2 Jangan Pisahkan Kami

Nero menatap kosong gundukan tanah itu, disana telah terbaring wanita pertama yang sangat dia cintai dalam hidupnya. Dia semakin tidak berdaya ketika ibunya dimasukkan kedalam sana, tempat gelap itu sosok ayahnya tidak pernah muncul. Itu membuat Nero semakin membenci lelaki itu. Dia tak akan memaafkan lelaki itu, sudah cukup penderitaan yang dialami ibunya karna ulah lelaki buaya darat itu. Satu wanita bahkan tak pernah cukup untuknya, entah berapa banyak wanita lagi yang harus dia permainkan.

David memperhatikan keponakannya itu, rasa dendam dan tidak terima dia rasakan. Jika dia bertemu dengan lelaki itu dia akan menghajar habis lelaki itu. Dia tak pantas memiliki Nero dan adik-adiknya.

"Nero, kamu ikut dengan paman. Biar paman yang akan urus kalian,"

"Tidak, aku yang akan mengurus cucuku." Ucap Anggi nenek Nero

"Bagaimana bisa aku meninggalkan keponakan pada keluarga pembunuh seperti kalian? Aku tidak rela,"

"Tapi mereka cucuku,"tangis Anggi pecah

"Sudahlah paman. Aku dan adik-adik akan kembali ke desa. Kami akan tinggal disana." Ujar Nero memutuskan

"Bagaimana bisa Nero? Bagaimana kamu akan mengurus mereka bertiga. Kamu jangan ngaco,"

"Begini saja, aku akan mengurus Rose. Aku akan membawa dia tinggal bersamaku. Sementara Anita dan Yana tinggal bersamamu. Nero bisa memilih kemana dia mau tinggal," kata Aldi memberi saran

Nero menatap tajam pada paman kecilnya itu, Aldi adik lelaki dari ayahnya.

"Bagaimana bisa kalian memisahkan ku dengan adik-adikku?" ucap Nero marah

"Kalian baru saja membuat aku dan adik-adikku kehilangan mama. Sekarang kalian ingin memisahkan ku dari adik-adikku, sebenarnya kalian ini keluarga macem apa?" teriak Nero lagi.

"Nero, kamu gak bisa membiayai hidup ketiga adikmu. Kami tidak memisahkan mu dari mereka. Kamu dapat berkunjung kapanpun dengan mereka," jawab Aldi

"Enggak boleh siapapun membawa adik-adikku." Putus Nero

"Nero, kamu gak boleh egois. Masa depan adik kamu jadi taruhannya,"

Arghhh….

"Nero sayang, maafkan nenek. Nenek akan mengurus kalian bersama," ucap Anggi

"Ah, tidak. Terimakasih nek. Terlalu banyak orang jahat disekitar nenek. Mereka pembunuh mama. Baiklah paman kecil, aku akan menyetujuinya. Sementara Rose padamu, Anita dan Yana pada Paman, aku akan hidup di kampong," putus Nero

"Nero, aku nenekmu."

Nero memegangi wajah neneknya, "Nenek, aku tau nenek orang baik. Aku akan selalu mengunjungi mu. Ku mohon untuk kali ini nenek dapat mengerti. Aku tak ingin adik-adikku hidup di lingkungan pembunuh,"

"Nero, datanglah ketempat paman. Paman akan menyambutmu dengan senang hati,"

"Terimakasih paman, aku titip Anita dan Yana pada paman."

Enam bulan kemudian….

Nero memutuskan untuk tinggal dan diurus oleh paman David, ternyata perkiraanya salah. Dia tidak dapat bertahan hidup jika sendiri. Maka dari itu dia datang kepada David, bersyukur keluarga David berlapang dada menerimanya.

Nero disekolahkan oleh David sama seperti kedua adiknya, tapi beberapa saat lalu Nero mendengar David berkelahi dengan istrinya. Itu semua karena mereka yang diurus oleh David. Sepertinya istri David terlalu berat hati membiarkan David membiayai ketida anak kakaknya itu. Namun, David bersikeras akan tetap menyekolahkan Nero dan adik-adiknya.

"Huh… keluarga paman jadi berantakan karena keberadaan kami. Mungkin sebaiknya aku tidak pernah datang kemari, aku tidak bisa seperti ini terus." Gumam Nero menatap langit.

"Nero, kamu kenapa diluar?"

"Ah, paman. Buat aku kaget saja," David tersenyum dan mengelus lembut rambut Nero

"Besok libur, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku ingi berkunjung kerumah paman kecil paman. Aku ingin mengunjungi Rose."

"Pergilah, besok kamu akan diantar supir."

"Terimakasih paman,"

"Sama-sama. Lekaslah tidur, supaya besok dapat berkunjung kesana."

"Baik paman, selamat malam."

Keesokan paginya, supir mengantar Nero menuju kompleks perumahan Aldi. Dia melihat sekitar rumah Aldi sangat sepi. Nero berjalan kesamping rumah dan melihat Rose yang berbalut kotoran dan makan dalam periuk kecil dan hanya memakan nasi tampak lauk. Nero terkejut melihat keadaan Rose yang tampak seperti gelandangan kecil.

"Rose,"

"Abang…" Rose berlari kecil dan memeluk tubuh Nero

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu kotor begini? Dimana paman kecil? Dan bibi juga dimana?"

"Abang nanyanya satu-satu dong. Rose gak ingat abang tanya apa aja,"

Nero menghela napasnya berat, rasanya kepala dia mendadak ingin pecah saja.

"Rose, apa yang kamu lakukan?" tanyanya lembut

"Aku sedang makan,"jawab gadis kecil itu polos

"Makan? Kenapa makan dari periuk. Dimana piringmu?"

"Gak tau. Aku lapar jadi aku bawa lari saja periuknya,"

"Hah? Emang kamu gak dikasih makan?"

Rose menggeleng kecil, "Kakak sepupu selalu menghabiskan makanan tanpa meninggalkannya untukku. Jadi tadi kakak sepupu tidur aku bawa saja lari periuknya,"

Nero memejamkan matanya tak kuat menahan rasa sakit dalam hatinya, " Dimana paman kecil?"

"Paman lagi bertugas di luar kota,"

"Bibi?"

"Pergi berjualan. Abang tau, aku tidak pernah lagi ke sekolah," kata Rose memberitahu

"Hah? Kenapa? Rose kenapa malas?"

"Rose bukannya malas bang. Tapi setiap Rose mau ke sekolah ada aja barang Rose yang hilang. Kalau gak tas, sepatu sebelah, kaos kaki, seragam berganti-ganti hilang,"

"Apa paman mengetahuinya?"

Rose menggeleng. Lagi-lagi Nero menarik napas dalam-dalam, "Rose ganti baju sana. Abang ajak Rose makan enak hari ini,"

"Beneran bang?" Nero mengangguk

Tak berapa lama gadis kecil itu mencul dengan pakaian yang sedikit lebih baik dari yang tadi. Namun wajahnya tampak lusuh dan kotor.

"Pak, Diman… ada tissue basah?"

"Ada den, ini."

Nero melapi wajah Rose dengan lembut dan membawa gadis kecil itu makan makanan enak seperti janjinya tadi. Bersyukur David memberinya uang kantong, jadi dia bisa membelikan Rose makanan yang lebih layak.

Setelah menunjukkan pukul empat sore, Nero mengantar Rose kembali ke rumah pamannya sebelum bibinya pulang dari berjualan. Dia mencium kening Rose dan mengusap lembut kepala gadis itu.

"Ros, abang pergi dulu ya. Kamu jangan nakal disini, besok abang akan datang kesini lagi."

"Abang gak bohongi Ros kan? Rose sedih kenapa kita jadi berpisah semuanya. Rose mau pulang aja ke kampong." Sungut Rose kecewa

"Tenang aja, besok kita akan kumpul lagi. Kamu masuk mandi dan tidur ya,"

"Oke bang. Abang hati-hati ya pulangnya,"

"Hem…"

Rose berlari menuju rumah paman kecil dan segera membersihkan dirinya dan memasuki kamar untuk tidur, belum sempat terlelap Rose mendengar suara keributan dari luar sana. Dia membuka matanya perlahan-lahan dan mengumpulkan kesadarannya.

Tira sepupunya tiba-tiba memasuki kamar dengan wajah seperti orang ketakutan. Rose membuka matanya secara sempurna dan melihat Tira yang hendak menangis. Rose tak berani hanya untuk sekedar bertanya pada Tira. Dari awal kedatangan Rose, Tira tak pernah menyambutnya dengan baik. Anak kecil yang berusia tiga tahun lebih tua darinya itu selalu menyembunyikan barang-barang Rose jika sudah waktunya sekolah. Karna itu Rose jadi tidak bisa kesekolah.

"Rose, kamu dipanggil papaku." Ujarnya ketus

"Paman kecil sudah pulang?"

"Jangan banyak tanya. Sana jumpai papa. Awas kalo kamu ngadu-ngadu hal yang jelek tentangku, aku sate kamu. Paham!" ucap Tira penuh penekanan.

Mau tak mau Rose hanya mengangguk dia takut jika tidak menurut pada Tira. Apalagi tantenya ada di pihak Tira. Wanita paruh baya itu tak pernah memberinya dukungan sekalipun sejak dia menginjakkan kaki di rumah ini.

"Dasar Parasit," kata Tira ketika Rose berjalan melewatinya

Rose mencoba untuk tidak peduli, sesampai diruang tamu dia melihat barang-barang berserakan. Dia semakin merasa takut, dilihatnya paman kecilnya menatap dia tajam. Dia tak berani untuk melihat kembali pamannya. Dia tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya.

"Paman," ucapnya lirih

Tak disangka-sangka Aldi berjalan mendekatinya dan memukul pantatnya dengan kuat dan bahkan itu berlangsung beberapa kali. Kekuatan Aldi benar-benar kuat membuat Rose menangis menahan rasa sakit, tidak pernah terpikir olehnya akan dipukul oleh seorang militer seperti paman kecilnya ini.

"Kamu ya, udah bagus paman sekolahin kamu. Tapi paman pergi bertugas sebentar malah kamu malas-malasan ke sekolah. Kamu mau jadi apa? Mau seperti papa kamu tukang selingkuh itu?" bentak Aldi.

Rose terkejut mendengar pernyataan pamannya, dia tak pernah tau kalau papanya tukang selingkuh. Mamanya selalu bilang kalau papanya bertugas diluar kota dan di tak menanyakan lebih mengenai itu.

"Paman bohong, papa aku bukan tukang selingkuh," ujar Rose menangis.

"Bohong gimana? Buktinya mama kamu meninggal papa kamu gak datang. Itu karna kamu dan saudara kamu oh iya mama kamu juga gak ada artinya sama papa kamu. Paham gak?" tambah Neya istri Aldi

"Diam kamu Ney," bentak Aldi.

"Kalian semua pembohong. Jahat!" ujar Rose tersedu-sedu tak terima papanya dikatakan tukang selingkuh.

Rose berlari ke kamar dekat dapur, itu semacam gudang kecil penyimpanan bahan pokok makanan. Rose menguncinya dari dalam. Berulang kali Aldi mengedor pintu itu namun Rose seolah tuli dan tak ingin membukanya sama sekali. Rasanya kepala itu terhantam batu besar sampai membuat Rose merasa sakit yang amat sakit. Dia mencoba tegar namun dia tak sekuat bayangannya dia terjatuh pingsan.

🌴

Lis'R Story 💏

avataravatar