1 Madam Runa

Bermantelkan kain butut dan usang, perempuan renta tergopoh-gopoh menyusuri jalan setapak di tepi Greenwood Forest. Setelah cukup jauh, ia pun berhenti. Hidungnya yang mancung dan pipih, mengendus aroma tidak sedap di dalam hutan tersebut. Dengan susah payah matanya yang rabun menyelisik sekeliling. Demikian pula dengan telinganya yang runcing, berusaha menangkap suara semampunya.

"Aneh, sepertinya tadi aku melihat sesosok bayangan berkelebat ... aah, mata Moon Elf berusia separuh abad ini memang tak lagi seperti ratusan tahun lalu," gumam Moon Elf tua, kemudian kembali berjalan menyibak rerimbunan hutan Greenwood Forest.

Baru berjalan beberapa langkah, terdengar suara dari balik semak-semak. Merasa penasaran, ia pun mengintip dan melihat lima Goblin sedang mengelilingi api unggun yang memanaskan panci berisi air berbau busuk.

"A-aku mau di-dia dipang-dipanggang, Slik," tukas seekor Goblin berambut jarang dengan ucapan khas Goblin yang terputus-putus dan nyaring.

"Ah, bu-buruk se-sekali sele-seleramu, Fuss," sahut Slik, Goblin berkulit hijau pekat mencibir selera kawannya.

Fuss merasa berang dan langsung naik pitam. "KA-KAMU SE-SELALU SAJA TIDAK MAU ME-MENGALAH! SU-SUDAH BE-BERAPA KALI, AKU ME-MENGALAH! SE-SEKARANG GILIRAN KA-KAMU YA-YANG HA-HARUS MENURUTIKU!"

"APA KA-KATAMU?!" bentak Slik, tak mau kalah dari Fuss.

"Su-sudah, kita ba-bagi saja menjadi du-dua. Se-separuh dipanggang, separuh la-lainnya direbus," sahut Goblin berperut buncit, berjalan menghampiri sambil menggendong bungkusan di pundaknya.

Fuss dan Slik terdiam. Bagaimanapun juga Goblin berperut buncit adalah pemimpin mereka. Menentangnya berarti mendatangkan masalah besar.

"Lub benar, Slik ... ayo kita buka saja bungkusan ini," ujar Fuss seraya membuka tali yang mengikat bungkusan.

Slik pun tak ingin dianggap keberatan dengan usul Lub dan segera membantu Fuss, meski hatinya masih kesal.

Setelah selesai dibuka, ternyata isi dalam bungkusan tersebut adalah seorang bayi mungil. Bayi itu berwajah cantik. Meski pucat, kulitnya jernih dan halus; sepasang matanya lebar dengan retina ungu berkilauan; rambutnya pun berwarna ungu dan tebal; hidungnya mancung dan mungil; bibirnya yang tipis dan elok. Bisa diduga ketika dewasa akan banyak laki-laki terpikat. Sayangnya, bagi Goblin yang terpenting mengisi perut mereka. Mereka berencana merebusnya di dalam kuali berbau busuk.

"Khekhekhe ... se-sepertinya nik-nikmat," kata Lub, menelan ludah seraya memandang bayi tersebut.

"Biar ku-kupotong," ujar Slik mengangkat pisau, sebelum akhirnya mengayun cepat menuju bayi mungil.

Beruntung, tiba-tiba bola cahaya menerjang tangan Slik dan membuat pisaunya terlempar. Ketiga Goblin menoleh pada seseorang yang baru muncul dari balik semak-semak.

"MO-MOON ELF TUA ... BERA-BERANI LAN-LANCANG PADA KA-KAMI!" geram Slik, menatap tajam pada Moon Elf tua yang baru muncul.

"Serahkan bayi itu atau kalian rasakan Moonlight Chunk!" seru Moon Elf tua, seraya mengangkat bukunya yang diselimuti cahaya putih.

Alih-alih merasa gentar, Fuss justru meremehkan. "Ah, bi-bisa apa Moon E-Elf tua seperti ka—"

Belum sempat Fuss menyelesaikan kalimatnya, cahaya biru melesat cepat menyambar dada, dan membuatnya tewas seketika. Slik terkejut melihat kemampuan Moon Elf tua, tetapi tidak dengan Lub yang bisa menduga siapa perempuan di hadapannya.

"Du-dulu ada ti-tiga Mage le-legendaris da-dari Mo-Moon Elf ... Wizz dan E-Eruv, ya-yang telah tewas da-dalam pe-peperangan, tinggal me-menyisakan satu o-orang, ya-yaitu kamu Ma-Madam Runa ...," ucap Lub dengan suara bergetar. Perasaan takut pun menyergapnya; nyali besar yang tadi mengembang, surut seketika.

Moon Elf tua yang ternyata Madam Runa pun tersenyum sambil menyelisik kedua Goblin. Buku di tangannya makin berpendar terang. Jika melihat penampilan Madam Runa yang sudah renta, tidak akan ada yang menduga kalau ia merupakan salah satu dari tiga penyihir legendaris Moon Elves. Kendati demikian, masih ada saja makhluk yang tidak dapat mengukur kemampuan dan memilih bersikap congkak.

"A-aku ti-tidak pedu—"

"TU-TUTUP MULUTMU!" sergah Lub, membentak Slik. Ia menoleh pada Madam Runa. "Ka-kami berikan a-anak ini, ta-tapi biarkan ka-kami pergi."

"Bukankah itu yang tadi kutawarkan?!" tukas Madam Runa.

"Benarkah?" Lub tak melepaskan pandangan dari Madam Runa, karena khawatir ia ingkar.

Madam Runa tersenyum. "Pernahkah kamu mendengar aku mengingkari janji?"

Lub tercenung beberapa saat sebelum akhirnya membalik badan. "A-ayo Slik."

Slik mengangguk, lantas mengikuti Lub dari belakang. Namun, setelah beberapa langkah tiba-tiba keduanya berhenti. Perlahan-lahan tubuh keduanya bergetar, seiring suara erangan lirih.

"Ingin merasakan Moonlight Chunk seperti teman nahasmu tadi?" ancam Madam Runa.

Kedua Goblin terkekeh, seiring tubuh mereka yang membesar perlahan-lahan. Madam Runa terhenyak. Selama lima ratus tahun dalam hidupnya, belum pernah melihat Goblin yang dapat membesar seperti mereka. Namun, bukan Madam Runa jika menyurutkan langkah. Ratusan peperangan telah ia lalui, hanya dua Goblin raksasa tak membuatnya gentar. Sekali lagi ia melepaskan Moonlight Chunk yang melesat cepat menuju kedua lawannya.

Kali ini Goblin yang dihadapi bukan sembarang Goblin, keduanya berkelit cepat seraya menerjang balik. Kecepatan mereka tak dapat diantisipasi Madam Runa, hanya saja pengalaman bertarung telah mengasah refleks Madam Runa yang segera menangkis serangan lawan. Madam Runa mengernyit menahan sakit, tubuhnya pun terdorong ke belakang.

Bukan hanya kecepatan mereka meningkat, kekuatannya pun bertambah puluhan kali lipat ... apa yang membuat mereka memiliki kemampuan ini? batin Madam Runa sembari menghimpun Moonlight Chunk.

"Coba ini!" seru Madam Runa, melemparkan Moonlight Chunk.

Sudah dapat diduga serangan itu dapat dihindari kedua Goblin yang langsung menyerang balik, tetapi bukan itu tujuan Madam Runa. Saat kedua lawannya berada dalam jangkauan, Madam Runa mengeluarkan Moonlight Beat dan berhasil menghempaskan kedua Goblin. Madam Runa tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan kembali menyerang lawan.

"Moonlight Arrow!" teriak Madam Runa sambil mengeluarkan cahaya biru berbentuk anak panah, yang menghujam kedua Goblin hingga meregang nyawa.

Memang pantas dikatakan Madam Runa seorang Mage Legendaris. Meski kekuatan kedua Goblin meningkat puluhan kali lipat, tetap tak mampu menandinginya. Namun Madam Runa bukanlah orang yang mudah terlena, ia tahu bahaya sesungguhnya adalah yang menyebabkan kedua Goblin memiliki kekuatan mengerikan.

Sepertinya ada sihir gelap yang membuat mereka memiliki kekuatan di atas normal ... kalau ia bertujuan buruk, Greenwood Forest berada dalam bahaya, batin Madam Runa seraya mengangkat bayi mungil dari atas tanah, lalu membawanya meninggalkan tempat itu.

Diam-diam dari atas pohon, seseorang berkerudung dan berjubah hitam mengamati semua kejadian tadi dengan saksama. Matanya berkilatan dan tak berkedip memandang Madam Runa berjalan. Tubuhnya dikelilingi aura membunuh yang kuat.

Runa, fisikmu sudah tak lagi seperti dulu, tapi kemampuanmu tidak memudar sama sekali, batin orang tersebut seraya tersenyum licik, Kamu dan Elijore merupakan penghalang utamaku ... tapi kelak ia akan membantuku. Seusai membatin, orang tersebut terbang cepat menembus pepohonan.

Kecepatan orang itu benar-benar luar biasa. Hempasan angin di sekelilingnya menyibak kabut asap yang dilalui. Makin jauh ia masuk ke dalam hutan, makin suram pemandangan di sekitarnya. Pepohonan rindang dan hijau tak lagi tampak. Yang ada hanya pohon-pohon kering berdahan kurus dan tajam seperti jari tengkorak. Tanah yang subur dan gembur pun tak terlihat di sana, melainkan tanah kering dan pecah-pecah yang tak dapat menghilangkan dahaga pepohonan.

***

avataravatar
Next chapter