12 Ultra-

.

.

.

-Amarah tak bisa kuhadirkan, hanya air mata dan sikap yg benar-benar menjadi jawaban. Aku kecewa pada hati yang dulu sempat ada. Kau buatku bahagia, ternyata hanya sementara. Dan akhirnya kau pergi tinggalkan luka"

.

.

.

-NEVER AGAIN-

.

.

.

Di dalam rumah sederhana itu, terlihat seorang gadis dan sepasang suami istri. Rumah sederhana yang berisi kehangatan di dalam nya. Yang membuat kau merasakan apa itu arti kenyamanan,kebersamaan,kebahagiaan dan canda tawa. Benar-benar terlihat bahagia. Sangat serasi dan senada.

Gadis itu terlihat sibuk sekali mengerjakan sesuatu dibuku nya. Mengabaikan suara TV yang menggelegar serta sepasang suami istri dibelakangnya yang sedang bermesraan. Seperti tak ada hari esok untuk saling mengerat pelukan dan ciuman.

"Mama, bisakah kecilkan sedikit volume Televisi nya?, Somi menjadi tak fokus mengerjakan PR" keluh Gadis itu.

Sang mama menatap sekilas sang anak, kemudian beralih mengambil remote control dan sedikit mengecilkan volume TV didepannya. Jam telah menunjukan angka 10, yang berati sekarang waktunya pergi ke alam mimpi. Bisa dilihat suaminya yang mulai berat matanya.

"Tae-ah, ayo pergi ke kamar sayang?, Jangan tidur disini. Ayo kita kekamar" ajak wanita itu.

"Ung?, Ahh baiklah" dengan setengah sadar, suami itu mendahului istrinya yang masih terduduk di sofa.

"Somi-ah, ayo tidur sayang. Ini sudah malam, besok saja mengerjakan PR nya, besok Minggu kan?" Bujuk wanita itu.

Somi menepuk dahinya pelan," ahh iya mama! Kenapa somi bisa lupa ya?" Cengiran centil sang mama dapatkan dari somi.

Ga-young menyentil sayang dahi somi, " Cha! Ayo tidur sekarang! Lekas bereskan semua peralatan tulismu"

Sang empu mengangguk, segera membereskan semua peralatan sekolahnya dan segera pergi dengan langkah agak terburu.

"Hey! Jangan berlari sayang ini sudah malam!" Teriak Ga-young

Terdengar suara sayup-sayup somi yang menjawab, "ya ma!".

Ga-young hanya menggeleng maklum. Pusing sekali ia mengurusi gadis centil itu, ga-young kemudian membereskan semua makanan ringan yang mereka makan tadi.

Setelah membereskan, ga-young tak kunjung pergi ke kamarnya. Ia sibuk memandangi foto-foto kenangan yang terpajang apik di ruang tamu.

Ada foto saat somi lahir, foto pernikahannya, foto saat somi menunjukkan gigi-gigi kecilnya, ataupun foto suaminya yang sedang menggendong somi. Tersenyum bahagia, tapi tersirat luka pada mata wanita yang memandang semua foto itu.

Raut mukanya menjadi sendu, ia kemudian menuju nakas yang terdapat di ujung lemari. Terlihat tertutup, disana ga-young menyimpan satu foto. Foto yang sangat berati untuknya, foto yang menjadi alasannya untuk menikah dengan suaminya yang sekarang. Dan foto yang menjadi sebagian dari nafasnya. Terlihat sesosok anak kecil yang sedang tersenyum dengan pose dua jari dan memegang suatu tiket.

Hati kecilnya meringis, sudah lama sekali foto ini? Sekarang sang anak kecil sudah beranjak dewasa, berubah sikapnya, berubah penampilannya, berubah pula cara pikirnya. Ia tumbuh dengan didikan dari kerasnya hidup yang ia dapat, membuat mata kecoklatan ga-young berembun.

Ia menangis, meratapi nasib nya dan anak nya itu. Sungguh, takdir seperti mempermainkan mereka, ingin sekali ia mendekap anak lelakinya. Ia merindukan gummy smilenya, merindukan kecerdasannya, merindukan rengekannya pada pagi hari. Merindukan suara nya yang manis dan tingkah nya yang malu-malu dan hangat.

Ia tau, anak itu tak pandai mencerminkan eskpresi, tetapi lebih pada tindakan. Dia tau, seberubah apa ia sekarang, seberapa dingin sikapnya. Ia tetap anaknya yg dulu, Youra nya. Semestanya, sebagian nafasnya. Ia rindu, teramat rindu pada bayi nya. Baby Yura nya.

"Mama rindu padamu Yura-ya, hiks.. mama sangat rindu, rindu ini sangat menyiksa. Maafkan mama dan papa sayang, suatu saat. Mama berjanji, kau akan menemukan sendiri kebahagiaanmu". Ga-young membatin, menangis dalam diam, mengusap sayang foto sang anak. Harta berharganya.

Ga-young tau, Youra hanya ingin secercah kebahagiaan. Memiliki orang tua lengkap, saling melempar canda tawa dan berkumpul bersama. Hanya itu yang ia inginkan, sangat kecil keinginannya. Tetapi sangat mustahil ia dapatkan.

Wanita itu meringis dalam hati, menangis tersedu-sedu sembari memeluk foto itu, rindu yang menyergap nya tak dapat dibendung. Walaupun ia memiliki kehidupan baru, tetapi yoongi masih menjadi sebagian dari hidupnya. Hatinya serasa kosong ketika separuh nafasnya terpisah darinya.

Ia yang mengandung nya sembilan bulan, ia yang selalu mengharapkan anak perempuan. Ia yang menyusuinya, ia yang menjadi tempatnya bercurah sakit hatinya. Hanya ia, IBUNYA!, Takdir seperti tak adil. Ia terpisah pada buah hatinya. Menyisakan luka terpendam dan rasa tak rela menyergap jiwanya.

.

.

.

.

.

.

.

K.I.H

08.45 KST.

Setelah kejadian di pesta itu, Hyunki tak melihat Youra lagi. Bahkan dikantor maupun disekolah, sudah lima hari Youra menghilang. Meninggalkan rahasia dan misteri yang membuat kepala Hyunki ingin meledak.

Kenapa pula ia mengkhawatirkan Youra?!, Dia kan tak suka pada manekin bermulut cabai Jawa itu. Iya kan?!.

Hyunki teduduk lesu pada kursi kantin, menatap tak minat pada semua makanan yang berada didepannya, menghasilkan kernyitan heran dari kedua orang didepannya. Taehyung dan Jimin. Sahabat sehidup-sehidup Hyunki, Trio macan julukanya. Lupakan saja.

"Kau kenapa?, Lesu sekali macam tak bernyawa" tanya Jimin, lelaki itu sedang sibuk membalas chat crush nya. Lama-lama ia jengah melihat Hyunki yang sedari tadi linglung dan lesu.

"Makan lah Kukie-ah, kau kira makanan itu bisa berjalan sendiri dan masuk dimulut mu?, Jangan bercanda" jengah Taehyung, ia sedang meminum es yang ia dapat dari memalak siswa yang lewat tadi omong-omong.

"Diamlah, aku tak minat, tak nafsu. Entah kenapa moodku turun" keluh Hyunki.

Taehyung memutar bola mata malas, "sini aku saja yang makan! Membuang waktu dan uang saja kau ini, tak biasanya seperti ini" heran Taehyung.

"Hey, hyunjin mengajakmu ke club malam ini Jeon, ia menantang balapan. Katanya ia punya pengendara baru" sahut Jimin, lumayan sekali menarik atensi Hyunki.

Sebelah alis Hyunki terangkat," boleh, sudah lama sekali aku tak ke club, oh ya. Tanyakan berapa taruhannya" tanya Hyunki.

"Dia bilang, jika kau menang, kau boleh mengambil pengendara itu, terserah kau ingin kau jadikan babu, atau partner one night standmu, dan juga kau akan dapat mobil jackson" ucap Jimin, atensinya masih tak beralih pada handphone pintar digengamannya.

Hyunki menyeringai,"wahh, boleh juga. Katakan padanya, jika aku kalah akan kuberikan Tesla tersayangku". Ucap Hyunki pongah.

"What the--, hey jung, apa kau serius?!" Heboh Taehyung. Oh ayolah, Tesla itu mobil ter-fav Hyunki itu, dia saja tak boleh sekedar menyentuh mobil itu dan sekarang dengan mudah nya menjadi taruhan?! Wow sekali.

"Ya, aku hanya ingin mengetes, seberapa besar nyali pengendara baru itu. Sombong sekali menantangku"

"Dia bilang, kau berhadapan dengan inisial BLACK CAT, tapi dia perempuan. Jika kau menang, apa yang akan kau lakukan?" Sahut Jimin.

Alis Hyunki bertaut," mungkin akan kujadikan budak sex?" Seringai mengerikan terpampang pada bibir tipisnya, memberikan kesan aura mengancam.

Hal yang sama dilakukan Jimin dan taehyung, ahh... Sepertinya mereka satu pemikiran. "Oke, balapan akan diadakan lusa, sirkuit Seoul. Jangan terlambat, dan bawa jagoan putihmu"

"Sure"

______

-TBC-

#alv

avataravatar
Next chapter