1 Prolog. Penolakan pengakuan dari teman masa kecil

Saat ini aku, Kazuya Rentarou membungkukkan badan pada Arisa Byakuya, teman masa kecil yang berubah menjadi gadis populer di SMA Kauohin.

Ini adalah pengakuan pertamaku semenjak janji masa kecil sepuluh tahun lalu. Aku tidak tahu apakah Arisa masih mengingat janji yang kami buat saat kami masih kecil dulu.

Namun, yang jelas sekarang aku dengan rasa gugup karena memikirkan bagaimana hubungan kami kedepannya setelah pengakuan cintaku, hanya bisa menunduk dalam sambil berharap Arisa mau berkencan denganku.

"Ano..sha. Kazuya-kun memang cukup keren saat kita masih kecil. Tapi..." jawabnya ragu.

"Tapi?"

"Kazuya-kun telah menjadi seorang otaku sekarang. Dan teman-temanku pasti akan menertawakan jika aku berkencan dengan Kazuya-kun," lanjutnya terputus-putus.

"Terlebih lagi Ucihida-senpai, beberapa hari lalu mengaku perasaanya padaku. Jadi, maaf Kazuya-kun tentang janji kita sepuluh tahun lalu aku tidak bisa memenuhinya," dengan suara sangat menyesal sambil menundukkan kepala meminta maaf Arisa kemudian pergi meninggalkan aku yang masih menunduk sembilan puluh derajat seperti orang bodoh.

Ah sialan. Saat aku berpikiran teman masa kecilku akan menerima pengakuanku. Justeru balasan dan penolakan yang akhirnya kudapatkan. Terlebih lagi, dia bahkan tidak menunggu aku melihat bagaimana ekspresi penolakannya barusan.

Arisa Byakuya telah menolak pengakuanku. Jadi, menjomblo di tahun kedua masa SMA adalah hal yang menungguku sampai aku lulus SMA. Sebelum aku lepas dari waktu-waktu sulit di bangku SMA.

Ah, padahal aku berpikir Arisa akan menerima pengakuan cintaku, terlebih lagi dia adalah satu-satunya gadis yang mau berbicara di dalam kelas denganku. Sisanya para gadis memandangku dengan tatapan menjijikkan selayaknya aku adalah bakteri atau amuba.

Terlebih lagi aku takut jika pengakuan cintaku ini akan menyebar ke seluruh siswa perempuan di SMA Kauohin lalu menjadi bahan tertawaan. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana pandangan menjijikkan ditujukan oleh para gadis sekolah menengah kepadaku.

Jadi, sambil berdiri dengan posisi lemas aku memutuskan untuk tidak masuk kelas untuk pelajaran berikutnya kemudian memutuskan untuk pergi ke game center di kota.

***

Ketika aku melewati lorong keluar dari pintu masuk stasiun kereta bawah tanah. Seorang gadis berpakaian layaknya Puteri di jaman abad pertengahan berdiri di sisi berlawanan dengan tangga berjalan. Gadis itu terlihat menunggu seseorang di tengah kerumunan sambil memperhatikan bagian atas kepala setiap penumpang kereta api yang turun, termasuk aku.

Wajahnya yang tirus dan putih bagai salju pertama. Terlebih lagi gaunnya berwarna biru senada dengan rambutnya yang hitam dihiasi hairpin biru Jade dibagian atasnya. Gadis itu berekspresi senang saat melihat ke arahku. Entah karena suatu hal apa gadis itu memperhatikanku selayaknya menemukan orang yang dicarinya selama ini.

"Level 120, Alvian Kingdom General. Godly Farmer. Kazuya Rentarou," gumam gadis itu sambil merentangkan tangan kanannya memblokir pintu keluar ku.

"Ano... maaf apakah kamu bisa memberi ruang jalan padaku."

Gadis itu hanya terpelongo sambil terus memperhatikan bagian atas kepala ku.

"Kazuya Rentarou, ikutlah bersama saya! Dewi Panen membutuhkan pertolongan dari kamu."

Aku hanya diam seribu bahasa mencoba mencerna maksud dari perkataan gadis ini. Maksudku, mungkin saja gadis ini merupakan salah satu dari banyak cosplayer penipu yang biasa memeras para pria di stasiun kereta api. Jadi, dengan penuh rasa curiga aku berpura-pura tidak mendengar apa yang barusan dia katakan. Lalu, dengan membungkukkan kepala aku melewati halangan dari tangan kanan gadis itu.

"Tunggu!! Godly Farmer!!" Panggilnya mencoba menghentikan langkahku.

Godly Farmer?

Apakah gadis ini memiliki sekrup yang telah longgar di dalam kepalanya?

Tanpa mempedulikan panggilan dari gadis itu aku berlalu kemudian memutuskan untuk menghabiskan waktu setelah penolakan dari teman masa kecilku.

Hingga esok harinya gadis itu datang kemudian melakukan sesuatu hal yang dianggap sebagai keajaiban atau sesuatu hal yang benar-benar di luar akal sehat.

Gadis itu membawa satu sekolah beserta bangunannya ke dunia paralel game yang populer di era tahun 1990an. Sebuah dunia dimana manusia harus bersaing dengan waktu, naga, iblis, orc dan bangsa-bangsa monster lain untuk mencukupi kebutuhan pangan.

***

Pukul tujuh malam dengan pakaian berantakan setelah bergelut dengan berbagai macam tools game di game center. Aku melangkahkan kaki bagai pemabuk dan pecundang yang pulang dari medan perang. Meski, aku sama sekali tidak pernah mengalami kekalahan dalam game sebelumnya. Namun, penolakan dari Arisa membuatku seperti terombang-ambing layaknya kapal di waktu badai di tengah lautan.

Malangnya lagi saat di perjalanan pulang menuju rumah. Aku tanpa sengaja menemui Arisa dan Ucihida-senpai si kapten club basket pulang sambil bergandengan tangan.

Saat memperhatikan ekspresi bahagia Arisa rasa sesak di dadaku menjadi perasaan janggal lain yang menambah beban lagi di pikiranku.

Dalam kepalaku, aku menebak jika pertemanan kami dari masa kecil akan sirna. Dari janji kami hingga hubungan kami pasti akan terputus setelah penolakan dari Arisa. Aku sedikit menyesali untuk jujur pada perasaanku. Ku pikir aku tidak akan memiliki teman lain lagi di bangku SMA sampai aku lulus nanti.

Jika dibandingkan dengan Ucihida-senpai, aku bukan apa-apa. Jadi, kupikir adalah hal yang wajar Arisa menolak ku. Meski agak menyakitkan, aku hanya melewati kediaman keluarga Byakuya kemudian memaksa mataku untuk terpejam malam itu.

avataravatar