1 Dia... Siapa?..

POV AUTHOR

Dibalik selimut itu, ada seorang gadis bernama Yesaya Jevanda Pandory.

Hp-nya berbunyi. Dengan malas dia mematikan alarm hpnya.

"Hmm? 5 menit lagi" ucapnya.

Eh tunggu dulu bukankah hari ini masuk sekolah baru yah.

Gawatt! Harus cepat ini mah.

Semoga kelas yang gue masukin adem ayem.

Hu.ha.. semangatt! Ucapnya menyemangati dirinya.

Buru-buru dia bersiap ke sekolah.

"Aunty yesa berangkat sekolah" ucapnya

"Tapikan kamu belum makan dek" tegur Rhena

"Dikantin nanti"

"Yaudah kalau gitu ini ongkosmu sama jajanmu nanti. Hati-hati di jalan ya dek"

"Iya aunty"

Setelah berpamitan dengan aunty satu-satunya. Dia bergegas ke sekolah. Dia sengaja berangkat pagi sekali. Coba bayangkan masih jam 6 tapi sudah sampai disekolah duluan.

Dan gerbang sekolah serta pak satpam yang sedang membuka gerbang.

"Cepat sekali neng. Belum ada siapa-siapa yang datang"

"Iya pak gapapa"

"Sepertinya tidak pernah melihat neng sekolah disini. Baru pindah ya neng"

"Iya pak. Oiya pak ini saya kasih untuk bapak. Uang jajan bapak nanti pas istirahat."

"Loh! Loh! Kenapa neng. Jangan atuh neng jajannya nanti apa atuh."

"Masih ada kok pak. Itu sebagai ucapan terimakasih dari saya pak karena sudah menjadi teman saya pertama kali di sekolah ini. Tapi jangan kasih tau saya siapa-siapa ya pak"

"Neng ini ada-ada saja. Tapi kenapa neng"

"Saya gak suka keramaian pak. Yasudah saya pamit dulu pak." Sambil menyalam tangan pak satpam itu.

Satpam itu tersenyum "neng..neng.. ada-ada saja atuh. Udah cantik baik lagi. Semoga bahagia selalu menyertaimu neng." Pikirnya.

Tapi belum lagi selangkah "oiya neng siapa namanya? Nama bapak Surdi"

"Oiya hehe.. nama saya zeva pak. Saya pamit pak"

POV Yesa

Sepi..

Hmm salah aku sih datang terlalu kecepatan. Ada gak ya tempat duduk untuk bersantai disini. Nah, itu ada.

Disini aja dulu sambil nunggu kepala sekolah dan siswa-siswa lain datang.

Masih jam 6.30, masih boleh lah lanjutin tidur yang tertunda tadi. Tidur sekitar 20 menit lagi lah dengan lagu. Emang paduan yang pas dah.

Setelah beberapa menit kemudian.

Udah mau bel ini kayaknya.

Harus cepat-cepat keruang kepala sekolah nih.

POV AUTHOR

Setelah dari ruang kepala sekolah di menuju kelasnya. Dia di kelas XII IPS. Tahun ajaran semester ganjil.

Sekolah DarmaWangsa adalah sekolah Negeri yang lumayan bergengsi dengan berbagai jalur penerimaan siswa.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi buk"

"Iya nak silahkan masuk. Pak kepala sekolah tadi sudah mengatakan kepada ibu bahwa ada siswa baru di kelas ini. Kebetulan ibu ini wali kelas di kelas ini. Silahkan nak perkenalkan namamu"

"Saya yesaya Pandory. Asal sekolah dari Senior High School J.P di negara Jerman. Pindah karena mengikut kerabat keluarga. Terimakasih"

Seketika kelas riuh dengan kedatangan anak baru tersebut.

Ada yang berbisik-bisik dan ada pula yang terang-terangan mengatakannya.

"Sudah anak-anak sudah! Kita lanjutkan pelajaran hari ini. Oiya kami yesaya silahkan duduk disamping cindy. Cindy tunjuk tangan nak. Untuk catatan nanti silahkan minta teman sebangkumu ya"

"Baik bu"

Kaku banget sih jadi orang. Dari jerman tapi kaku gitu.

Iya yah kaku banget. Mungkin anak baru itu.

Ya anak baru gak gitu juga kali. Anak baru yang lain mana ada kek gitu.

"Gita dan sonya sudah bergosipnya"

"Eh iya su..sudah buk. Eh maaf bu"

"Karna sudah nanti PRnya ditambah"

"Ba..baik bu" ucap mereka berdua bersungut-sungut.

Kejamnya dirimu bu..

Disamping itu terlihat yesa dengan santainya menyimak tanpa memulai pecakapan dengan teman sebangkunya.

Seorang yesa mana mau memulai percakapan terlebih dahulu. Dicakapi duluan bagus. Kalau gak dicakapi lebih bagus lagi. Gue gak butuh kok. Kalau orang itu butuh pasti akan ngomong duluan. Gue mah bodo amat. Selagi itu membuat nyaman bagi gue. Kenapa nggak kan.

Sedangkan di sisi lain terlihat Cindy dengan gugupnya melihat yesa. Ada kesenangan tersendiri baginya. Karena sudah ada yang mau duduk dengannya. Sebangku pula. Dia akan berusaha membuat nyaman orang tersebut dan berteman baik dengannya. Tidak tidak. Dia tidak boleh berharap lebih. Sampe kapanpun mana ada yang sudi untuk berteman dengannya apalagi hanya sekedar tegur sapa dengannya. Walau bagaimana pun dia harus berusaha. Cuman tegur sapa aja udah lebih dari cukup kok pikirnya.

Guru ekonomi, ibu eva yang mengajar hari ini dengan semangatnya mengajar anak didiknya.

"Ada pertanyaan?"

Siswa-siwa tersebut diam

"Sudah bisa dimengerti?"

SUDAH BUK!

"Kalau begitu ibu kasih tugas untuk PR. Ibu akan tulis soalnya. Dan khusus untuk gita dan sonya tadi PR tambahannya setiap jawaban mulai dari jurnal penjualan sampai ke buku besar penjualan nanti"

"Baik bu"

Setelah beberapa jam kemudian bel sekolah berbunyi. Menandakan untuk pulang.

"Hmm yesa maaf aku ganggu kamu. Kenalin a..aku cindy."

"Gue yesa."

"E..itu kamu mau gak temenan sama aku. Aku bakal senang banget kalo kamu mau."

"Kenapa"

"I..itu maksud kamu kenapa gimana ya?"

"Gak ada. Maksud gue apa alasan gue untuk temenan sama lo?" Ucap yesa dengan sarkastik. Jujur dia tidak suka dengan namanya teman.

"Gue pengen temanan sama kamu karna aku gak punya teman. Jadi.." cindy menggantung perkataannya. Dia gugup. Entah apa yang harus dia lakukan. Dia berpikir sudah bertindak jauh. Harusnya dia tidak melakukan itu tadi. Bodoh! Bodoh! Bodoh.

Yesa menarik napas dalam-dalam. Jujur saja dia masih belum ingin.

Jika dia mengulanginya lagi dengan menerima teman. Dia takut akan teejadi seperti dulu lagi. Tidak tidak. Jangan sampai terjadi. Setelah semua perjuangan gue selama ini akankah sia-sia begitu saja. Tidak boleh.

"Gue jauh-jauh kesini bukan untuk mengulang masa lalu lagi. Tidak lagi. Terserah mereka bilang apa. Gue gak peduli. Mau bilang pengecut atau penakut. Terserah. Mulai sekarang gue akan bodoamat tentang segala hal. Kecuali aunty dan keluarga aunty gue." Batin yesa.

"Gue pikir-pikir dulu. Sorry." Ucap yesa seiring langkahnya semakin menjauh.

avataravatar