2 2. Lamaran Tak Disangka

[4 tahun yang lalu]

Halwa duduk terpekur di meja belajarnya. Perempuan itu menatap layar laptop yang menampilkan akun emailnya. Hari ini adalah pengumuman penting tentang lamaran pekerjaan yang ia apply beberapa waktu yang lalu. Sejak pagi, ia sudah gelisah di dalam kamarnya. Duduk di meja belajar, rebahan di kasur, keluar ke dapur, kembali lagi duduk, rebahan, ke kamar mandi dan sebagainya.

Halwa berdoa jika salah satu lamaran yang ia apply bisa di terima oleh salah satu perusahaan. Tidak penting apa pekerjaannya nanti, ia hanya ingin bekerja dan mendapatkan gaji. Ia sudah lelah mendapat ejekan dari kakaknya, padahal baru 3 bulan ia menyandang status sebagai pengangguran sejak lulus kuliah.

Mengingat mungkin masih banyak orang orang yang jauh lebih lama menganggur ketimbang dirinya.

Ting. Notif email masuk terdengar di telinga Halwa. Perempuan itu menatap akun emailnya dengan wajah tegang. Ada sebuah email masuk dengan nama salah satu perusahaan yang ia apply beberapa waktu lalu. Tangannya mulai bergerak dan mengklik email tersebut, ia diam menatap layar yang berubah.

1 detik

2 detik

3 detik

"Argh! Aku diterima kerja!" seru Halwa heboh. Ia menatap laptop yang menyala di hadapannya. Ia tak menyangka akan mendapat email yang menyatakan dirinya lolos seleksi. Tulisan 'diterima' membuat hati perempuan itu berbunga bunga. Mulai sekarang ia bisa menyombong di depan kakaknya.

To : Halwa.Nayundha@gmail.com

From : n.raka.corporation@ptnaraka.com

PERIHAL : Lolos Seleksi Karyawan

___________Berdasarkan hasil wawancara yang telah di laksanakan pada tanggal 28 Februari 2019, Anda dinyatakan lolos seleksi dan diterima menjadi karyawan N.raka Corporation_____________________

"Anda diterima menjadi sekre—Hah? Ini aku tidak salah baca?" Halwa menatap laptop di hadapannya dengan kedua mata membelalak. Ia merasa ada yang aneh dengan posisi pekerjaan yang di tulis dalam hasil lamarannya hampir satu minggu yang lalu itu.

"Ada apa? Kenapa berteriak?"

Salwa, kakak perempuan Halwa menatap adiknya itu dengan mata menyipit. Pagi pagi sekali, adiknya yang pengangguran selama tiga bulan itu datang ke kafenya. Melakukan kegiatan sok sibuknya di hadapan laptop. Hampir tiga jam adiknya itu hanya duduk diam di meja paling depan dekat jendela dan pintu masuk. Lalu barusan saja ia berteriak histeris sehingga membuatnya yang awalnya sibuk di dapur datang menghampirinya.

"Lamaranku di terima?" Anehnya, Halwa menjawab pertanyaan Salwa barusan dengan kalimat tanya.

"Apa maksudmu?" tanya Salwa sedikit kesal.

"Aku diterima kerja di N.raka Corporatin, cuma agak sedikit aneh," cerita Halwa.

"N.raka Corporation milik Naraka Groub? Wah, kok bisa? Standar pegawai di sana 'kan tinggi banget. Hahahaha." Salwa tertawa meremehkan.

"Sialan! Standar aku juga tinggi," sungut Halwa tak terima di remehkan.

Salwa tersenyum geli melihat reaksi adiknya. Karena masih tak percaya, ia segera menarik laptop supaya menghadap ke arahnya. "Lolos seleksi karyawan... diterima menjadi sekre—kamu daftar kerja jadi sekretaris?" tanyanya kemudian. Ia merasa heran dengan pilihan pekerjaan yang di ambil oleh adiknya.

"Nah, itu dia!" seru Halwa nyaris membuat Salwa terjungkal karena terkejut.

Salwa sontak memukul lengan adiknya. "Pelankan suaramu," cicitnya kemudian.

"Kak, aku tidak pernah melamar pekerjaan sebagai sekretaris. Aku melamar sebagai bagian dari manajemen keuangan. Background pendidikan aku kan S1 Manajemen," oceh Halwa tak mengacuhkan omelan kakaknya tentang volume suara.

"Yakin?" Salwan tak begitu percaya dengan ucapan Halwa barusan. "Mungkin saja kamu ceroboh dan mengklik posisi pekerjaan yang salah," imbuhnya kemudian.

"Enggak mungkin!" Halwa bersikeras. "Mana mungkin aku melamar pekerjaan yang basic pekerjaannya saja aku tidak tahu dan tidak pernah melakukannya. Lebih baik aku bekerja sesuai basic pendidikanku atau minimal sesuai passion aku 'kan?" ocehnya panjang lebar.

"Iya juga ya." Salwa mengangguk angguk setuju.

"Lebih anehnya lagi aku diterima kerja. Padahal aku sama sekali nggak ada pengalaman buat jadi sekretaris." Halwa kembali menghadapkan laptop ke arahnya. Mungkin saja ia keliru membaca. Namun setelah membaca untuk yang ke sekian kalinya, tulisannya tetap sama. Diterima menjadi sekretaris.

"Ya sudahlah, yang penting 'kan dapat pekerjaan." Salwa angkat bicara. "Daripada jadi pengangguran, duduk duduk nggak jelas di depan laptop, tidur, keluyuran," imbuhnya dengan nada menyindir.

Halwa melirik kakaknya mendengar sindiran barusan. "Hah, entahlah." Ia menutup laptopnya lalu berkemas.

"Cie, udah punya pekerjaan. Aku nggak bisa ngeledekin pengangguran lagi dong," ceriwis Salwa tak tahan untuk menggoda adiknya.

"Bye maksimal, Pengangguran!" oceh Halwa percaya diri. "Ya sudah, aku pulang dulu," pamitnya kemudian.

"Hehm. Hati hati di jalan." Salwa tersenyum lebar menyambut kepergian sang adik. Ia tertawa melihat lirikan sinis dari Halwa.

Halwa keluar dari kafe lalu berjalan ke arah kiri. Rumah mereka memang terletak tak jauh dari kafe milik Salwa, sehingga tak perlu waktu lama bagi Halwa untuk sampai di rumah. Cukup berjalan lima menit saja.

Halwa langsung masuk ke dalam kamarnya, ia meletakkan laptopnya di atas meja belajar lalu merebahkan diri di atas kasur. Mengecek ponselnya yang sedari tadi bergetar tanda ada notif yang masuk. Terdapat pesan yang berisi ajakan makan siang dari teman kuliahnya yang bernama Satria.

Berhubung hati Halwa sedang berbunga bunga, ia pun segera menuju ke kamar mandi dan siap siap. 15 menit kemudian, Halwa sudah rapi dengan kemeja warna hitam dan celana jeans warna biru. Perempuan itu memesan ojek online yang nanti akan membawanya ke sebuah kafe yang letaknya di dekat gedung perkantoran Satria.

"Terimakasih, ya, Pak!" ujar Halwa kepada sang supir ojek online yang menurunkannya di depan seebuah kafe bernuansa bohemian.

Halwa bergegas masuk ke dalam kafe, ia melihat ke sekiling untuk mencari temannya.

"Woi, Hal!" Satria melambaikan tangan dari tempatnya duduk.

Halwa bergegas menghampiri pria itu.

"Gimana? Gimana? Lamaran Lo gimana?Udah diterima?" tanya Satria begitu Halwa duduk di hadapannya.

"Bentar, gue pesen minum dulu lah. Haus." Halwa memanggil salah satu pelayan dan memesan satu minuman segar.

"Jadi gimana?" tanya Satria sekali lagi. Pria dengan setelan kemeja dan jas itu terlihat antusias menanyakan kabar temannya.

Halwa tersenyum kecil mendengarkan pertanyaan dari sahabatnya. Ia bisa menyombongkan diri mulai sekarang. " Diterima dong!" ucap Halwa tersenyum lebar.

" Wah, gila! Di perusahaan mana?" tanya Satria ikut antusias.

"N.raka Corporation," jawab Halwa.

"Demi apa?" Satria terlihat tak percaya.

Seorang pelayan datang membawakan pesanan Halwa.

"Perusahaan gede lho. Mantap! Deket sama kantor gue. Posisinya apa, Wa? Staf keuangan?" tanya Satria kemudian.

Halwa tak langsung menjawab. Ia menoleh ke sekitar kafe yang lumayan ramai karena saat ini jam makan siang. "Bukan." Perempuan itu menggeleng pelan.

"Terus apa? Bagian marketing?" Satria mencoba menebak.

Halwa kembali menggeleng.

"Pemasaran?MSDM?" tanya Satria masih belum menyerah.

"Salah semua," jawab Halwa tersenyum geli melihat wajah Satria yang semakin penasaran.

"Hah? Kok salah sih?" Satria menggaruk rambutnya meski tak gatal. "Itu semua pekerjaan yang berhubungan sama basic pendidikan kita 'kan? Jangan jangan Lo cuma halu diterima kerja," celoteh Satria disertai ejekan untuk Halwa.

Halwa melotot mendengar ucapan Satria barusan. "Enak aja! Gue beneran di terima kerja!" protesnya tak terima dibilang halu.

"Ya terus apa dong, Wawa cantik?" tanya Satria gemas sendiri. "Oh, Lo diterima jadi OB ya?" ejeknya kemudian.

"Anjir, bukanlah!" sungut Halwa. "Emangnya muka gue, tampang yang akrab sama kain pel! Sembarangan kalau ngomong!" serunya kemudian.

"Terus?" Satria masih menunggu jawaban Halwa.

"Gue.... Keterima... Jadi... Sekretaris," ucap Halwa pada akhirnya.

Satria tak langsung menjawab, mungkin ia sedang mencerna ucapan Halwa barusan.

"Serius? Ah, jangan bercanda Lo.Yang serius ngomongnya! Typo ya?" Satria semakin tak percaya omongan Halwa.

"Lo fikir kita lagi chat-an!" seungut Halwa. "Ini gue udah serius, Njing! Gue beneran di terima jadi sekretaris."

"Kok bisa melenceng banget. Lo applynya asal asalan ya?" tanya Satria curiga.

" Ya enggaklah!" Halwa menggeleng. "Gue udah bener apply posisi sesuai basic pendidikan kita, manajemen. Gue juga bingung, kenapa keterimanya di posisi sekretaris." Ia mengangkat bahunya tak acuh.

" Ya udah, disyukuri aja kalau gitu. Penting dapat pekerjaan. Tinggal kita aja gimana ngejalaninnya. Harus telaten dan sabar," ucap Satria memberi nasehat untuk Halwa.

"Cie, berguna juga semua omongan Lo. Selama ini kan omongan lo banyak yang nggak berfaedah," cibir Halwa tersenyum menggoda.

"Sialan, lu." Satria tak urung tersenyum.

Dua orang itu lanjut mengobrol tentang banyak hal sampai jam makan siang habis. Halwa kembali ke rumah pukul 2 siang. Ia langsung masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Ponsel Halwa kembali bergetar. Perempuan itu kembali meraih ponselnya untuk melihat notif yang muncul. Dahinya berkerut saat melihat pesan dari sebuah nomor baru. Ia lalu mengklik pesan tersebut dan muncullah pesan panjang.

From : 085604321180

To : Halwa

Massage :

Selamat pagi, perkenalkan nama saya Revina Setyadi. Saya adalah asisten Pak Abiya Naraka, CEO dari N.raka Corporation.

Anda tentunya sudah mendapatkan email yang di kirim oleh tim SDM kami. Saya hanya ingin menyampaikan job desk Anda sebagai sekretaris baru Pak Abi. Namun sebelum Anda resmi bekerja, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui :

1. Masa pelatihan selama tiga bulan. Penampilan dan attitude.

2. Job desk menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadi

3. Gaji sekretaris dan asisten berbeda

4. Selalu siap saat atasan membutuhkan

Well, begitulah proses Halwa menjadi sekretaris sekaligus asisten dari pria penjaga neraka bernama Abiya Naraka. Pada waktunya, Halwa akan menceritakan bagaimana proses dirinya masuk ke dalam neraka milik Abi.

avataravatar
Next chapter