1 01.

Tak terasa liburan sekolah kali ini tinggal tersisa beberapa hari saja, padahal sepertinya baru saja kemarin guruku mengumumkan liburan. Apalagi sekarang aku sudah kelas 3 SMA, bakalan ketemu sama banyak soal, banyak ujian. Belum lagi adikku yang bakal pulang dari Australia, setelah selama liburan ini berkunjung ke rumah saudaraku bersama ayah. Dia terlalu berisik buat aku yang lebih suka ketenangan. Tapi bukan berarti aku tak suka keramaian, jangan salah sangka.

Baru saja aku akan melangkahkan kaki menuju kamar mandi, karena dari tadi pagi aku memilih menonton koleksi dramaku. Tiba-tiba pintu depan rumah terbuka dengan lebar. Terlihat dua orang laki-laki memasuki ruang tamu.

" Dek Ayen pulang!!!!" teriak salah satu laki-laki itu. Ya dia adikku yang tadi aku maksud. Aku nggak tau kalau dia dan ayah bakal pulang lebih cepat.

" Lho sayang? Kok udah pulang?" Tanya bundaku yang menghampiri mereka.

" Lah, kamu nggak suka kalo aku pulang lebih cepat?" balas ayahku sambil memanyunkan bibirnya. Aish aku malu melihat ini.

" Bukan gitu sayang, tapi kan aku jadi belum nyiapin makanan spesial buat kalian" kata bundaku kemudian memeluk ayahku. Ah… pasangan love bird ini.

Sedangkan adikku malah menghampiriku yang masih memegang gagang pintu kamar mandi ini, dengan pose seakan-akan mau memelukku. Namun tiba-tiba ia berhenti didepanku dan memandangiku dari atas sampai bawah.

" Ish, baru mau mandi ya? Pantes dari tadi di depan bau kayak sampah" katanya kemudian menutup hidungnya.

" Ini anak kurang ajar banget sama kakaknya" jengkelku pada IN adekku dan memukulnya menggunakan handuk yang tadi ku lipat-lipat. Sebenernya namanya Yang Jeong In, tapi di keluargaku dia dipanggil IN atau lebih gampangnya Ayen.

" Udah gitu liburan makin gendut aja, kayak babi" ejeknya dengan tampang watados.

" Aish Jinjja!" jengkelku yang bertambah membuatku pengen mukul dia lagi.

" Bunda….. kakak mau mukul aku" teriaknya kemudian lari kearah bunda yang udah sibuk masak di dapur. Percaya atau tidak dia udah kelas 1 SMA besok, tapi masih aja kayak anak SD.

" Yang Jae Hwa…. Jangan gangguin Dek Ayen" teriak bunda dari dapur.

" Yang ada Ayen yang ganggu aku bunda" balasku dengan suara sedikit keras. Sedangkan Ayen malah mengejekku dari lantai dua.

" Awas aja nanti!" kemudian aku masuk ke kamar mandi.

Setelah mandi dan mengganti pakaianku dengan piyama, aku langsung membuang sampah yang tadi belum sempat ku buang, di taman depan sudah ada bundaku yang sibuk melihat-lihat bunga yang ada di depan rumahku. Ini emang udah rutinitas bundaku, katanya biar stress nya hilang. Mungkin beliau stress punya anak kayak Ayen.

Setelah aku membuang sampah di depan rumah, tiba-tiba ada mobil yang bawa barang banyak berhenti di depan rumah samping rumah kami yang lama nggak berpenghuni. Turunlah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda dari mobil itu, bundaku yang penasaranpun menghampiri wanita itu dengan senyuman manisnya.

" Mau pindah disini ya jeng? Saya Junghwa salam kenal" kata bundaku memperkenalkan diri. Sedangkan aku masih memandangi mereka dari teras.

" Ah iya bu, mulai hari ini saya tinggal disini, oh iya nama saya Hyejin salam kenal juga" wanita itu ikut memperkenalkan diri.

" Ini barang-barangnya saya taruh didalam ya" kata bapak yang tadi menyupir mobil itu.

" Ah iya pak terima kasih" kata wanita itu.

" Eh, biar anak-anak saya bantuin ngangkat barang kamu ya" bentar aku nggak salah dengar kan?

" Nggak usah repot-repot bu, berat juga soalnya"

" Ah nggak papa, anak saya kuat-kuat kok apa lagi anak perempuan saya…. Udah kayak Strong Women Do Bongsoon" aku yang baru saja mau masuk rumah karena denger itu langsung di panggil oleh bundaku.

" Jaehwa! Bantuin tante Hyejin ngangkat barang ya" aku yang mendengar itu langsung nyengir ke bunda.

" I-iya bun" kemudian nyengir.

" Sekalian panggil dek Ayen buat bantuin juga" kemudian kembali mengobrol dengan tante Hyejin. Aku langsung masuk dan memanggil Ayen.

" Ayen! Disuruh ngangkat barang sama bunda!!" teriakku.

" APA?!" teriaknya.

Setelah kami selesai membantu tante Hyejin dengan barang-barangnya yang banyak itu kami langsung duduk di sofa yang sudah ada di ruang tamu milik tante Hyejin dan meluruskan kaki kami.

" Ah…. Bodoamat pokoknya nanti buatin sirup buat adek" kata Ayen dengan kepala yang sudah dia senderkan ke bahuku.

" Yak! Yang ada kamu yang harusnya gitu, kamu cuma mindahin dikit doang!" kesalku.

Kemudian tante Hyejin datang sambil bawain sirup jeruk dan sandwich untuk kami. Kami pun langsung membenarkan posisi duduk kami.

" Nih dimakan, makasih ya udah bantu tante" katanya kemudian senyum manis.

" Ah iya tante sama-sama, terima kasih juga"

" Iya sama-sama" Ayen langsung mengambil sirup itu dan memakan sandwichnya.

" Oh iya kalian kelas berapa?" Tanya beliau sambil memandang kami yang sudah sibuk menyantap sandwich.

" Aku besok kelas 1 SMA tante" jawab Ayen kemudian lanjut memakan sandwich.

" Kalo aku kelas 3 SMA tante" jawabku sopan.

" Sama dong kayak anak tante, kelas 3 SMA" kata beliau. Bentar…. Tante Hyejin ini masih kelihatan muda lho, tapi anaknya udah kelas 3 SMA?

" Yang bener tante? Cowok atau cewek" tanyaku yang mulai kepo.

" Cowok, dan anak tante cuma dia aja" jawab tante Hyejin.

" Wah Ayen, punya temen baru deh" kata Ayen girang.

Aku hanya senyum- senyum malu gara-gara kelakuan Ayen yang childish ini. Setelah selesai makan, kami langsung pamit pulang ke Tante Hyejin karena bentar lagi udah malem. Saat kita sampai di depan teras rumah kami, tiba-tiba Ayen nyeletuk,

" Tuh kak, cowok lumayan ntar nggak jomblo lagi" kemudian masuk ke rumah.

" What? Aku jomblo tapi udah berdoi kalik" kataku PD.

" Siapa? Si Han, Han itu? cuma friendzone aja bangga" balasnya dengan suara sedikit keras.

" Yak! Ayen!"

Setelah menyelesaikan makan malam, Ayen yang mungkin kangen denganku tapi nggak mau mengakuinya itu main ke kamarku dan menonton youtube lewat laptopku sambil tiduran di kasurku. Sedangkan aku sibuk membaca novel yang baru saja aku beli di toko buku dekat tempatku les. Namun gara-gara Ayen yang menyetel lagu terlalu keras membuatku nggak fokus. Ku tutup novelku dan mulai mengomeli Ayen.

" Ayen! Balik ke kamarmu sana, ganggu aku baca novel tau! Ini juga udah jam tidur entar ganggu ayah sama bunda tidur" omelku pada Ayen.

" A…Shiro! Aku lagi pengen disini, aku juga mau tidur sini" balasnya dengan posisi masih tengkurap dan mata masih fokus ke laptop.

" Yak! Tapi itu berisik tau"

" Aku pake earphone deh ya" katanya kemudian mengambil earphone nya dari saku piyamanya.

Aku hanya bisa menahan amarah dan melanjutkan membaca novelku yang tadi belum sempat ku lanjutkan gara-gara Ayen. Lembar demi lembar sudah aku baca hingga tersisa beberapa lembar saja. Aku yang mulai mengantuk menutup novelku dan bangun dari tempat duduk meja belajarku.

" Ayen, udah malem pindah ke…" belum selesai aku bicara, ternyata Ayen sudah tertidur dengan posisi tengkurap dan masih terpasang earphone di telinganya. Aku yang nggak tega buat bangunin dia, langsung melepas earphonenya dan menutup laptopku dan meletakkannya di meja belajar. Kemudian menyelimutinya.

Akhirnya aku yang mengalah dan tidur di kamar Ayen yang sedikit berantakan oleh bajunya itu. Aku yang gemaspun langsung menatanya dan merapikan kasurnya. Saat akan menutup gorden jendela kamar Ayen yang langsung memperlihatkan pemandangan depan rumah, aku melihat mobil berwarna putih berhenti di depan rumah tante Hyejin. Mungkin saja itu anak dan suaminya yang baru saja sampai, tanpa berpikir panjang aku langsung menutup gorden dan merebahkan badanku di kasur Ayen.

Keesokkan harinya, aku bangun sekitar jam 5 pagi. Untuk pertama kalinya aku bangun pagi di hari libur. Heol! Seharusnya aku bangun jam 10 atau mungkin jam 11. Aku mencoba untuk memejamkan mataku lagi dan berharap bisa masuk ke dunia mimpi lagi. Tapi nihil, aku malah semakin tidak bisa tertidur. Akhirnya aku pasrah untuk kembali ke kamarku dan mengambil handuk untuk mandi. Namun saat akan mengambil handuk, aku melihat seorang laki-laki dengan wajah yang sedikit tertutup hoodie warna hitam sedang membaca buku di jendela seberang. Ya bisa dibilang jendela kamarku ini memang hadap-hadapan sama salah satu jendela di rumah Tante Hyejin. Dan kemungkinan besar dia anak dari Tante Hyejin.

Saat sedang asik memperhatikan, tiba-tiba saja laki-laki itu melihat kearahku. Aku langsung buru-buru menutup gorden jendelaku. Aku langsung sembunyi di balik gorden dan berjongkok karena takut nanti ketahuan memperhatikannya. Setelah beberapa detik ku buka lagi dengan perlahan gorden jendelaku. Tapi gorden jendela sebelah sudah tertutup rapat tanpa ada celah sedikit pun.

" Aish, apa dia tau ya kalo aku merhatiin dia? Kok kesal ya?" dengan kasar ku tutup kembali gorden kamarku dan mengambil handukku yang tadi belum sempat ku ambil. Dan turun menuju kamar mandi.

Sekitar beberapa menit kemudian aku kembali ke kamarku untuk melanjutkan membaca novelku. Waktu ku buka pintu kamarku ternyata udah nggak ada Ayen yang tidur disana, mungkin dia pindah ke kamarnya. Sebelum membuka novelku ku coba mengintip jendela sebelah, siapa tau dia udah buka gordennya lagi. Tapi ternyata masih saja tertutup rapat, aneh. Ya, aneh kebanyakan cowok kalau ada yang ngintip itu malah nantangin, seperti mengecek ada siapa disana atau apa gitu. Lah ini malah nutup gordennya. Aku yakin nggak salah denger kalo Tante Hyejin itu cuma punya satu anak cowok bukan cewek.

Tak terasa, hari ini sudah jam 10 pagi aja. Aku dan Ayen sibuk menonton variety show di televisi. Saat sedang menonton, bundaku yang dari tadi sibuk membuat roti, tiba-tiba saja memanggilku untuk turun dan menghampirinya. Di sana sudah ada beberapa roti yang jadi dan siap untuk disantap. Ku cicipi salah satu roti buatan bundaku.

" Wah, enak banget bun, rotinya buat kita ya? Banyak banget" kataku setelah mencicipi roti buatannya dan memakan satu roti lagi.

" Iya itu buat kalian, sengaja buat banyak… soalnya buat tetangga kita juga" kata bundaku sambil menata beberapa roti ke wadah.

" Buat tetangga?"

" Iya dong, tetangga baru kita Hyejin dan keluarganya. Kemarin malam kan anak sama suaminya udah tinggal disini juga" ceritanya sambil masih sibuk memasukkan roti ke wadah.

" Oh.. gitu" balasku singkat.

" Kamu anterin ya sekarang" perintahnya setelah selesai memasukkan roti itu.

" Ha? Kenapa nggak Ayen aja? Dia malah sibuk nonton TV" protesku.

" Kamu aja deh, kasihan Ayen lagi pengen nonton TV" kata beliau. Aish.. aku pun juga bunda, pengen nonton TV. Dengan sedikit malas ku ambil wadah itu dan menuju ke luar rumah.

Sebelum ke rumah tetangga, kulihat terlebih dahulu penampilanku pagi ini. Pakai kaos agak kedodoran warna putih, celana pendek warna merah, rambut yang ku kucir ekor kuda dan sandal jepit kesayangan. Masih kelihatan wajar kan kalo buat nganterin makanan ke tetangga? Ehe. Langsung saja jalan menuju ke rumah tetangga.

" Eh kak! Ini kata bunda sekalian kasih tteokbeokki nya," kata Ayen sambil menghampiriku.

" Kenapa nggak kamu aja sekalian nganterin?" kataku dan menggambil wadah yang Ayen kasih.

" Males, adek mau nonton TV, dianterin ke tetangga ya kakak tercinta" kata dia cengengesan dan mengelus-elus puncak kepalaku. Kurang Ajar!

" Yak Ayen!" sebalku, dia langsung buru-buru masuk rumah.

" Punya adek satu kok bangsat!"

Akhirnya aku sampai ke rumah tetangga. Eits, agak alay sih kesannya kayak jauh banget padahal cuma berjarak beberapa langkah dari rumah. Ya, biar kelihatan berjuang banget gitu buat sampai sini ehe. Aku masih berdiri mematung di pintu rumah tante Hyejin. Sengaja buat persiapan dulu, mau ngomong apa ke tante cantik satu ini. Setelah siap aku langsung menekan bel pintu sembari memanggil nama Tante Hyejin.

" Permisi, Tante Hyejin…, Tante… ini Jaehwa" karena belum ada yang membukakan pintu, ku tekan lagi bel pintu rumahnya. Udah dua kali, tapi belum ada yang bukain, akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Tetapi, beberapa detik kemudian pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok laki-laki memakai hoodie hitam dan bercelana piyama kotak-kotak melihat ke arahku. Ganteng euy, ada tahi lalat di bawah mata sebelah kirinya tapi sayang nggak senyum jadi hilang gantengnya.

'Apa itu dia yang tadi pagi ya?' tanyaku dalam hati.

" Ah, anu ini…" belum selesai aku bicara dan memberikan titipan bunda, dia udah menutup pintunya lagi dengan sedikit keras.

" Yeee gimana sih tuh cowok udah main nutup pintu aja" kesalku, samar-samar terdengar suara tante hyejin yang sedikit mengomelinya.

" Eh gimana sih, kok malah ditutup lagi disuruh masuk dong tamunya" kata Tante Hyejin yang samar-samar ku dengar. Tak lama kemudian tante Hyejin membukakan pintu untukku.

" Oh.. Jaehwa, kenapa kesini?" tanyanya ramah.

" Pagi tante, ini ada titipan dari bunda buat tante" sembari memberikan dua wadah penuh makanan itu ke tante Hyejin.

" Aduh, repot-repot, terima kasih ya… " katanya sambil mengambil titipan itu dan tersenyum manis.

" Oh iya, maaf ya tadi anak tante si Hyunjin malah nggak nyuruh kamu masuk" katanya sambil memperlihatkan wajah sungkan.

" Ah… nggak papa tante, lagian habis ini saya juga mau lanjut nonton TV dirumah hehehe" kataku yang sebenernya sebel sama cowok tadi, siapa tadi? Hyunjin atau siapalah itu.

" Ya udah tante saya pamit" kataku

" Iya sayang, sekali lagi terima kasih ya…." Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan pulang ke rumah.

Sampai rumah aku langsung duduk di sofa depan televisi dan memakan roti yang sudah ada di meja depan sofa. Aku memakannya dengan kasar saking sebalnya dengan cowok tadi. Gimana nggak sebal coba, dia nutup pintu keras waktu aku mau ngasih titipan bunda. Kesel lah udah dibela-belain mau nganterin juga. Ayen yang tadinya sibuk nonton TV sambil makan roti, akhirnya melihat ke arahku.

" Udah kak nganterinya?" Tanyanya yang udah jelas aku duduk di sampingnya dan nggak ada titipan bunda tadi.

" Belum!" jawabku singkat.

" Oh…" yee ni bocah satu sama aja.

" Tadi udah ketemu anaknya tante nggak?" tanyanya lagi dengan sumringah.

" Iya" jawabku singkat lagi.

" Ganteng nggak? Kakak tertarik nggak?" tanyanya lagi yang membuatku semakin sebal.

" Nggak! Gimana mau suka coba? Tadi aja aku malah nggak disuruh masuk atau gimana, malah main tutup pintu aja, lumayan keras lagi" kataku tiba-tiba curcol.

" Dih! Emang nasib sih orang gendut kayak kakak ditolak cowok mulu" katanya watados kemudian ketawa keras.

" Ayen!" kesalku yang tak tahan membuatku memukulnya dengan bantal sofa.

" Aaaa Bunda….. Kak Jaehwa mukulin" teriaknya.

" Yang Jaehwa…." Teriak bunda dari ruang kerjanya.

Karena jengkel dengan Ayen dan takut entar malah diomelin bunda, aku langsung naik ke kamarku buat mainin gitar putih kesayanganku yang terdapat tulisan Yang Jaehwa di gitar itu. Ku mainkan satu lagu galau yang tadi sempat terngiang-ngiang di kepalaku. Karena kamarku terlalu gelap, akhirnya kubuka gordenku lebar, daripada nyalain lampu entar boros listrik diomelin lagi.

Waktu kubuka gordenku dengan semangat, aku melihat laki-laki itu juga sedang membuka gordennya. Kali ini wajahnya tidak tertutup jumper hoodie hitamnya, jadi aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku dan dia sama-sama membeku dengan mata yang saling menatap, namun dengan cepat aku langsung kembali ke kasur dan memainkan gitarku. Dia pun juga langsung pergi entah kemana. Oh ya btw, kamarku ini jendelanya emang besar jadi ada salah satu bagian tembok kamarku yang penuh dengan jendela, pokoknya full jendela gitu dan semua rumah di komplek ini ada satu ruang yang sama kayak kamarku.

Ku lanjutkan lagi memetik senar gitarku sambil sedikit bersenandung. Lagi asik-asiknya bersenandung, aku mendengar seperti jendela yang diketuk-ketuk tapi suaranya agak jauh. Reflek aku langsung melihat kearah jendela kamarku, benar saja disana dia sedang mengetuk-ketuk jendelanya seakan-akan memanggilku untuk melihat ke arahnya. Ku hentikan jariku yang tadi sibuk memetik senar dan menatap ke arahnya. Dia memperlihatkan sebuah kertas yang terdapat tulisan Hangeul bertuliskan 'Maaf'. Aku sedikit bingung kenapa dia menuliskan itu, sampai akhirnya aku ingat kejadian tadi. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai tanda kalau aku sudah memaafkannya sambil sedikit senyum. Setelah itu iya pergi mengambil novel dan kembali membacanya seperti tadi pagi.

Ada satu yang aku pikirkan saat ini, apa dia bisu ya? Maaf bukan maksudku mengejeknya aku hanya bertanya-tanya, salah satu jendela kamar kami ada yang bisa dibuka. Kenapa dia nggak buka aja salah satu jendela dan mengatakannya langsung? Kenapa malah menyempatkan diri buat nulis kata 'maaf' di kertas itu? aneh kan. Lagi-lagi aku terheran-heran sama dia, siapa tadi namanya? Hyunjin?

" Padahal mukanya kayak cowok-cowok playboy gitu, bangsat kayak Dek Ayen" kataku pelan. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan keras oleh seseorang.

" Kak! Temenin Ayen cari tas sama sepatu baru dong!" kata Ayen dari luar.

" Ogah mager!" balasku dengan teriak. Hyunjin yang mungkin mendengar teriakkanku melihat ke arahku lagi. Aku hanya nyengir ke arahnya dan menuju ke pintu kamar dan membukanya. Disana masih ada Ayen yang setia berdiri di depan pintu. Dengan wajah yang memelas, berharap aku mengiyakan ajakkannya.

" Nggak mau" tolakku lagi.

" Apa sih yang buat kakak nggak mau? Drakor lagi?" dia langsung nyelonong masuk, aku yang ingat di jendela sebelah ada Hyunjin langsung menarik Ayen buat keluar.

" Eh tadi siapa kak? Anaknya tante Hyejin ya? Ganteng, pantes kakak nggak mau nemenin aku" katanya dengan senyum smirk nya.

" Udah diem, aku temenin beli tas sama sepatu" kataku.

" Okay Ayen mau ganti baju dulu" langsung nyelonong ke kamarnya.

Aku langsung kembali masuk dan bergegas mengambil sepatuku. Saat aku mengambil sepatuku, Hyunjin kembali menutup gorden jendelanya dengan rapat. Entah kenapa tiba-tiba aku menyesal aja mengiyakan ajakan Ayen.

Sorenya setelah mandi, aku kembali memainkan gitarku di kamar. Ayen yang gabut pun, main ke kamarku dan ikut bersenandung denganku. Walaupun nyebelin kayak gitu suara dia itu bagus, jadi aku seneng banget kalo lagi main gitar dia ikutan nyanyi. Aku kembali melihat ke jendelaku, gorden kamar Hyunjin masih tertutup rapat. Kemana anak itu? Ayen yang menyadari kalau petikan gitarku mulai berhenti melihat kearahku.

" Nyariin anaknya tante Hyejin ya?" tanyanya.

" Nggak, ngapain nyariin dia" sanggahku padanya dan kembali memetik gitar.

" Nggak kok mandangin jendela itu mulu"

" Terserahku dong" kataku.

" Males ah, mulai nyebelin lagi, Ayen mau ke kamar aja" kemudian pergi menuju pintu.

" Ya sana bodoamat" Ayen menutup pintu agak keras.

" Dasar bocah" kataku kemudian tersenyum gemas.

Tepat setelah Ayen keluar kamar, Hyunjin membuka gordennya lagi. Kali ini ia menggunakan piyama saja tanpa hoodie yang tadi ia pakai. Aku yang sempat melihat ke arahnya langsung mengalihkan pandanganku kearah lain, setelah lagi-lagi terciduk olehnya.

Tak lama kemudian ia mengetuk jendelanya lagi, sontak aku langsung melihat ke arah jendela lagi. Dia mengangkat sebuah kertas dengan tulisan 'Maaf ganggu, boleh minta nomor hpmu?'. Ey yang benar saja dia tiba-tiba meminta nomorku. Aku yang kebingungan malah menunjuk diriku sendiri.

" Aku?" kataku pelan sambil menunjuk diriku sendiri. Dia hanya membalas dengan anggukkan dengan wajah yang datar.

Setelah itu aku langsung mengambil kertas dan spidol, menuliskan nomor hpku dengan tulisan yang agak besar. Ku angkat kertasku dan memperlihatkan ke arahnya. Dengan cepat ia mengetik nomorku di hpnya. Kemudian kembali mengangkat kertas dengan tulisan 'Terima Kasih' dan kubalas dengan anggukan. Dia kembali fokus ke hpnya seperti mengetik sesuatu. Karena mulai gelap aku menutup gorden jendelaku dan menyalakan lampu kamar. Saat hendak turun untuk makan malam, tiba-tiba hpku berbunyi seperti notifikasi pesan.

Unknown Number

Hai ini aku tetangga sebelahmu, Hwang Hyunjin. Salam Kenal.

Wow! Dia beneran menyimpan nomorku, ku kira dia hanya ingin tau saja. Aku langsung menyimpan nomornya. Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri. Dan mengetikan sesuatu untuk kukirim padanya.

Jaehwa

Hai juga, aku Yang Jaehwa. Salam Kenal

Hwang Hyunjin

Oke

Setelah itu aku langsung buru-buru turun untuk menyantap makan malamku. Dan meninggalkan handphoneku di meja belajarku. Karena kalau aku membawa handphone saat makan, Ayahku pasti akan memarahiku.

Malamnya aku membaca novel yang belum sempat ku baca. Lagi fokus-fokusnya membaca, handphoneku kembali berbunyi. Ku pikir itu pesan dari Hyunjin, ternyata dari sahabatku si Felix.

Lee Felix

Jaehwa, besok ada acara nggak?

Jaehwa

Enggak, emang kenapa?

Lee Felix

Cari buku-buku soal yuk,

Lumayan buat curi start

Jaehwa

Ah iya aku lupa 2 hari lagi masuk sekolah

Oke deh, call!

Lee Felix

Oke… besok aku jemput

Karena keasikan bersantai-santai di rumah aku sampai lupa kalo bentar lagi udh masuk sekolah. Udah gitu bakal disibukkan sama soal-soal yang menyebalkan. Seketika kepalaku langsung pusing mengingat kenyataan itu. Dengan cepat aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur dan segera tidur untuk menenangkan pikiranku.

#layar handphone menyala

Hwang Hyunjin

Udah tidurkah?

avataravatar
Next chapter