai yang Lin Tian inginkan.

Next chapter